Summary :

Bagi Sakura, mencuri bukanlah hal yang sulit dilakukan. Tapi mengapa setiap kali ia berusaha mengambil sesuatu dari seorang pemuda menyebalkan berambut seperti pantat ayam namun memukau, ia selalu saja berakhir dengan tertangkap dan mendapatkan hukuman yang membuat jantungnya berdebar. Apakah justru sekarang hatinya yang telah dicuri.

Disclamer : masashi kisimoto.

Warning : gaje. Tidak bermutu. Dll.

Rated : T.

Present By : choco momo.

Pairing : sasusaku.

Gendre : romance. Family.

.

.

.

Chapter 1. langit biru.

Seorang gadis berambut pink berjalan ditengah kerumunan orang-orang yang memenuhi kepadatan salah satu jalan dikota Shibuya. Topi berwarna abu-abu tua yang dipakainya membuat rambut indah itu tersembunyi dengan baik, menutupi wajahnya dari panasnya sengatan matahari musim panas hari ini. Semua orang berlomba-lomba untuk segera sampai ditempat tujuan, tidak memperdulikan orang-orang yang saling berdesak-desakan untuk mendapatkan celah agar mereka bisa segera pergi ketempat yang lebih sejuk mengingat matahari yang sepertinya sudah siap untuk menghanguskan semua yang ada dibawah kuasanya.

Senyum manis mengembang diwajahnya saat matanya menangkap siluet seorang pria paruh baya yang sedang sibuk melakukan pembicaraan dengan seseorang dari telpon genggam yang diletakkan ditelinga kanannya. Hanya dengan sekali lihat saja, gadis itu langsung tau apa yang harus dilakukannya. Saat pria itu hanya tinggal beberapa langkah jaraknya, gadis itu segera melangkahkan kakinya untuk maju hingga membuat bahu mereka bertabrakan ditengah lautan manusia. Pria itu sedikit menghindar dan lalu kemudian berlalu begitu saja.

pria paruh baya itu berhenti untuk membeli minuman dingin untuk sekedar menghilangkan rasa haus yang mengerogoti kerongkongannya yang terasa kering saat ia menyadari dompetnya telah raib dari tempat seharusnya. Pria itu menoleh kesekitar, berusaha mencari petunjuk atas hilangnya dompetnya. Sakura memperhatikan dari balik dinding sebuah gedung didekat persimpangan jalan sambil tersenyum, ditangannya sekarang ada sebuah dompet coklat yang baru saja dicurinya dari seorang pria yang memang dengan sangat sengaja ditabraknya. Ditepuk-tepuknya dompet itu sambil memeriksa isinya.

"Lumayan." Gumam gadis itu sambil melemparkan dompet yang telah kosong itu ketong sampah terdekat.

Dimasukkannya semua uang yang telah berhasil didapatkannya itu kedalam saku celana pandeknya. Mata emerald-nya tanpa sengaja menangkap siluet sebuah mobil Lamborgini Gallardo Nera berwarna hitam metalik dan hanya ada 185 unit didunia, terlihat sedang terparkir dengan manis didepan sebuah pusat perbelanjaan. Dan yang paling menarik perhatian adalah adanya seorang pemuda tampan berambut seperti pantat ayam yang sedang menyandarkan tubuhnya dibody mobil sambil memencet ponsel dengan cueknya tanpa memperdulikan gumaman dan desah menggoda para gadis yang terpesona oleh parasnya yang rupawan. Sekali lihatpun semua orang langsung tau siapa pemilik mobil mewah itu.

"Tumben sekali ada orang kaya ditempat seperti ini."

Sakura berjalan ke-arah pemuda yang sepertinya masih belum ngeh dengan situasi disekitarnya, gadis itu telah memperhitungkan segala sesuatunya dengan sangat cermat. Saat gadis itu berada persis dihadapan pemuad berambut pantat ayam itu, seorang gadis berkacamata yang terkesan culun dan tidak percaya diri yang sedang sibuk membawa belanjannya tiba-tiba saja terpekik kaget dan menjatuhkan barang bawaanya yang memang melebihi kapasitas itu hingga membuat keseimbangan Sakura oleng dan reflek jatuh kedalam pelukan seorang pemuda tampan yangs edari tadi menjadi incarnnya. Onyx bertemu emerald. Angin musim panas berhembus hingga membawa topi yang Sakura kenakan terbang hingga terbawa angin dan membuat rambut indahnya yang tersembunyi dibalik topi terurai dan membuat sang onyx menatap terpana.

"Kau tidak apa-apa." Suara baritone yang khas menyapa pendengaran Sakura.

Sakura memberikan senyuman termanisnya. "Iya. Aku tidak apa-apa. Terima kasih."

Wajah ramah pemuda itu segera menghilang, digantikan dengan seulas raut muka tidak senang.

"Kalau kau memang baik-baik saja, tolong lepaskan dompetku."

"Hah..apa…?" belum pernah Sakura merasa sebodoh ini dalam hidupnya. Otaknya baru saja bisa menerima kenyataan kalau dia suskses tertangkap saat berusaha mencuri, padahal selama ini belum pernah sekalipun dia gagal mengambil sesuatu.

"Aku tidak mengambil apa-pun." Sakura masih berusaha berkilah.

"Kalau begitu apa yang ada ditanganmu itu."

'sial. aku ketahuan' Otak Sakura berputar cepat.

Satu-satunya cara agar buruannya tidak gagal setelah tertangkap basah tentu saja adalah dengan berusaha melarikan diri. Sakura meronta sekuat-kuatnya, dan sayanganya kali ini jurus itu sama sekali tidak berhasil. Matanya sekilas melirik dompet berwarna hitam yang berada digenggaman tangannya. Dia tidak akan melepaskan dompet itu, tapi dia juga tidak ingin terus tertahan direngkuhan kedua lengan pemuda itu yang sekarang mengunci mati kedua lengannya hingga sama sekali tidak bisa bergerak.

"Lepaskan aku." Sakura memeberontak.

"Tidak akan pernah." Desis pemuda itu geram.

Mereka berdua masih tetap berkeras hingga akhirnya barang yang sedari tadi mereka perebutkan terlempar dan melayang diudara dan kemudian jatuh didekat sebuah selokan. Kedua orang berkepala batu itu sudah sempat bernafas lega hingga saat ada seorang dengan menggunakan sepeda melintas dan akhirnya membuat dompet itu terlempar masuk kedalam selokan.

Pemuda itu melotot marah. "Semua itu salahmu. Lihat apa yang sudah kau lakukan. Kau menjatuhkan dompet kesayanganku."

"Semua itu salahmu sendiri. Coba kalau kau melepaskan aku dari tadi, semua tidak akan menjadi seperti ini."

"Setelah berusaha mencuri dariku dan kemudian menjatuhkan dompetku, sekarang kau malah menyalahkan aku." Pemuda itu geram sambil mengetatkan cengkramannya ditangan Sakura hingga membuat gadis itu meringis kesakitan.

"Lepaskan aku. Dasar pantat ayam sialan sialan,"

"Apa kau bilang. Pantat ayam? Dasar jidat."

Mata gadis itu melotot saat kedua irisnya melihat sekelebatan orang-orang berbadan tegap yang berlari kearahnya dengan wajah sangar, membuat jantung Sakura berdebar dua kali lebih cepat.

'Sial..' gumam gadis itu dalam hati.

Pada saat bersamaan gadis itu juga melihat seorang gadis berambut coklat terang dengan iris hijau tosca berusaha menyeberang jalan dan sepertinya juga sedang berajalan kearah mereka, orang-orang sedang sangat sibuk hingga tidak sempat memperhatikan aktifitas kedua anak manusia yang sedang sibuk mengadu argument mereka.

Pemuda itu melihat kegelisahan gadis yang ada dicekalan kedua tangannya dan dengan segera otak jeniusnya menangkap situasi yang terjadi didepan matanya sekarang. Pemuda itu menampikan senyuman licik namun menggoda.

"Akan ku serahkan kau pada mereka."

Mendengar kata-kata mengancam pemuda itu, Sakura semakin beringas ingin berontak dan melepaskan dirinnya.

Kenapa sepertinnya hari ini dia selalu bertemu dengan orang-orang yang tidak ingin dia temui. Demi kami-sama jangan sampai gadis itu melihatnya, maka habislah dia, tapi dia juga tidak ingin tertangkap oleh gerombolan rentenir yang mengejarnya. Bisa-bisa dia dijual dan kemudian…. arghhhh.. Sakura meneriaki dirinya sendiri untuk tidak bersikap panic disaat seperti ini, dia harus melakukan sesuatu.

Dikerahkannya kekuatan kakinya dan kemudian dengan segenap kekuatan menginjak kaki pemuda yang sedang menahannya itu dengan kekuatan penuh, tapi diluar duagaan, pemuda itu ternyata masih saja tidak bergeming dan justru malah memberikan seulas senyuman mengejek yang menyebalkan hingga membuat kemarahan Sakura naik hingga keubun-ubun. Apa kurang keras?

Baiklah. Jangan salahkan aku.

Duagh….pemuda itu lantas melepaskan cekalannya hingga membuat Sakura berhasil melarikan diri. Sial, Sasuke memegangi selangkangnya yang terasa ngilu setelah mendapatkan tendangan maut dari gadis itu.

"Sasuke-kun kau kenapa?" pemuda yang dipanggil dengan sebutan Sasuke itu mendongak sambil memperhatikan seorang gadis cantik berambut coklat dan hijau tosca yang entah sejak kapan ada disampingnya.

"Aku tidak apa-apa."Sasuke menegakan tubuhnya. Tidak lucu kan kalau seorang Uchiha merintih kesakitan dihadapan seorang gadis.

"Yakumo. Kau pulang duluan saja ya, aku masih ada urusan disekitar sini. Aku kusuruh orang untuk menjemputmu."

"Tapi aku masih merindukanmu." Jawab gadis itu jujur dengan semburat merah yang merambat diwajahnya.

"Nanti aku akan kerumahmu setelah urusanku selesai."

Gadis itu akhirnya hanya bisa mengangguk pasrah.

Sakura berlari terbirit-birit. Lintang pukang. Pontang-panting. Masuk kesatu department store lewat pintu depan, berkelit diantara rak-rak pakaian dan bablas lewat pintu belakang. Lanjut masuk kedalan department store disebelahnya lagi. Berzig-zag diantara barisan rak lagi. Tetapi sekali ini kurang sukses, sebab dia menabrak pramuniaga yang sedang membawa tumpukan baju. Pramuniaga pria itu lantas jatuh terkapar setelah sempat tersandung.

Tanpa menghentikan larinya Sakura berteriak meminta maaf pada pramuniaga yang sepertinya sangat berang.

"Maaf…"

Mirip film action buatan holywood, sekarang Sakura dan ke-tiga orang yang mengejarnya itu berlarian disepanjang trotoar jalanan shibuya yang padat akan orang yang sedang berlalu lalang dan saling berdesak-desakan agar bisa cepat sampai ketempat tujuan. Karena bertubuh ramping proporsonal dan mungil pula, Sakura bisa dapat dengan mudah berkelit diatara para orang yang berlalu lalang dan juga mobil-mobil yang di parkir disepanjang jalan.

Nafasnya mulai ngos-ngosan, sementara sepertinya ke-tiga pria sangar berbadan besar itu tidak akan berhenti mengejarnya hingga ia tertangkap. Sekarang gadis itu tersudut disalah satu gang sempit diatara dua gedung. Diujung jalan hanya ada dinding yang menghubungkan jalan dengan jalan menuju jalan raya besar. Sakura terdiam saat menyaksikan ketiga orang itu sekarang sudah berada dijarak pandangannya. Sakura mengambil ancang-ancang dan kemudian melompat dengan kekuatan penuh keatas sebuah truk sampah yang diletakan didekat dinding batu yang menjadi jalan buntu baginya lalu kemudian melompat melewati dinding pembatas itu dengan sukses.

Gadis pink itu mendengar ketiga orang itu berteriak berusaha menghentikannya dan sedang berupaya melakukan hal yang sama dengan yang baru saja dilakukannya. Tanpa peringatan lagi Sakura segera menjebloskan dirinya kedalam tong kosong yang sepertinya berisi air hujan dan bersembunyi disana hingga suara-suara orang-orang tidak terdengar lagi.

"Kemana perginya gadis itu." Sakura mendengar salah satu dari orang-orang itu bergumam kesal.

"Cepat sekali larinya. Seharusnya dia masih ada disekitar sini."

"Ayo kita kejar dia. Dia pasti masih belum jauh."

Sakura menghembuskan nafas lega saat mengintip keluar, ketiga orang itu telah pergi entah kemana. Dia berjalan dengan hati ringan setelah berhasil lolos untuk yang kesekian kalinya dari algojo suruhan rentenier yang berusaha menagih hutang darinya.

Sakura terdiam saat menyadari seorang pemuda yang tadi sudah mendapatkan tendangan maut darinya kini berdiri menjulang didepan kedua matanya. Pemuda itu tersenyum sinis sambil menilai Sakura dari atas hingga bawah. Dan lagi pemuda itu sekarang memakai topi kesayangan miliknya untuk menutupi rambut dark-bluenya yang mencuat keatas melawan gravitasi dan juga kacamata berframe putih yang membuat penampilannya semakin menawan.

"Apa maumu." Benak Sakura tanpa rasa takut. Tentu saja dia tidak takut. Kalau pemuda itu berani macam-macam, dia bisa kembali menendangnya. Dan kali ini Sakura akan memastikan kalau pemuda itu tidak akan bisa berjalan selama beberapa hari.

"Aku kan sudah bilang. Aku tidak akan melepaskanmu." Pemuda itu berjalan semakin medekat, membuat Sakura terpaksa mundur beberapa langkah. Berusaha menjaga jarak.

"Dan lagi kenapa juga kau memakai topiku." Bentak Sakura sengit.

"Oh. Ini…" pemuda itu melepaskan topi coklat itu dari kepalanya dan lalu kemudian memasangnya kembali. "Ini sekarang jadi milikku. Dan apa-pun yang kau lakukan sama sekali tidak bisa dibandingkan dengan dompetku."

Sakura mendecih kesal sambil melipat kedua lengannya didada. "Kalau kau ingin aku menggantinya, percuma saja. Aku tidak punya uang. Lagipula, kau itukan orang kaya. Ikhlaskan saja kenapa. Cuma dompet itu. Dan kalau kau suka topi itu. Ambil saja?"

"Hanya dompet katamu, kau tau apa yang ada didalamnya." Desisnya marah. Tentu saja Sasuke merasa sangat marah, gadis itu sudah menjatuhkan dompet kesayangannya yang berisi sebuah cincin De Beers Platinum yang akan dia gunakan untuk melamar gadis yang ia cintai, sekaligus juga warisan keluarga Uchiha yang akan diberikan secara turun termurun pada menantu keluargannya.

"Aku tidak tau. Dan aku tidak mau tahu." Sakura menjulurkan lidahnya cuek kearah pemuda itu. Dan segera tancap gas untuk melarikan diri, tapi sebelum Sakura sempat melancarkan jurus melarikan dirinya, pemuda itu sudah lebih dulu menangkap pergelangan tangannya.

"Lepaskan aku. Kalau kau tidak melepaskan aku. Aku akan berteriak." Ancam Sakura. Tapi pemuda itu malah semakin mengetatkan cekalannya hingga membuat Sakura memekik kesakitan.

"Huh..coba saja kalau kau berani."

"TOOLLOOOONGGGG…" Sakura benar-benar membuktikan ancamannya. Tapi anehnya pemuda itu malah hanya diam saja, membiarkan Sakura meneriakan kata-katanya dengan suara lantang.

"Ada-apa…" teriakan Sakura yang sudah seperti petasan disulut menjadi satu membuat perhatian orang-orang tertuju karah mereka.

"Dia berusaha memperkosa saya." Orang-prang nampak terkejut dengan pernyataan Sakura yang tiba-tiba. Mereka mulai bergumam.

"Tidak ada apa-apa. Hanya masalah keluarga. Sebenarnya dia ini tunangan saya. Saya hanya ingin berbicara dengannya. Tapi dia malah katakutan dan sampai kabur seperti ini." Ucap Sasuke tenang

"Ooohhh….." seketika orang-orang yang berkerumun itu tertawa geli.

Seorang ibu yang sok tahu malah memberikan nasihat. "Seharusnya kamu tidak kabur seperti itu, nak. Ibu lihat sepertinya calon suamimu ini orang yang baik."

Sasuke berusaha setengah mati agar tawa yang ditahannya tidak muncrat keluar , melihat gadis pink itu mandapatkan setumpuk khotbah yang menurut Sakura sangat menyesatkan.

"Ayo. Minta maaf pada calon suamimu." Sasuke memalingkan wajahnya kearah tembok agar senyum kemenangan yang tercetak jalas diwajahnya tidak terlihat.

Ibu-ibu dengan sangat santai dan kejam mengamit tangan Sakura dan Sasuke hingga kedua tangan yang disodorkan itu saling menggenggam. "Terimakasih bibi." Ucapa Sasuke dengan nada sangat santun, seketika bibi itu kesemsem.

Kemudian agar semakin mendapatkan simpati dari orang-orang yang bergerombol menonton adegan yang berakhir ala sebuah telenovela klasik itu, Sasuke merangkul pinggang Sakura dengan mesra sambil berucap dengan nada yang sangat lembut. " Ayo pulang. Aku hanya ingin kita bicara. Tidak ada maksud apa-apa."

Sebenarnya Sasuke sangat ingin tertawa keras-keras saat melihat reaksi orang-orang yang sepertinya mengira dirinya adalah pemuda paling baik hati dan sempurna yang sudah sangat jarang ditemukan diplanet ini. Apalagi saat melihat wajah Sakura yang sudah cemberut berat dan sepertinya mati kutu. Senjata makan tuan ternyata. Penonton yang berkerumun itu, yang sekarang jumlahnya menjadi dua kali lipat lebih banyak, bertepuk tangan menyaksikan adegan romantis yang disajikan didepan mata mereka.

Gaara terdiam sambil sambil memperhatikan sebuah pigura foto. Dimana dirinya dan seorang gadis yang menempati posisi kedua dihatinya setelah ibunya, adiknya, well, sebenarnya adiik kesayangannya. Entah kenapa wajah Gaara yang selalu datar dan tanpa emosi itu seketika bisa berubah murung hanya dengan menatap seorang wajah gadis yang sedang mengelayut mesra dilengannya.

"Kakak..aku sudah pulang." Gaara segera meletakan figura photo itu kedalam laci saat mendengar suara seorang gadis berambut coklat yang sekarang masuk kedalam ruangan tempatnya bersantai dan duduk disampingnya sambil mengecup pipinya lembut.

Gaara membelai lembut wajah gadis itu. "kau sudah makan siang?"

Gadis itu menggeleng sambik tersenyum gembira. "kakak temani aku makan ya?" pintanya manja.

"Kupikir Sasuke sudah mengajakmu makan siang."

" tiba-tiba saja Sasuke-kun ada urusan. Jadi dia langsung pergi."

Gaara hanya mengangguk tanda mengerti.

Semua anggota keluarga sudah menunggu. Hanya mereka berdua saja yang belum bergabung. Yakumo berlari-lari kecil untuk mendekati seorang pemuda berambut perak melawan gravitasi yang duduk dikursi utama sebagai kepala keluarga.

"Onii-sama…."panggilnya riang dan lalu kemudian memeluk leher jenjeng pemuda itu dengan manja. "kapan Onii-sama pulang. Kenapa aku tidak diberitahu."

Pemuda yang dipanggil Onii-sama itu hanya tersenyum. "Aku tidak sempat Yakumo. Dan malam ini aku harus kembali berangkat keSuna."

Yakumo melepaskan pelukannya dan mulai memasang wajah cemberut dengan menggembungkan kedua pipinya. "Kenapa secepat itu. Onii-sama kan, baru saja kembali." Protesnya.

"Kau sudah lebih dewasa sekarang. Dan kupikir kau pasti bisa mengerti." Gadis itu mengangguk, sama sekali tidak berniat untuk berusaha membahas kata-kata kakak tertuanya yang memang terkenal dengan ketegasanya itu. Dimeja makan sudah ada ke-empat kakak laki-lakinya, moment seperti ini sangatlah jarang terjadi dalam keluarga mereka. Kelima pemuda keturunan keluarga sabaku itu jarang sekali bisa berkumpul hanya untuk menghabiskan waktu berkumpul seperti ini meskipun hanya untuk sekedar makan siang.

Kakashi kerap sekali bepergian keluar negeri semenjak ayah mereka memutuskan untuk mengundurkan diri dari perusahaan, dan karena diusia mereka yang memang sudah memasuki fase dewasa yakni 20 tahun, tuan Sabaku senior mutuskan untuk menyerahkan semua tentang tetek bengek perusahaan kepada putra sulungnya.

Sedangkan kankuro dan Sasori baru saja akan memasuki masa kuliah mereka diunversitas Konoha, jadi hanya tinggal Gaara dan Yakumo saja yang masih duduk dibangku sekolah.

"Sudah ada perkembangan baru." Tanya Kakashi sambil menegak wine yang sengaja dihidangkan untuknya. Sasori menjawab dengan gelengan kepala.

Wajah manis Yakumo segera berubah menjadi cemberut saat menyadari topic yang disinggung oleh kakak-kakaknya. Tapi gadis itu hanya menunduk saja, berusaha menyembunyiakan rasa ketidak-sukaannya.

"Lepaskan aku. Pantat ayam…" Sakura berusaha melepaskan cekalan tangan Sasuke dilengannya. Pemuda itu seolah tidak peduli dan terus saja menyeretnya hingga sekarang mereka sudah berhasil menyingkir dari segerombolan orang yang telah berhasil membuat Sakura merasa harga dirinya terinjak hingga benyek.

pemuda itu memalingkan wajanya dan menatap tawanannya. "Sekali lagi kau sebut aku pantat ayam. Aku kubuat buat kau benar-benar dijebloskan kedalam penjara. Dasar jidat jelek."

"Kau bilang aku jelek. Kau yang jelek." Sakura berteriak histeris hingga menyebabkan orang-orang menatap heran kearah mereka.

"Sebaiknya kau diam saja. Kau itu berisik sekali." Dengus Sasuke kesal.

"Eh..itu kan Uchiha Sasuke. Wah.. dia sedang bersama siapa." Sakura mendengar beberapa orang berbisik-bisik tidak jelas saat ia dan pemuda menyebalkan itu lewat.

"Masa sih, itu Uchiha Sasuke yang itu. Kenapa dia bisa ada ditempat seperti ini."

Lalu orang-orang mulai berteriak heboh sambil mneyerukan nama pangeran Uchiha yang sekarang dengan sigap menarik Sakura hingga ikut berlari bersamanya demi menghindari orang-orang yang mulai berusaha mengejarnya. Sasuke segera menarik Sakura masuk kedalam lamborgininya dan segera tancap gas untuk pergi meninggalkan tempat itu.

"Nah.. sekarang kita mulai dengan namamu. Siapa namamu, sayang?" ucap Sasuke tanpa mengalihkan tatapannya pada jalanan yang ada dihdapannya.

"jangan panggil aku sayang. Aku punya nama. Namaku Sakura. Haruno Sakura."

"Sakura..baiklah Sakura. Karena kau sudah merugikan aku. Maka dari sekarang kau akan bekerja untukku tanpa digajih sampai batas waktu yang tidak ditentukan." Ucap Sasuke enteng.

Mata Sakura melotot seketika saat mendengar keputusan Sasuke yang sepihak. "Enak saja kau bicara. Memangnya aku siapamu. Aku tidak mau." Tegas gadis itu.

"Mau tidak mau. Kau harus mau." Balasa Sasuke tidak kalah sengit.

"Pokoknya aku tidak mau. Dasar pantat ayam sialan."

"Kalau begitu aku memaksa." Sasuke berkeras.

"Coba saja kalau kau bisa." Mata Sakura semakin melotot ganas.

"Aku memang bisa….!"

Mobil lamborgini berwarna hitam metalik itu berhenti didepan sebuah halaman rumah mewah bernuansa eropa modern yang sangat megah. Tapi Sakura sama sekali tiak tersanjung, wajah gadis itu malah semakin cemberut saat sadar dirinya dibawa kedalam sarang sipantat ayam itu.

Gadis itu didudukkan dengan paksa disebuah ruangan mewah, dengan hanya berdua saja dengan sipemuda pantat ayam menyebalkan tapi memepesona yang sekarang sedang duduk dihadapannya seperti seorang majikan lalim yang berkuasa. Walau pada kenyataannya dia memang sangat berkuasa. Tidak pernah Sakura sangka dalam hidupnya yang sangat sederhana akan pernah berhadapan dengan putra pasangan fugaku-mikoto yang merupakan salah satu dari enam keluarga bangsawan yang paling berkuasa dinegeri Konoha.

"Sebenarnya aku sendiri juga tidak tahu apa yang harus kulakukan dengan membawamu kerumahku." Ucap Sasuke sambil menghembuskan nafas dalam.

"Kalau begitu. Kau lepaskan saja aku." Usul Sakura enteng.

"kalau yang itu hanya akan menjadi keinginanmu. Kau boleh bermimpi." Ejek Sasuke penuh kemenangan.

"Kalau kau ingin menjadikanku pelayanmu seperti yang kau katakan tadi. Percuma saja. Karena aku tidak bisa melakukan apa-pun." Sakura masih belum sepenuhnya menghilangkan roman wajahnya yang dipenuhi gurat-gurat kekesalan.

"kalau itu kau tenang saja. Aku juga tau kau itu tidak berguna. Makanya kau kubawa kemari dan kujadian pembantuku. Kurasa lumayan kalau hanya untuk meringankan pekerjaan para pelayan ku." Mata Sakura segera melotot nyalang mendengar penuturan Sasuke yang terkesan merendahkan.

"Memangnya kau pikir aku akan begitu saja meng-iya-kan keinginanmu. Kau itu bodoh atau apa." Ejek Sakura tidak kalah sengit.

Seseorang dengan setelan jas formal masuk kedalam ruangan sambil membawa beberapa tumpukan dokumen berwarna hitam. Sepertinya itu dokumen penting.

"Tunjukan padanya." Perintah Sasuke santai.

Orang bersetelan jas formal itu memberikan seberkas dokumen yang diterima Sakura dengan dahi berkerut, terutama setelah membaca isinya.

"Kau sudah menghilangkan cincin de beers platinum ku seharga 1.83 juta dolar. Dan meskipun kau bekerja seumur hidup. Kau tidak akan sanggup menggantinya."

Sakura merasa seluruh otot-otot ditubuhnya melemas seketika saat medengar dan juga membca dokumen yang ada digenggaman tangannya. Cincin de beers Platinum adalah cincin yang dinobatkan sebagai salah satu cincin termahal didunia karena terbuat dari berlian murni seberat 9 karat. Jadi tidak heran kalau cincin itu dibandrol dengan harga 1.83 juta dolar.

"Kau pasti berbohong. Mana mungkin ada orang yang mau membawa-bawa cincin semahal itu didalam dompet. Lagipula aku tidak tahu apakah kau berkata jujur atau tidak."

"Ada atau tidaknya cincin itu. kau akan tetap dijebloskan kedalam penjara kalau aku mau." Tentu saja Sakura tidak lupa dia berhadapan dengan siapa sekang ini. Uchiha Sasuke yang merupakan pewaris tunggal tahta kepemimpinan Uchiha group yang merupakan orang terkaya sekaligus pengusaha muda tersukses diKonoha. Bahkan tanpa melakukan kesalahan sekalipun, pemuda itu bisa dengan mudah memasukannya kedalam sel seperti semudah membalikan telapak tangan.

Sakura terdiam, berusaha merenungkan nasibnya yang benar-benar tidak beruntung. Kalau dia berusaha melarikan diri sekarang, Sakura sendiri tidak yakin dirinya bisa benar-benar lolos dari cekalan maut sipemuda pantat ayam yang menyebalkan itu. Sejauh yang Sakura ingat, tidak ada seorang pun, bahkan yang mempunyai kuasa sekalipun ingin mecoba berurusan dengan salah satu keluarga paling berpengaruh diKonoha, apalagi hanya dirinya yang bukan siapa-siapa ini. Masih mending hanya dijadikan pembantu kan, daripada dijual dan dujadikan pelacur atau budak. Sakura mendengar hatinya berbisik. Gadis itu bergidik sendiri mendengarkan asumsi otaknya.

"Baiklah. Tapi ijinkan aku untuk pulang kerumah malam ini."

Wajah Sasuke langsung berkerut mendengar kata-kata Sakura. "kenapa aku harus melakukan itu. Apa untungnya bagiku kalau aku melepaskanmu pergi. Bisa saja kau kabur"

Sakura menatap wajah Sasuke dengan gurat-gurat kekesalan, dan lalu sejurus kemudian gadis itu menunduk. Sadar tidak bisa melakukan apa-apa. "Aku tidak akan kabur. Aku janji. kau boleh menjebloskan aku kepenjara kalau aku tidak datang esok pagi kesini. Kurasa kau bisa denngan mudah menemukan dimana aku tinggal kan." Sakura berusaha meyakinkan Sasuke.

"Hmm…"Sasuke berpikir sejenak dan lalu kemudian bangkit dari duduknya sambil mendekat kearah Sakura. Tangan pemuda itu bergerak untuk menarik sebuah kalung sederhana dengan liontin kecil berwarna merah muda dari lehernya hingga membuat Sakura terlonjak dan berusaha mengambil kalung itu kembali dari tangan Sasuke.

"Kembalikan kalung itu. Kau boleh lakukan apa-pun padaku, tapi jangan pernah sekalipun kau sentuh kalung itu." Sakura berteriak sambil tetap berusaha merebut kembali kalung itu dari tangan Sasuke. Tapi apa daya, tenaganya sama sekali tidak bisa dibandingkan dengan tenaga pria. Belum lagi perbedaan tinggi mereka yang cukup mencolok.

Sasuke tidak mengindahkan teriakan Sakura. Pemuda itu memperhatikan dengan seksama kalung yang sekarang berada di genggaman tangannya, kalung sederhana dengan ukiran yang sangat rumit. Kalau tidak jeli, mereka tidak akan tahu kalau kalung itu memiliki ukiran yang sangat rumit.

"Darimana kau dapatkan kalung ini?" Tanya Sasuke sambil menatap kedua iris emerald Sakura.

"Kalung itu milikku." Tegas Sakura sambil tetap berusaha merebut kalung itu dari tangan Sasuke.

"Kalau begitu kalung ini akan kusita sebagai jaminan. Kau tidak mencuri kalung ini kan." Tanya Sasuke menyelidik sambit menyipitkan kedua matanya. Rasanya dai pernah melihat kalung dengan ukiran yang sama, tapi dia lupa melihatnya dimana.

"enak saja kau menuduhku. Kalung itu memang milikku. Aku memang pencuri dan tidak kaya raya sepertimu. Tapi aku tidak akan mencuri kalau tidak terpaksa."

Sasuke diam saja sambil memperhatikan Sakura. Gadis itu benar-benar merasa sangat kesal sekarang.

"Kau boleh pergi sekarang." Ucap Sasuke sambil berlalu dia hadapan Sakura.

Mata Sakura seketika melotot. Setelah mengambil kalungnya, pemuda itu sekarang malah berusaha mengusirnya. "Aku tidak akan pergi sebelum kau mengembalikan kalungku. Pantat ayam sialan."

"Kau tenang saja. Aku juga sama sekali tidak berniat mengambil kalung mu. Aku akan mengembalikannya besok saat kau datang. Atau jangan-jangan kau sengaja memancingku dengan kalung ini agar kau bisa mendapatkan ijin dariku untuk pergi dan kemudian kabur." Itu adalah kata-kata terpanjang pertama yang Sakura dengar dari mulut Sasuke setelah mereka bertemu.

"Kau kira aku sepicik itu. Kau sendiri kan yang merebutnya dari ku. Dasar menyebalkan." Sakura menghentak-hentakkan kaki marah sambil berjalan keluar dari ruangan. Merasa percuma saja berdebat dengan makhluk menyebalkan itu, Sakura memutuskan untuk pergi saja dari sana.

Esoknya Sakura berangkat kerumah Sasuke dengan jalan kaki seperi yang sudah ia janjikan, lagipula dia harus kembali untuk mengambil kalungnya yang disita oleh pemuda pantat ayam itu. Entah sampai kapan dia harus bekerja disana, lagipula apa yang harus dia lakukan untuk memberi makan ketiga adiknya kalau dia harus bekerja sebagai pembantu tanpa digajih sama sekali. Masa dia harus mencuri didapur pemuda itu. Tapi kalau mengingat identitasnya dan terlanjur dicap sebagai pencuri oleh pemuda itu, mustahil kalau dia tidak tahu kalau dapurnya telah dibobol. Bisa-bisa pemuda itu benar-benar menjeblosannya kedalam penjara. Sakura menarik nafas dalam. Dimulai dari sekarang, hari-harinya pasti tidak akan menyenangkan.

"Aku akan membalasmu..dasar pantat ayam sialan…"Sakura berteriak dengan kekuatan penuh dan kemudian menendang seonggok batu malang yang tidak berdosa, dan sialnya, batu itu malah mendarat dikepala seekor anjing herder yang kebetulan sedang tertidur dipekarangan rumah.

"Kyaaaa…"

.

.

.

to be continued.

R

E

V

I

E

W

PLEASE.