Just Unusual Summer

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

Kirigaya Kazuto X Yuuki Asuna

Sword Art Online

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

Pernah terpikir bahwa suatu saat kau akan berreinkarnasi menjadi sesuatu?

Hal itu terjadi pada seorang Kirigaya Kazuto. Disaat setelah kecelakaan yang menimpanya dan dinyatakan koma, ia harus bangun sebagai sebuah boneka milik seorang perempuan yang notabene adalah rivalnya.

"Kenapa hidupku begitu sial?"

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

Little Akuma Presents

"Just Unusual Summer"

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

Chapter 1: The Beginning

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

Whuusss~

Semilir angin panas menyapu daun-daun kering di tanah. Siapa saja yang melihatnya pasti akan berpikir suasana itu romantis untuk pacaran—

"Kirito no BAKA!"

—tetapi sepertinya seseorang di ujung sana tidak berpikir begitu. Lihat saja, ia bahkan sedang memberi petuah gratis pada seorang lelaki yang asyik bersandar pada batang pohon. Ya... lelaki yang tadi disebutnya Kirito—Kirigaya Kazuto.

"Ini semua gara-gara kau, Baka!" dan sampai sekarang ia masih memarahi lelaki itu.

Dan reaksi lelaki itu hanyalah...

"Uh... panas..."

Tring!—Sebuah mata berkilat memicing pada Kirito.

Whuuss~

BRAK!—Sebuah keranjang sampah sukses mendarat di kepaa Kirito. Ya, Kepala.

"Kirito no BAKA!" Perempuan itu menghempaskan sapunya dan berjalan dengan gusar menjauh dari situ.

"Yah! A-Asuna! Asuna, tunggu!"

.

.

Okay. Mungkin ini sebuah awal yang gaje. Tapi, mari kita backward kenapa kejadiannya seperti ini.

Semuanya, terjadi pagi ini, saat seluruh pelajar dikumpulkan di Gedung Olahraga untuk pidato tahunan setiap awal musim panas. Juga untuk membahas bahwa Summer Fest diadakan lagi tahun ini.

Summer Fest adalah sebuah festival tahunan yang diadakan setiap musim panas—sesuai namanya. Festival dimana selama seminggu setiap kelas berusaha untuk menjadi yang terbaik. Setiap kelas harus mempersembahkan apapun yang berhubungan dengan musim panas dan menarik pengunjung sebanyak-banyaknya. Diacara puncak, diadakan sebuah pagelaran dimana siapapun atau kelas manapun atau klub manapun bisa menampilkan kebolehan mereka dan pesta kembang api.

Dan karena hal itu, terjadi keributan di kelas 3-1. Dimana dua pihak—maksudnya orang—saling bersikukuh mempertahankan idenya perihal persembahan untuk Summer Fest.

"Maid Cafe! Kita bisa menarik banyak pengunjung!" (kirito)

"Ghost House! Kita bisa menarik lebih banyak pengunjung!" (asuna)

"Tidak! Maid Cafe saja!"

"Tidak! Ghost House!"

Dan perkelahian pun tidak bisa dihindarkan, di mana Kirito dan Asuna saling jambak, tendang, dan pukul. Bahkan sebuah—tidak! beberapa buah buku berterbangan. Hingga sebuah kamus kanji tebal melayang dan PLAK!, menimpa wajah wali kelas mereka.

Dan... begitulah, sebagai hukuman mereka harus membersihkan halaman sekolah di bawah terik matahari.

Catatan: mereka dihukum bukan hanya karena berkelahi, melainkan merusak penampilan sang wali kelasyang ternyata seorang sosialita gadungan(?).

.

.

Persiapan Summer Fest tinggal tiga bulan lagi, tapi kelas 3-1 belum juga memutuskan pilihan mereka. Perang dingin masih berlangsung diantara Kirito dan Asuna. Memilih jalan tengah, sang Ketua kelas memutuskan untuk tidak memilih usul alah satu dari keduanya dan mendapat protes dari keduanya pula.

"Apa maksudmu, hah?!" Asuna meninju dinding tepat melewati daun telinga sang Ketua kelas.

"Bu-bukan—"

"Apanya yang bukan?!" kali ini Kirito yang menampar dinding.

"Apa kau tak meghargai usul anggota kelasmu?"

"Ketua macam apa kau!"

"Seharusnya kau sudah bisa melihat bahwa Ghost House lebih baik untuk persembahan kelas kita!"

Kirito tersengat. Secepat kilat ia menoleh pada Asuna (yaelah, noleh doang. Sedetik juga ga nyampe keles -_-). "Apa kau bilang?! Jelas-jelas Maid Cafe lebih baik!"

Dan akhirnya, malah mereka berdua yang ribut, saling jambak, saling tendang, saling pukul, saling tampar, saling tinju, saling bagi duit (lu kata pembagian zakat di mesjid?! -_-), saling buka baju (emangnya ini fanfic hentai?! Masih awal, weh! Terlalu dini buat ngeluarin lemon #plak!). pokoknya mereka saling... ya saling deh pokoknya!

Hingga Wakil Ketua kelas yang turun tangan untuk melerai mereka berdua. Dengan tatapan tajam bak gigolo mau memancung tahanan Nusa Kembangan (itu algojo, weh -_- bukan gigolo), Asuna dan Kirito diam seketika. Meski sesekali mereka masih saling melempar death glare.

"Daripada ribut dan membuatku pusing pengen keliling, lebih baik kita gabung saja." Usulnya.

Kirito dan Asuna menoleh. Alis mereka berkerut karena heran. "Maksudmu?"

"Daripada Ketua bingung, dan akan terjadi Perang Dunia III gara-gara salah satu dari kalian opsinya tidak dipilih, lebih baik kita gabung aja keduanya, Ghost Cafe."

Keduanya makin mengernyit bingung. Ghost Cafe?

"Be-benar sekali! Kita bisa berinovasi! Ghost House dan Maid Cafe, 'kan sudah biasa dan sering dibawakan oleh Senpai kita."

Dipikir-pikir ada benarnya juga. Ghost Cafe... unik juga. Mereka pasti bisa menarik banyak pengunjung.

"OK! Sudah ditentukan! Tahun ini kita akan mempersembahkan Ghost Cafe! Tak ada bantahan dan segera berkumpul untuk rapat!" seru sang Wakil Ketua dengan lantang. Membiarkan Asuna cemberut karena protesannya dipotong—atau bahkan tidak diizinkan interupsi sama sekali.

Seisi kelas setuju dengan ide Ghost Cafe. Jadi mereka akan mulai memanfaatkan waktu tiga bulan yang tersisa untuk mempersiapkan segalanya. Mulai dari kostum, pernak-pernik, hiasan, make up, menu yang akan disajikan, meja, kursi, brosur. Semua nampak semangat mengerjakan persiapan persembahan kelas mereka.

Meskipun sesekali bara peperangan masih memercik dari Kirito dan Asuna, tetapi akan padam seketika saat diguyur oleh tatapan tajam sang Wakil Ketua.

.

.

11 minggu lagi festival yang berjangka waktu seminggu itu dilaksanakan. Kelas 3-1 semakin sibuk mengurusi persiapan. Juga untuk acara puncak. Di acara puncak mereka akan mementaskan sebuah drama tentang musim panas—meski naskahnya belum rampung. Sialnya lagi, Kirito dan Asuna dijadikan pasangan dalam drama tersebut. Tentu saja keduanya protes—karena sebenarnya mereka rival berat—namun tatapan tajam sang Wakil Ketua membuat mereka patuh layaknya kerbau ditindik di perut.

Yang namanya gencatan senjata, tentu saja akan mudah terbawa api peperangan jika tercolek sedikit saja. Misalnya saja saat Kirito tak sengaja mnyenggol Asuna maka Asuna akan menceramahi pemuda itu tanpa ampun. Bahkan meskipun Kirito berniat membantunya, Asuna akan menolaknya mentah-mentah.

Dan... Kirito akan selalu membalas kemarahan Asuna dengan 'kebajikan', seperti menolong mencuci sebelah sepatu Asuna di kolam yang airnya tidak pernah diganti selama 7 generasi. Terbayang bagaimana aromanya, bukan? Atau membersihkan bekal makan Asuna dengan membaginya pada anjing atau kucing liar yang ditemuinya. Atau bisa juga menyelamatkan buku-buku Asuna dengan memberikannya pada pustakawan.

Seperti hari ini, Kirito tanpa sengaja menyenggol batu nisan buatan dan membuatnya menerima motivasi hidup gratis dari Asuna. Dan ia membalas 'kebaikan' itu dengan membersihkan pensil mekanik besi Asuna dengan mencelupkannya pada larutan HCl.

Perang Dunia kecil-kecilan pun tak dapat dihindari.

.

10 minggu menuju Summer Fest.

Hampir semua persiapan sudah rampung kecuali kostum dan drama. Mereka masih santai mempersiapkan segalanya sambil latihan drama di kelas. Dekorasi bahkan tinggal dipasang.

Kirito belum datang pagi itu.

Dan tanpa sengaja Asuna menjatuhkan dus berisi hiasan dinding.

BRAK!

.

BRAK!

Sebuah mobil menghantam pembatas jalan. Pengemudi yang mabuk membuat mobil kehilangan kendali dan menabrak pembatas jalan dengan ganasnya. Seorang anak laki-laki terjebak diantara mobil dan tembok toko di dekat pembatas jalan tersebut. Tangannya menjulur dari bawah mobil.

"Ukh..." sebuah suara kecil membuat orang-orang yang mendekati kecelakaan tersebut menoleh pada bagian depan mobil yang masih menghimpit tembok.

"Hei! Ada seseorang di sana!"

"Cepat telfon 911!"

"Selamatkan dia! Sepertinya dia masih hidup!"

.

"APA?!" Asuna terduduk di lantai kelas. Matanya membesar seakan tak percaya pada apa yang baru saja didengarnya dari telfon genggamnya yang kini tergeletak di tangannya yang lunglai.

"Asuna? Kau masih di situ?"

"Tidak. Itu tidak mungkin. Ia masih bertengkar denganku kemarin." Asuna menggeleng kuat-kuat sembari memegangi kepalanya. Air matanya mulai berjatuhan membasahi lantai kelas. "Itu tidak mungkin." Lirihnya. Dan ia hanya bisa membenturkan kepalanya ke lantai dengan tangis yang membasahi wajahnya.

"Asuna. Kuatkan dirimu, ya. Berdoalah bersama teman-temanmu. Doakan Kirito selamat." Ucap suara ditelfon sebelum akhirnya bunyi 'tuut...tuuut...' mengakhiri sambungan telfon.

"Asuna." Wakil Ketua memeluk Asuna erat. Meskipun belum tahu apa yang terjadi, tetapi sebagai sesama perempuan ia merasa harus dan wajib menenangkan Asuna. "Apa yang terjadi?"

.

"Ia koma. Benturan parah di kepalanya membuat beberapa saraf robek dan bahkan ada yang putus. Ia masih dalam masa kritis. Tetapi ia masih bisa bertahan hidup sampai sekarang, meskipun denyut jantungnya belum normal." Penjelasan singkat dari Ibu Kirito membuat Asuna lemah.

Asuna terduduk dikursi tunggu dan memegang kepalanya yang berdenyut sakit. Tak hanya benturan yang mengakibatkan putusnya beberapa syaraf dan goncangan hebat di otak, Kirito juga mengalami patah di bagian kaki dan retak di tulang belakang. Bahkan sebelum Asuna berlari ke rumah sakit bersama Wakil Ketua, Kirito menjalani operasi akibat patahan tulang rusuk yang masuk ke tenggorokannya. Ia juga mengalami pendarahan hebat sehingga harus menerima transfusi darah.

Asuna melihat Wakil Ketua menunduk. Nampaknya musibah ini begitu berat baginya. Summer Fest tinggal 10 pekan lagi dan kini anggota kelasnya mendapat keelakaan hebat dan koma.

"Hei." Asuna tersenyum. Hambar. "Ayo, kita pulang. Biarkan Kirito istirahat."

Wakil Ketua mengangguk dan berjalan beriringan bersama Asuna keluar dari Rumah Sakit.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

Pagi menjelang. Kubuka mataku yang terkena sinar mentari. Tapi... kenapa susah sekali untuk bergerak. Seperti ada yang sedang memelukku dengan erat. Dan bantal apa di depan mukaku ini? Kenapa empuk sekali? Sepertinya ini bukan bantal, tetapi organ tubuh karena kulihat piyama berwarna pink. Kucoba melirik ke atas

APA?!

-tbc-

.

.

.

.

.

Haaiii~~! Kembali bersama Little AKUMA! Kali ini Akuma bawa fanfic yang 180° berbeda dengan fanfic kolaborasi Akuma dengan Crimson. Ide awal fanfic ini adalah gara-gara pacar Akuma yang ngarep jadi boneka teddy bearnya Akuma. Dan dari situlah fanfic ini lahir. Kenapa memilih SAO (padahal Akuma ga tau sama sekali soal SAO)? Karena pacar Akuma (sebut aja Shinchan) demen banget sama SAO. Bahkan dia punya pedangnya KIRITO! Buat apa coba? Ngikut komunitas cosplay aja enggak. Dan... kayaknya Akuma gak cuma mempersembahkan fanfic di Just Unusual Summer (sebut aja JUS) ini, tetapi juga menyelipkan cerita Akuma dan Shinchan yang Akuma jamin bikin kalian ketawa (Akuma ga punya temen curhat #kasian bener). Ok! Segini dulu. Setidaknya berikan 2 review untuk author melanjutkannya.

Akuma memohon dengan sangat. Berikan

R

E

V

I

E

W

!

!

!