Disclaimer : Masashi Kishimoto-san.

Warning : Abal, AU, OOC, Gajeness, Rush, Thypo, ETC.

Rate : T –Teen

Cast : Naruto U & Ino Y

Disini saya sengaja buat Ino sedikit 'jahat', bukan saya benci padanya hingga diperanin sedikit antagonis, melainkan lebih ke mencari feel. Maaf buat Fans Ino sekalian. Tapi ini kubuat karena tuntutan ide dan tabiat saya sebagai seorang masooo. Fik ini juga sebenarnya buat seseorang di luar sana –yang entah dimana sekarang… saya pun tidak tahu. Oke. Tak perlu berlama-lama… Monggo dibaca…


"COUNTDOWN"


07.00 AM. 12 Jam lagi menuju China…

Naruto berjalan melewati jejeran bangku dan meja. Matanya jelalatan kesegala arah, sebelum berhenti di satu lokasi yang tengah ramai dengan perbincangan yang tak dapat didengarnya. Tepat di Meja tengah dekat dengan jendela kelas. Disana ada Sasuke, Gaara, Neji, Sasori, Sakura, Hinata, Karin, Shion selaku Dewa dan Dewi di KHS. Matanya berhenti ketika manik birunya tak sengaja berpapasan dengan manik Aquamarine seorang gadis, yang juga berada di antara mereka. Gadis pirang gaya pony-tail yang juga menjabat sebagai salah satu dewi agung disekolah ini.

Beberapa saat saling menatap, Naruto pun berinisiatif menyapa dengan memamerkan senyum kearahnya seraya membungkuk, sesopan mungkin kepada gadis itu, namun–sayang, orang yang bersangkutan justru buang muka –seolah-olah jengah dengan keberadaan Naruto–kearah lain dan membuat Naruto hanya bisa mendesah seraya berjalan ke tempat duduknya dengan sedikit menunduk. Gadis itu adalah, Yamanaka Ino. Bendahara Osis, 17 Tahun, berambut pirang, Cantik, Langsing, Berkulit putih mulus, modis dan masih banyak-banyak lagi. Dia adalah primadona sekolah. Panutan bagi para gadis dan pujaan bagi para Laki-Laki.

Dan apa kalian tahu, Ino adalah mantan pacar Naruto, biar ku perjelas 'MANTAN PACAR UZUMAKI NARUTO. Laki-Laki pasif, 17 Tahun, tidak tampan dan tidak jelek, tidak tinggi dan tidak pendek, sederhana, tidak populer, singkatnya–cowok biasa. Wow Bukan! Tentu saja –tapi sebaiknya jangan terlalu berharap karena selama pacaran hingga jadi mantan, Naruto selalu diperlakukan seperti orang asing daan semakin asing ketika telah jadi mantan. Dan, ya lagi-lagi, sebagai seseorang yang biasa tentu saja Naruto harus tahu diri. Karena jujur, walau hubungan 'pacar dan mantan' itu hanya embel-embel, status dalam tanda kutip, Naruto tetap bangga telah menjadi salah satu dari sekian –yang bahkan tak terhitung jari –dari cowok beruntung yang berhasil menklaim Ino, si Primadona sekolah sebagai pacar dan mantan.

Bicara soal Ino dan Naruto, jelas mereka bagai 2 kutub yang berbeda. Itulah mengapa terkadang Naruto berpikir, kenapa setahun lalu Ino menembaknya? Cowok biasa yang tidak seberapa sementara para siswa disini mengejar-ngejarnya? Tidak dapat dipercaya bukan?

Dan belakangan ini. Naruto pun akhirnya menemukan alasannya. Bukan-bukan, Naruto bukan penguntit, dan dia tidak pernah sekali pun repot-repot berusaha mencari alasan kenapa Ino memacarinya. Itu berkah baginya, tak pernah terpikir bagi Naruto untuk menaruh prasangka negetif kepada gadis itu. Karena jelas, Naruto tak ingin lancang dan menodai tujuan mulia gadis itu yang dengan ikhlasnya rela dipacarinya. Naruto menemukan alasan itu lewat unsur ke tidak katamu? Dan –yaaap, beginilah ceritanya.

Flashback…

Ino Yamanaka, adalah seorang gadis SMA yang bekerja paruh waktu di Toko Bunga. Sama seperti Buyutnya, Kakeknya dan Ayahnya. Khas Yamanaka. Turun-temurun, generasi per generasi hanya berkutat melestarikan usaha dan keidentikan bunga ala marga Yamanaka. Tugasnya mudah, melayani pelanggan, menerima kritik pelanggan, menerima uang hasil penjualan dan menghitung laba. Yamanaka Ino selalu melakukan tugasnya dengan baik, bersikap ramah, berattitude bagus dan membingkai senyum diwajah sudah awam baginya. Akibat dari itu, banyak dari pelanggan yang datang –hanya untuk mendekatinya, tidak untuk bunganya. Melainkan untuk Ino Yamanaka.

Ino Yamanaka selalu sadar (bukan terlalu percaya diri), bahwa dia gadis yang menarik. Tentu, dia cantik, tinggi dan bertubuh proposional mendekati sexy. Apapun yang berkaitan dengannya selalu hal yang baik. Entah sudah berapa pria yang jatuh bangun –tunduk kepadanya. Dia tak pernah berbuat apapun, ia hanya tinggal pasang tubuh dan menunggu dengan senyum terbaiknya, dengan demikian –cowok pun berdatangan dengan sendirinya. Hidupnya datar –terlalu mudah. Semua mengalir sesuai rencananya. Sempurna.

Disekolah pun sama, tidak –bahkan lebih. Dia, Ino Yamanaka adalah gadis yang sangat-sangat populer. Hampir 50% populasi siswa di KHS mengagumi dirinya. Dia bak malaikat, di klaim sebagai primadona. Ratu. Di puja dan digilai semua orang.

Dia bahagia? Tentu saja…

Dan bosan…

"Hhhh…" Nafas Ino melenggos, sambil memangku dagu dengan telapak tangan. Sampai Sakura–selaku sahabatnya yang kebetulan melihat hal tersebut mengangkat sebelah alis seraya datang menghampirinya dari belakang.

"Ada apa lagi Ino, kau tampak lesu?" Tanyanya to the point sambil menggeser sebuah bangku. Dan memposisikannya didepan sahabatnya itu. Ino mengangkat kepala dan menatap jenuh ke manik emerald milik Sakura.

"Aku bosan, Sakuraaaaa…" Jawabnya lesu sambil kembali memangku dagunya dengan telapak tangan. Melihat hal itu, Sakura hanya menyeruput lemon tea botol ditangannya, cuek. Atau lebih tepatnya –sudah biasa melihat hal ini terjadi kepada Ino –sangat terlalu biasa.

"Pacaran dengan cowok good looking mainstream lagi?" Tebak Sakura, wajahnya menunduk sibuk mengutak-atik telpon genggamnya. Dan,yap –untuk kesekian kalinya. Tebakan Sakura benar karena sekarang Ino sedang mengangguk lemah seraya menjawab.

"Hal seperti ini seperti makanan sehari-hari bagiku. Aku benar-benar bosan! Sakura." Lalu menelungkup wajah dimeja, lelah. Sakura memutar bola matanya 'lagi-lagi'. Ino benar-benar terlalu sering mengeluh akan hal ini.

"Kau saja yang terlalu mudah menerima para cowok-cowok bodoh itu." Dengus Sakura. Yang di abaikan Ino.

"Haaaah. Apa tidak ada Laki-Laki 'berbeda' ya di dunia ini? Aku ingin sesuatu yang baru, Sakura."

Sakura mendesah pasrah. Jujur, Sakura juga tidak suka tabiat Ino jika sedang murung seperti ini. Walau diluar tampak cuek, Sakura adalah teman yang amat peduli terhadap sesamanya –terlebih ke sahabatnya. Jadi dinilai dari point itu, sekarang Sakura pun langsung mendapat sebuah ide. Sebuah ide –yang mungkin saja ampuh–untuk menghapus kebosanan sahabatnya yang satu ini. Meskipun ia tidak terlalu yakin dengan usulannya ini, tapi –yaaah, setidaknya harus dicoba bukan?

"Bagaimana kalau coba cowok ini saja?" Kata Sakura kemudian, sambil memamerkan sebuah halaman Twitter Users di smartphone miliknya. Ino pun memajukan wajahnya seraya melihat nama User di layar HP Sakura.

"Uzumaki Naruto?" Sesaat kemudian Ino pun beralih ke Foto user tersebut. "Hmm dia cukup tampa –Eeeeh?" Teriak Ino ketika menyadari sesuatu.

"Dia, bukankah ?" Sakura tersenyum sambil memanggut ketika sahabatnya sadar dan membelalak kearahnya.

"Uzumaki Naruto, si cowok culun, sedikit kuper (kalau tidak ingin disebut norak) itu,'kan?"Kata Ino menyambung kalimatnya. Sakura melengkungkan mata, seraya senyum simpul.

"Dan satu-satunya cowok 'perawan' yang desas-desunya belum mencicipi apa yang namanya pacaran." Sambung Sakura datar menambahi ciri-ciri si cowok aka Naruto yang kini avatarnya sedang terpampang dilayar HPnya.

"Lalu jangan-jangan kau bermaksud –" Perasaan Ino mulai tidak menentu ketika melihat kilatan aneh dimata Sakura kala menatapnya sambil mengangkat ujung bibirnya.

"Yep, bukankah menarik? Dia berbeda dari cowok-cowok lainnya. Apakah kau tidak penasaran, bagaimana rasanya mencicipi pacaran dengan 'mahluk seperti dia'. Kurasa itu ide yang bagus untuk menghilangkan bosan. Hitung-Hitung cari pengalaman…" Jawab Sakura enteng atau lebih tepatnya Referensinya.

Hening

Butuh beberapa detik untuk Ino sadar akan keterkejutannya.'Pacaran? dengan Naruto? Si Norak itu?'

"Bwahahahahaha." Suara Tawa Ino membahana keseluruh penjuru Kantin. Ia mengelap matanya yang berair."Sakura, kau jangan bercanda. Kau bilang kau ingin aku mencicip pacaran dengan –errr siapa namanya-kun, itu. Ohohohoho. Sungguh, tidak, terima kasih. Sampai mati pun aku tidak akan mau." Tegas Ino. Padat dan seyakin-yakinnya. Sakura mendengus. Ia tahu ini akan terjadi. Ino pasti menolak tawarannya.

"Ayolah, kau 'kan Cuma pacaran, sehari atau dua hari jajal juga cukup. Jika membosankan. Kau tinggal menendangnya dengan cara berselingkuh atau cara-mu yang biasa lainnya. Bukankah itu, mudah." Kata Sakura mencoba merajuk sahabatnya.

"Dan lagi–" Sakura menjeda seraya memicingkan mata kearah Ino.

"Apa kau tidak tahu, kalau orang-orang pasif itu biasanya penuh misteri dan selalu membuat kejutan. Tidak 'kah kau tertarik, Ino?"

Ino terdiam, tidak yakin harus menjawab apa. Karena sejujurnya, ia sekarang jadi cukup tertarik dengan ajuan Sakura. Mistery, hmm… tidak terlalu buruk. Hingga kemudian, Ino pun mengembangkan senyumannya seraya berdiri dari bangkunya.

"Baiklah, aku akan mencobanya." Mendengar hal itu Dari Ino. Sakura pun ikut tersenyum. Lega, melihat sahabatnya itu kembali seperti biasa –tidak murung seperti tadi. Walau pun diam-diam, Sakura pun penasaran, bagaimana rasanya berpacaran dengan orang antic selayaknya Naruto. Namun nyalinya terlalu ciut untuk itu. Dan berterima kasih-lah pada Ino yang mau jadi bahan percobaannya. 'Khukhukhu' Batin Setan Sakura. Damnit!

"Dan seandainya jika usulanmu ini tidak sesuai harapan. Bersiaplah, karena aku akan meminta pertanggung jawaban-mu 'lho, Jidat."

"Jangan banyak bicara. Mana kita tahu kalau nanti tiba-tiba malah kau yang terjebak permainan-mu sendiri?" Kata Sakura pelan. Ino menaikan sebelah alis.

"Ha, kau bercanda?" Sakura mengangkat bahu.

"Siapa tahu? Memangnya kau peramal bisa melihat masa depan? Kemungkinan kau yang malah jatuh cinta itu selalu ada. Karena–" Dan sebelum Sakura menyelesaikan kalimatnya, Ino ternyata sudah meninggalkannya sendiri disana tanpa disadarinya.

"Byeee, doakan aku, ya!"Teriak Ino dari kejauhan.

Melihat hal itu Sakura pun hanya bisa mengangkat bahu acuh. Ino memang dari dulu keras kepala dan selalu tak mau mendengar nasihat seseorang. Sakura kini hanya bisa berpasarah sambil berdoa, supaya ucapannya tadi tidak akan jadi kenyataan.

"Well, good luck, pig dan"

"Berhati-hatilah, jangan sampai malah kau yang jatuh cinta."Lirih Sakura mengakhiri sesi mereka.

Dan itulah yang menjadi titik awal dimana akhirnya, Ino dan Naruto mulai berpacaran. Terlalu mudah mungkin bagi Ino. Karena –seperti biasa– Ino, memang selalu mendapatkan apapun keinginannya. Pengalaman berbicara, Ino kawakan dalam hal ini. Tinggal pasang badan, pura-pura menjatuhkan penghapus ke meja Naruto, pura-pura malu ketika saling bertatapan, terbata saat meminta tolong ambil penghapus, ngobrol untuk pendekatan, memasang senyum menggoda setiap saat. Dan taraaa…

Satu hari pun usai dengan catatan –Naruto telah resmi sebagai pacar baru Ino hari itu.

Terlalu mudah tidak –ini sangaaat terlalu mudah…

Seperti laki-laki lainnya, Naruto sama saja.

Seperti biasa.

Terlalu membosankan …

Dan akhirnya, hari-hari pun berlalu dengan Naruto–Ino sebagai kekasih di mata Naruto, Korban Kesekian Ino di mata gadis-gadis, bedebah tak tau diri dimata cowok-cowok dan hanya kelinci percobaan di mata Ino Yamanaka, tapi lagi-lagi Naruto terlalu naïf untuk menyadarinya. Dan menganggap semua yang dilakukan Ino itu jujur dan murni berasal dari nuraninya. Tak pernah sekali pun Naruto menaruh curiga pada gadis itu.

Hingga hari-hari berpacaran pun dimulai. Sebagai laki-laki. Sudah hal wajar bagi Naruto untuk menunjukan kepeduliannya kepada sang kekasih, Ino Yamanaka. Jadi –tentu saja– Naruto berpikir kalau mengirimi message kepada Ino adalah hal yang wajib untuk menggali lebih dalam keharmonisan di antara mereka. Well… Naruto –yang sudah terlarut dalam euforia karena telah menjadi pacar INO YAMANAKA sang PRIMADONA sekolah pun akhirnya rutin tanpa absen selalu mengirimi-nya SMS atau apapun itu, berharap agar Ino dapat merasakan ketulusan dan ke-kompetenannya sebagai kekasihnya. Naruto tidak sadar, kalau disini. Dia telah dibohongi oleh perasaannya sendiri dan presepsinya terhadap Ino. Yap, karena tentu saja, hubungan ini hanya taka da artinya buat Ino. Sama sekali.

Bukti?

Sebagai contohnya, hari ini. Kala Naruto pertama kali mencoba chat dengannya :

'N' 11/27/2017 (19.00) Malem Ino-chan. Sedang apa ? (Lengkap dengan emoji, senyum)

'N' 11/27/2017 (20.00) Ino-chan sudah makan?

'N' 11/27/2017 (21.00) Sudah tidur, ya. Maaf kalau ganggu Ino-chan. Good night, semoga mimpi indah (Emoji peluk, cium)

'I' 11/28/2017 (06.30) Maaf, ketiduran

'N' 11/28/2017 (06.31) No Problem ;) (Pada titik ini, Naruto tak ingin memperpanjang chat sebab sekarang ia yakin Ino sedang bersiap-siap untuk sekolah. Dan, ya… Naruto tidak ingin mengganggunya)

.

'N' 11/28/2017 (17.00) Sore, Ino-chan. Sedang apa? (Emoji senyum)

'I' 11/28/2017 (18.15) Tiduran

'N' 11/28/2017 (18.16) Aku ganggu, ya? (Emoji menggaruk kepala)

'I' 11/28/2017 (19.51) Nggak

'N' 11/28/2017 (20.00) Maaf baru balas, syukur deh. Umm… sudah makan malam belum Ino-chan?

'N' 11/28/2017 (21.00) Ino-chan? Sudah bobo, ya?

'N' 11/28/2017 (23.30) Good Night, Ino-chan… mimpi indah, ya. Gbu. Salam sayang (Emoji peluk)

'N' 11/29/2017 (05.00) Ada Nasi ada Ketan, pagi Ino-chaaan (Emoji nyengir) *Pada titik ini, Ino membacanya sambil memutar bola matanya, lalu kembali tidur seraya berteriak. "Ibu bangunkan aku jam 06.00, ya. Aku masih mengantuk."

"Mengantuk karena main hand-phone sampai tengah malam?"

Ino nyengir lebar."Hehehe, mamah kaya tidak pernah muda saja."

Nyonya Yamanaka memutar bola matanya.'Dasar, gadis zaman sekarang' dan berpikir kalau sepertinya Ino sekali-kali harus di beri karma atau apapun itu karena, yups –ia pernah sekali memergoki riwayat chatting hp-nya dan syok akibat banyaknya daftar cowok random alias berbeda dalam chat tersebut (Dalam point ini, Nyonya Yamanaka –Ibunya Ino melihat riwayat itu hanya dalam 1 hari dan Ino chat dengan belasan kontak berbeda di hp-nya, sialnya dalam daftar itu tercantum nama Naruto. Yap, Dia memang pantas dijuluki Primadona, bukan?)

Dan hal diatas pun berlangsung berulang kali. Naruto terus –tanpa kapok –mengirimi chat ke Ino dan seperti biasa Ino pun berhasil berkelit dengan mudahnya mengabaikan chat demi chat dari Naruto. Tapi, Naruto tetap menerimanya dengan pikiran possitif dan menganggap kalau semua itu terjadi karena Ino sibuk, mengantuk, lowbet dan sebagainya –sesuai alasan Ino. Dia menerimanya. Tak dendam. Tak kesal. Ikhlas. Dan tetap menyemangati diri 'Kalau Ino memang suka sama Naruto' setiap waktu, tak kenal lelah.

Hal itu pun berangsur-angsur, berminggu-minggu, berbulan-bulan hingga setahun pun hampir berlalu. Hingga memaksa Ino-lah yang justru capek meladeni kesabaran Naruto dalam menghadapi ketidak-peduliannya selama riwayat berpacaran mereka. Ini adalah kali pertama buat Ino karena selama ini tak ada satu pun cowok yang kuat bertahan pacaran dengannya lebih dari 6 bulan. Mereka semua pasti akan menyerah dan meminta putus karena lelah dengan sikap Ino. Cuma Naruto saja yang tetap konsisten menjunjung tinggi kelapangan hatinya. Dan entah mengapa itu membuat Ino menjadi resah.

Akan sebuah rasa yang mulai melanda dan membuatnya bimbang.

Ia sudah mencoba berbagai cara. Mulai dari berkencan dengan cowok lain didepan matanya, bermesraan dengan cowok lain didepan matanya hingga berciuman dengan cowok lain didepan matanya pun tak membuat Naruto bergeming.

Dan apa kalian tahu apa yang dikatakannya setelah semua yang Ino lakukan padanya itu. Adalah sesuatu yang sangat membingungkan. Ino benar-benar tak tahu mau bicara apa lagi. Karena, yang ia tahu hanyalah, Seperti apapun ia memperlakukannya. Seburuk apapun ia membuat kesalahan. Sekeras apapun Ino menyiksa pria itu. Ia akan tetap tersenyum, menerima dengan lapang semua kelakuan buruk Ino kepadanya. Dan dengan cengiran andalannya ia pasti berkata. Sebuah kalimat sederhana yang menjadi ciri khas-nya.

"Tak usah khawatir. Aku tidak apa."

Begitu dan terus begitu. Terus tersenyum seperti tidak terjadi apa-apa hatinya sudah kebal akan kesakitan. Selalu tersenyum. Tersenyum menjengkelkan yang membuat Ino serasa ingin merobek bibir itu. Membuatnya gila. Membuatnya murka!

Hingga hari itu pun datang. Ketika tiba-tiba, Naruto datang kemeja Ino. Seorang diri sambil memberikan sebuah kertas kecil polos. Kertas yang bertuliskan undangan makan malam. Dan entah kenapa ada yang berbeda saat itu. Karena Naruto tersenyum tidak seperti biasanya kepadanya. Senyum yang membuat Ino merasa tidak nyaman. Terlebih saat Naruto menatapnya. Shaffire biru itu serasa menusuknya. Seperti langit cerah yang mulai tergantikan awan hitam. Dan membuatnya semakin resah…

Amat sangat resah.

Hingga tibalah malam itu. Ino datang dengan pakaian terbaiknya, make-up terbaiknya, semua terbaik yang dimiliknya. Yang bahkan membuat Ino sendiri terheran-heran. Kenapa ia harus berdadan sedemikian rupa untuk acara makan malam ini? Berpakaian semodis ini untuk mempertegas kecantikannya? Apa maksud dari semua ini?

Ino tidak mengerti. Ia hanya mengikuti intusinya. Dan tak dapat menguraikan alasan kenapa dan mengapa ia sampai berbuat sejauh ini hanya demi makan malam bersama Naruto.

Cowok biasa itu!

"Kau cantik dengan pakaian itu." Kata Naruto, yang membuat pipi Ino memanas untuk sesaat. Dan memilih diam untuk menyembunyikan kepanikannya.

"Langsung saja, sebenarnya apa yang ingin kau katakan hingga mengajakku ketempat seperti ini?" Tanya Ino ketus setelah menduduki bangku di depan Naruto. Naruto mendesah sambil tersenyum. Melihat gadis itu sepertinya mulai berani memeperlihatkan dirinya yang sejati. Hingga kemudian Naruto pun menghela nafas seraya menyeruput segelas kopi miliknya.

"Pesanlah beberapa makanan atau minuman dulu. Kau tak mau kita terlihat hanya menumpang untuk mengobrol disini 'kan?"

Ino menghempas nafas kesal. Dan memaksa dirinya untuk menuruti tawaran Naruto. Karena ia benar, akan sangat memalukan berkunjung ke kafe tanpa memesan apapun. Setelah beberapa saat menyibukan diri dengan pelayan. Satu gelas jus lemon dan creepe pun kini berada diatas meja. Sesaat Ino menyeruput jus lemon-nya sebelum kembali memandang tajam pemilik shaffire yang sedari tadi terus menatapnya.

"A-Apa kau lihat-lihat?" Tanya Ino sedikit gugup.

"Kau tampaknya bersemangat sekali, ya?" Kata Naruto sambil senyum.

"Kau bodoh, ya? Atau kau memang tidak bisa membedakan arti semangat dan tidak bersemangat." Ino mengangkat kepala kasar.

"Tidak, aku hanya berpikir. Kau selalu menolak semua ajakanku untuk berkencan selama ini. Bahkan chat-chat ku pun sering kau abaikan begitu saja. Dan melihat-mu disini –bersamaku. Tentu saja itu bagai keajaiban. Karena jujur saja, kupikir malah kau tak akan datang malam ini." Kata Naruto sambil terkekeh pelan seraya menggaruk kepala belakang yang tak gatal. Sebelum akhirnya Naruto pun menyeruput kopinya kembali dengan tenang. Ia –Naruto tidak menyadari kalau ucapannya barusan lagi-lagi sukses membuat wajah Ino semerah tomat.

"A-Apa sih yang kau bicarakan, bodoh." Jawab Ino sambil mengambil tissue untuk membersihkan mulutnya setelah baru saja menghabiskan creepenya.

Hingga kemudian tiba-tiba Naruto pun kembali menghela nafasnya. Seraya berkata dengan lirih.

"Ino, ayo kita putus."

Ino mematung. Terdiam dengan otak mencerna keadaan. Matanya membelalak. Tissue ditangannya terpelanting ke lantai tanpa disadarinya, sangkin terkejutnya ia kala itu. Sebelum akhirnya, kedua manik biru itu kembali menatapnya.

"Ayo, kita akhiri ini."

Butuh beberapa detik bagi Ino untuk meraih kembali tenaganya. Setelah sempat tercenung, membisu beberapa saat.

"A-Apa?" Pu-Putus?" Tanya Ino masih belum sepenuhnya lepas dari keterkejutannya.

Naruto mendongkak ke langit-langit."Yaah, habis… mau bagaimana lagi. Sepertinya Ino suka sekali mempermainkanku. Kalau begini terus, bukankah kita tak akan bisa menjalani hubungan yang sehat?"

Ino terdiam, tidak tahu harus bicara apa.

"Lagi pula." Kali ini suara Naruto terdengar amat parau dan berat.

"Kau memang tidak menyukai ku bukan? Dan selama ini, kau menganggap ku hanyalah objek pelarianmu dari kebosanan bukan, apa aku salah?"

Zleb.

Ino tertohok mendengar kalimat barusan. Dan menatap nanar kearah Naruto yang masih menyunggingkan senyum kearahnya.

"Sebenarnya. Aku sudah tahu ini sejak lama. Aku jelas bisa merasakan tanda-tandanya dari sikap mu kepada ku. Tapi, kupikir seiring berjalannya waktu, kau bisa berubah. Dan bisa melihatku sebagai laki-laki bukan sebagai kelinci percobaan. Aku terus bersabar, menanti buah dari kesabaranku. Menanti waktu merubah perasaan mu kepadaku. Tapi, aku sadar itu sia-sia. Karena, memang hati tidak bisa dipaksakan bukan? Dan, yaa –aku mengerti. Aku hanya orang biasa, tidak menarik, membosankan, pasaran atau apalah itu. Aku paham, kalau mungkin permintaan ini lancang. Tapi jujur, aku sangat berterima kasih. Karena akhirnya kau membuka mataku akan dunia. Membuatku sadar akan posisi-ku dan dimana seharusnya aku memposisikannya. Walau agak telat sih, karena aku sepertinya terlalu berharap banyak kepadamu. Padahal aku sendiri yakin,membutmu menyukaiku adalah misii yang sangat mustahil…" Jelas Naruto lirih dengan sedikit bumbu kekecewaan didalamnya yang dapat dirasakan Ino dengan jelas.

Yang entah kenapa membuat sebuah sudut dalam hatinya serasa tak rela menerima ucapan pria itu, Membuat Ino tiba-tiba terasa sesak dan mulai pening karena penuturan-penuturan Naruto.

"Besok malam… aku akan ke China bersama Ayahku. Membuka restoran ramen disana bersama salah satu kerabatku. Mungkin ini terdengar seperti berita tidak penting bagimu. Tapi aku hanya ingin kau mengetahuinya. Hitung-Hitung ini ucapan perpisahanku." Kata Naruto lagi sambil mengacak rambutnya yang tak gatal. Sampai kemudian, Naruto pun melihat arlojinya.

"A-Ah, sudah jam 10 malam rupanya. Tak terasa waktu berlalu begitu cepat, ya!" Kata Naruto seraya menyambar tas slempangnya dan memapahnya di bahu. Ia menggeser bangkunya, seraya berdiri. Sebelum membungkuk seraya berkata untuk terakhir kalinya.

"Te-Terima kasih satu tahun ini. Aku sangat bahagia." Seru Naruto. Mata Ino membulat atk percaya.

"Jaga dirimu Ino-chan. Sampai jumpa!"

Dan bersamaan dengan rentetan kalimat itu, Naruto pun pergi meninggalkannya dengan keadaan mematung tak berdaya. Hingga tanpa sadar, sebuah cairan pun mulai turun ke pipi porselennya. Membuatnya tidak mengerti, kenapa dia harus menangis, bukankah ini adalah 'goal' namanya. Bukankah, ini memang yang ia impi-impikan selama ini. Bukankah sudah jadi keinginan yang mendarah daging baginnya, untuk putus dari Naruto.

Ini terasa bebas namun disaat bersamaan ini terasa kosong. Karena ia merasa di satu tempat dalam hatinya bergeremicik seakan ada yang hilang dari sana.

Hingga membuat Ino berpikir seraya bertanya dalam batinnya.

'A-apa-apaan lelucon konyol ini, Naruto-kun?' Tanyanya tak percaya, ketika menyadari tangisannya tak terhentikan. Dan saat itulah Ino menyadari, bahwa percaya tak percaya kalau nyatanya –Ia, Ino Yamanaka, tidak ingin bocah Uzumaki itu, si norak itu pergi darinya.


TBC

Gaje, ya? Iya emang, ni fic Gaje, Gajeee bangeet. Sebenarnya ini fanfic saya buat sudah lama. Cuman nggak diterusin karena mikir ini gaje banget, tapi dari pada mubazir nggak kepake di PC. Akhirnya saya beraniin publish ini story gajenesss. Maap, ya. Dan, oh. Ini fic mungkin hanya 2shoot atau 3shoot. Cz, saya emank udah prepare endingnya bakal gimana. Yah mudah-mudah para reader sekalian dapat menerima fic aneh ini dan meresponnya.

Oke sekian basa-basinya.

Last but not least, thanks for coming…