Author: Kiriya Diciannove

Tittle: Long Way

Disclaimer: All the cast belong to God, themselves, their parent, their Management.

The story is mine. No copas!

Cast: Member TVXQ, JYJ from TVXQ, and other

Rate: Teen, PG-13

Pairing: Yunjae. Yunjae's belong to YJs!

Warning: AU, typo, BL, OOC, Don't Like, Don't Read! ;)

Mind to RnR? :3

Summary: [Oneshoot] AU, BL, OOC.

Ada beberapa alasan bangun pagi untuk jogging dihari minggu/

Aigoo… kenapa bisa fotonya yang seperti ini ada pada Yunho?

Kenapa beruang itu tidak meminta foto bersama saja?

Jaejoong kan bisa memberikan pose yang lebih cut—keren/Mind to RnR?

:::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::

Lasting for far 'n far, long way of wind and sand.

Life is a journey, sometimes we are a bit lost.

Let's just hear the voices of our hearts.

Let's believe and walk the road, which we can only see by closing

Our eyes [Long Way –JYJ]

::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::

:::::::::::::::::

Long Way © Kiriya Diciannove

:::::::::::::::::

::::::::::

Ada beberapa alasan bangun pagi untuk jogging di hari minggu.

1. Jogging itu menyenangkan dan menyehatkan! Jadi gak heran kalau banyak yang jogging gak cuma hari minggu pagi tapi juga dihari-hari lain.

2. Jogging bisa membantu untuk diet alias menurunkan berat badan :D

3. Nyari kecengan, hari minggu pagi banyak yang jogging, berarti banyak yang bisa di keceng!

4. Isi sendiri.

Kriiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiing! Kriiiiiiiiiiiiiiiiiiing!

Jam weker di kamar bernuansa putih, cute dan minimalis itu berdering dengan nyaringnya. Sontak saja makhluk yang tadinya tidur dengan sangat lelapnya itu terdepak dari alam mimpi. Uh, padahal tadi dia sedang bermimpi jadi pawang mata masih terpejam dia mencari jam weker itu dengan meraba-raba ke arah meja nakas di samping kasurnya.

Kriiiiiiiiiiiiiiiii

Klik.

Tidur lagi.

Hari minggu itu memang hari yang indah untuk bermalas-malasan.

Sesosok namja tampan menjurus bishounen itu masih bergolek hangat dengan selimut motif gajah di kasurnya sambil memeluk guling kesayangannya dengan tidak karuan. Perlahan dia membuka matanya dan melihat seseorang berada di atas kasurnya dengan posisi miring dengan tangan menumpu kepala sedang melancarkan senyum manis kepadanya.

"Pagi Hyung…"

Brukkk!

Sontak namja itu mendorong si tampan yang sedang tersenyum itu hingga jatuh dengan tidak elitnya ke lantai.

"Ya! Apa yang kamu lakukan dikamarku?! Ki—kita gak ngapa-ngapain kan?!" Jaejoong melihat dibalik selimutnya. Masih lengkap dengan baju lengan pendek dan celana pendek selututnya. Dia menghela napas.

"Baru 5 detik juga aku masuk, mana sempat mau ngapa-ngapain hyung." Ucapan Yoochun itu diberi tatapan horror oleh Jaejoong.

Yoochun memutar bola matanya, "Ayolah hyung, aku tidak tertarik untuk mengapa-apakanmu. Walau cantik, kau itu terlalu galak, bukan tipeku."

Jaejoong melipat tangannya, "Jadi kenapa kamu masuk ke kamarku?"

Yoochun tersenyum lebar sambil berjalan menuju jendela kamar Jaejoong. Menyibak tirai berwarna putih itu dan membuka jendela dengan kedua tangannya. Menimbulkan kesan elegan ala tuan muda. (Tentu saja sebenarnya adegan yang bagus itu adalah adegan yeoja cantik yang sedang membuka jendela di pagi hari).

"Ini hari minggu pagi yang cerah dan indah hyung." Ucapnya sambil menghirup udara segar.

Jaejoong menaikkan sebelah alisnya, "Lalu?"

"Ayo kita jogging!"

"Nggak, aku mau tidur!" Namja cantik itu kembali berbaring dan memejamkan matanya sambil menutup tubuhnya kembali dengan selimut.

"Ya! Ayolah hyung, ini menyehatkan lho, jarang-jarang kan kita latihan seperti ini!" rayu Yoochun sambil memaksa membuka selimut bermotif gajah itu.

"Aku perlu tidur yang cukup." Sahut Jaejoong dari balik selimut.

Yoochun mengernyitkan alisnya, "Ini sudah lewat dari jam tidur yang cukup."

"Tidur yang cukup dan sehat berapa jam?" Tanya Jaejoong dengan suara seraknya.

"7-8 jam, hyung."

"Malam tadi aku tidur jam 2 malam, itu artinya aku baru tidur 5 jam kurang."

"Harusnya kau tidur mulai jam 9, itu baru tidur yang sehat." Sahut Yoochun. "Lagipula olahraga juga menyehatkan kok, hyung." Rayu Yoochun lagi.

"Tidak."

"Ayolaaah…" Yoochun memaksa.

"Tidaaak." Jaejoong tetap menahan selimutnya.

10 menit kemudian…

Dan disini lah mereka berada. Di depan pintu rumah. Tampak Yoochun melakukan pemanasan dengan tangannya, sementara Jaejoong memasang tali sepatunya dengan ogah-ogahan.

"Semangat dong Jae-hyung, ada banyak yeoja cantik dan namja yang bisa kau lihat saat jogging nanti. Atau mungkin kau akan bertemu dengan Yunho-hyung."

"Aku lebih berminat pada kasur dan selimutku yang hangat itu."

"Sebentar lagi sinar mentari yang cerah akan menghangatkanmu, hyung."

"Kupikir matahari akan membakar kulitku nantinya," keluh Jaejoong.

"Hyung, kau kan namja, masa takut pada matahari." Yoochun menggelengkan kepalanya.

"Aniyo!" sahut Jaejoong ketus. "Sudahlah. Ayo cepat!" seru namja cantik itu lagi.

Beberapa menit kemudian Jaejoong menyesali ucapannya itu.

"Hei nona cantik, mau berlari bersama?" Tanya beberapa namja kepada Jaejoong dengan nada menggoda.

Namja yang memakai celana hitam selutut dan baju sweater abu-abu itu mendelik kesal, "Aku namja!" geramnya sambil mempercepat larinya.

"Hei, nona cantik, mau berlari di jalan cinta bersamaku?"

Para yeoja itu terkekeh pelan sambil melanjutkan lari mereka di jalanan Big East yang menyegarkan karena dipenuhi pepohonan hijau itu.

"Yah! Park Yoochun, sempat-sempatnya kau merayu yeoja dan meninggalkanku begitu saja!" amuk Jaejoong.

"Kasihan dia diomeli yeojachingu-nya karena jelalatan."

"Awas! Kamu jangan sampai seperti itu chagi!"

Terdengar bisik-bisik orang yang melewati jalan itu.

Yoochun mengibas rambutnya, "Wah, hyung. Kau membuat orang-orang salah paham."

"Itu karena kau bertingkah seperti ini. Memangnya apa tujuanmu mengajakku jogging, eoh? Jangan bilang hanya untuk melihat-lihat para yeoja seksi itu."

Namja bersuara husky itu berdehem, "Tentu saja untuk kesehatan tubuh kita, hyung. Kau jangan galak-galak begitu hyung, nanti cantiknya hilang."

"Siapa yang kau bilang cantik?!" seru Jaejoong berniat melempar Yoochun dengan sepatu yang dipakainya.

"Ampun hyung, Cuma bercanda!" Yoochun menatap horror kearah Jaejoong. Walaupun cantik, tenaga Jaejoong kan tidak main-main.

Setelah beberapa kali memutari jalanan di dekat apartemen, mereka memutuskan untuk beristirahat di taman Red Ocean, sesekali Yoochun bersiul ketika melihat beberapa yeoja ber-hotpants melewati mereka.

"Wow, cantik, mulus, putih dan sexy…"

"Sekali lagi kau bersiul seperti itu, botol minuman ini akan menyumpal mulutmu, Park."

"Wuah, slow down hyung. Kenapa mood mu buruk sekali sih?"

"Karena seseorang sudah mengganggu hari mingguku yang tenang."

"Kalau kau terus galak seperti ini, nanti tidak ada yang naksir padamu, lho."

"Aku masih muda, dan aku belum memikirkan hal seperti itu."

"Wuah, lalu bagaimana dengan Yunho-hyung?" goda Yoochun.

"Memangnya apa hubungan dia denganku?!"Jaejoong balik bertanya, sedikit jengah karena selalu dihubung-hubungkan dengan teman sekelasnya itu.

"Kalian terlihat memiliki chemistry yang bagus, hyung."

"Dari sudut mana kalian melihatnya?!" dengus Jaejoong. "Kau membual, Park. Jangan terus-terusan hanya bermain."

Yoochun menggeleng tidak setuju, "Kita masih berada disaat-saat kita masih bisa bermain-main. Lalu apa kau itu menikmati hidupmu yang tampak monoton itu, Hyung?" Yoochun membayangkan saat-saat dimana Jaejoong pergi ke salon atau ke mall sendirian.

"Aku menikmati kehidupanku," sahut Jaejoong tegas.

"Kau menikmatinya sendirian, hyung. Apa tidak kesepian?"

"Aku tidak merasa seperti itu, lagipula ada kau, walaupun kau menyebalkan."

"Aku kan tidak akan selalu ada disampingmu, hyung. Ya sudah, aku ingin berkeliling sekali lagi. Kau mau ikut?"

"Tidak, aku tidak mau digoda para namja payah itu." Jaejoong melirik kearah jalanan yang dilewati oleh beberapa orang yang sedang jogging sambil mengerling pada Jaejoong, membuat namja itu bergidik pelan.

Yoochun terkekeh pelan, "Nikmati saja hyung, nikmati…" ucapnya lagi sebelum berlalu.

Merasa cukup lama ditinggal oleh sepupunya itu, Jaejoong menghembuskan napasnya, mencoba meredam amarahnya. Namja bermata doe itu berjalan keluar dari taman.

"Aaah... Jaejoong-hyung!" seru Changmin sambil mem-pause game miliknya.

Langkah namja bermata doe itu terhenti, matanya mengarah pada dua anak-anak yang sedang duduk dikursi taman itu. "Changmin-ah, Kyuhyun-ah, apa yang kalian lakukan pagi-pagi begini disini?"

"Berkencan," sahut Changmin ceria, dan langsung dihadiahi pukulan dari Kyuhyun.

"Kami sedang tanding game, Jaejoong-hyung."

"Itu sakit, Kyu. Lagipula aku kan hanya bercanda." Changmin mengelus kepalanya yang baru saja dipukul sahabat evil-nya itu.

"Rajin sekali pagi-pagi begini tanding psp di taman." Ucap Jaejoong. 'Aneh,' batinnya.

"Sebelumnya kami tadi sedang jogging bersama Yunho-hyung. Tapi dia entah menghilang kemana," ujar Kyuhyun.

"Tadi katanya ingin membeli minuman isotonik. Tapi mungkin dia sedang merayu yeoja cantik sekarang." Celutuk Changmin.

"Atau dia yang sedang dirayu para yeoja," sambung Kyuhyun.

"Oh benar, bisa jadi, bisa jadi. Hyung kita kan tampan..." Sahut Changmin. "Eh?"

Changmin baru menyadari kalau sosok namja cantik itu sudah menghilang dari pandangan mereka.

"Lho, mana Jaejoong-hyung?"

"Sudah pergi."

"Aish, aku belum sempat bilang kalau aku ingin ke rumahnya nanti."

"Huh? Untuk apa?" Tanya Kyuhyun.

"Mencoba makanan buatan Jaejoong-hyung yang sangat enak itu! Kemarin dia berjanji akan membuatkan kue untukku." sahut Changmin sambil mengacungkan jempolnya.

.

"Tidak Yoochun dan Yunho, mereka sama saja." gumam namja yang memiliki hobby memasak itu. Tiba-tiba manik matanya mendapati Yoochun yang sedang bermain bola dengan Junsu di taman itu, dengan suasana background bling-bling pink.

"Ayo tangkap yang benar Suie!" seru Yoochun.

"Yah, Chunnie! Jangan melemparnya tinggi-tinggi! Aku bukan anjing American Pit Bull yang bisa melompat tinggi." Seru namja bersuara lumba-lumba itu.

"Mianhae, tapi kau kelihatan manis sekali." Yoochun tertawa renyah.

Jaejoong menepuk dahinya. "Haah, harusnya aku sudah tahu kalau niat awal namja ini adalah untuk mendekati Junsu. Secara Junsu sering bermain bola di taman ini." Gumamnya menghela napas, "Aku pulang saja."

"Hai nona cantik—"

"Aku namja!" seru Jaejoong pada namja yang bahkan belum menyelesaikan kata-katanya yang ditujukan padanya itu.

"Menyebalkan, menyebalkan!" gerutunya berjalan sambil menendang kaleng minuman yang ada di jalan itu.

Klontang!

Jduk!

"Appo!"

'Astaga!' batin Jaejoong sweatdrop, menyadari kalau baru saja dia menendang sebuah kaleng coca cola dan mengenai seseorang. "Ini mainstream sekali…" lirihnya pelan.

"Siapa yang menendang kaleng ini!" seru seorang namja yang memakai jaket merah dengan celana training hitam itu.

"Mianhamnida, aku tidak senga—Yunho?"

Yunho mengelus dahinya yang memerah, "Huh? Jaejoong-ah, kau yang menendang kaleng ini, eoh?"

"Iya, tapi aku tidak sengaja." Ucap Jaejoong jujur.

Yunho mengeleng-geleng, "Ckck, sudah buang sampah sembarangan, menendangnya sampai kena orang lagi, memangnya aku salah apa padamu..."

"Hei, aku tidak membuangnya, kaleng itu sudah ada dari tadi di jalanan dan aku menendangnya tidak sengaja mengenaimu!"

"Paling tidak untuk menjaga kebersihan, kamu harusnya memungutnya lalu membuangnya ke tempat sampah, coba lihat, disana ada tempat sampah."

"Hell, memangnya kau pikir aku tukang pungut sampah, mood ku sudah buruk, jangan menambahnya!"

"Hei, kenapa kau marah padaku, aku korban disini!" seru Yunho sambil memegang barang bukti berupa kaleng minuman isotonik itu.

"Aku kan tidak sengaja!" teriak namja cantik itu sambil merebut kaleng itu dan melemparnya kearah lain.

Jduk!

"Grrr… rawrr…!"

"Omo…" Jaejoong menutup mulutnya dengan kedua tangannya, sementara Yunho menatap horror ke arah kaleng itu dilempar.

"Guk! Guk!"

"Gyaaa!"

Tanpa aba-aba, kedua orang dengan jenis kelamin namja itu segera berlari secepat mungkin. Diiringi oleh anjing besar berbulu hitam itu di belakang mereka.

"Guk!"

"Lihat apa yang kau lakukan, Jae!" teriak Yunho pada namja disampingnya yang juga ikut berlari.

"Maaf. Aku kan tidak sengaja! Itu karena kau membuatku yang sedang kesal menjadi semakin kesal!" balas Jaejoong. "Anjing itu tampaknya benar-benar marah."

"Kau pikir dia akan memaafkanmu?!" sahut Yunho berusaha mempercepat larinya.

"Tidak tahu! Apa aku harus mencobanya?" Tanya Jaejoong.

Saat itu juga Yunho ingin menggeplak kepala namja cantik itu seandainya mereka tidak sedang dalam keadaan genting. 'Anak ini bodoh atau polos sih?!'

"Kau bodoh atau polos sih?!" Yunho menyuarakan isi hatinya.

"Apa maksudmu, eoh!"

"Cepat lari."

"Guk! Guk!"

"Sepertinya di ujung sana ada belokan, aku ke kiri dan kau ke kanan!" seru Yunho mengambil keputusan sepihak.

"Ani! Belokan ke kiri itu buntu, kalau kesana kau dan dia mengikutimu, kau akan berakhir digigitnya dan kena rabies."

Yunho terperangah mendapat jawaban dari namja seperjuangannya melarikan diri dari anjing galak itu. Tidak menyangka kalau namja cantik itu cukup perduli juga. Dan kalau dilihat dari dekat begini, cantik juga sih. Dan kulitnya benar-benar putih sekali.

"Eh, biar deh. Kamu ke kiri aja."

Gubrak. Hampir saja Yunho terjatuh karena terserempet kakinya sendiri.

"Yah! Kau ini!" Yunho benar-benar ingin menjedukkan kepalanya ke tembok karena pemikirannya yang memuji Jaejoong tadi.

Pada akhirnya mereka sama-sama lari ke kanan.

"A… aku tidak sanggup lari lebih jauh lagi!"

Napas mereka berdua mulai terengah, sementara anjing itu mulai memperpendek jarak diantara mereka.

"Huaaa, aku tidak ingin kena rabies!" Seru Jaejoong. "Hah… Ini alasan kenapa aku lebih menyukai kucing yang manis, lucu, lembut dan imut!"

Dia mulai berpikir ini memang benar-benar hari minggu yang buruk. Benar-benar buruk.

"Guk! Guk!"

"Jae, bisakah kau tidak memuji kucing disaat seperti ini? Ini bukan saat yang tepat. Sepertinya… hah… anjing itu mengerti…"

"M—mwo?"

"Yah! Jangan memperlambat langkahmu kalau kau tidak ingin kena rabies!" seru Yunho sambil menggandeng tangan namja bermata doe itu, membuat Jaejoong sedikit kaget karena tangannya digenggam oleh tangan besar Yunho, menariknya agar tidak tertinggal jauh dibelakang.

Namja cantik itu menatap Yunho yang berlari di depannya, membuat Jaejoong hanya bisa melihat punggung kekar namja itu dengan ekspresi terperangah. Sepertinya dia benar-benar harus rajin olahraga ke gym mulai sekarang dibanding melanjutkan hobby memasak di dapur atau shopping di mall. Dia melihat perbedaan fisiknya yang cukup jauh dengan namja tampan bermata tajam itu.

Perlahan jarak antara mereka dengan anjing itu terlihat menjauh, Jaejoong menoleh kearah belakangnya, "Hah… sepertinya anjing itu mulai menyerah mengejar ki—"

Guk!

Eh? Ternyata anjing itu masih mengejar wajah jarak mereka sudah cukup jauh.

"Uwaaa…"

Tidak sengaja namja cantik itu menginjak tali sepatunya sendiri, membuatnya kehilangan keseimbangan dan jatuh, membuat namja tampan yang menggandeng tangannya ikut terjatuh, sementara sebelah sepatu namja cantik itu terlepas dan terlempar tidak jauh darinya.

Jduk!

"Ugh… Hah… Jae, kau ada dendam apa sih padaku?" Yunho dengan posisi tiarap itu mengerang menahan rasa sakit pada kepalanya yang lagi-lagi menghantam sesuatu. Jalanan beraspal.

Sementara namja cantik itu mengelus lututnya yang lecet dan sedikit berdarah. Sepertinya mereka harus memasrahkan diri mereka digigit anjing itu dan kena rabies.

"Andwae!"

"Tangkap ini!" seru Yunho berdiri di depannamja dengan bibir cherry itu sambil melemparkan sesuatu kearah anjing yang sedang mendekat dengan lidahnya yang menjulur itu.

Guk!

Anjing itu segera mengejar benda yang dilempar Yunho karena insting alami hewan itu.

"Haah… syukurlah…" namja itu terduduk dengan napas terengah, "Gwaenchana?" namja dengan bibir berbentuk hati itu menoleh ke belakangnya.

Mata bulat hitam itu membesar, lalu kedua tangan putih pucat namja dengan bibir cherry itu memukuli Yunho, "Yah! Itu sepatu limited edition milikku, kenapa kau melemparnya kepada anjing itu, eoh!"

Yunho melindungi dirinya dengan kedua tangannya, "Yah! Hentikan! Tapi aku sudah berhasil menyelamatkan diri kita! Berterima kasihlah padaku!"

"Itu sepatu limited edition, hanya dibuat 25 di dunia ini, kau tidak tahu berapa lama aku menabung untuk membeli sepatu itu!" namja itu masih memukul Yunho walau tidak keras karena tenaga mereka sudah terkuras karena berlari entah sudah berapa kilometer.

"Ini lebih baik dari pada kita kena rabies, lagipula kenapa kau memakai sepatu mahal seperti itu untuk jogging sih," gerutu Yunho.

"Arrrgh! Ini benar-benar minggu yang menyebalkan!" pekik Jaejoong sambil menatap lututnya yang lecet dan berdarah-darah karena dia memakai celana pendek selutut itu. Matanya kemudian mengarah pada kaki kirinya yang hanya memakai sebelah sepatu, sementara kaki kanan hanya memakai kaos kaki bergambar hello kitty. "Bagaimana aku pulang sekarang? Nyeker?"Jaejoong mengacak-acak rambutnya.

"Neo!" Jaejoong mengarahkan telunjuknya tepat didepan hidung Yunho, "Bagaimana aku pulang kalau seperti ini!"

Yunho menyilakan kakinya sambil tersenyum hambar, "Yaaa, maaf. Itu tadi refleks karena ingin melindungimu, dan benda yang ada cuma sepatu itu tadi. Daripada rabies, begini kan lebih baik."

'M—melindungi?' Jaejoong memasang wajah melongo.

"Baik untuk dirimu, kau tidak terluka dan sepatumu masih ada sepasang!" sahut Jaejoong mengerucutkan bibir cherry-nya kesal.

'Astaga, tingkah anak ini manis sekali,' tatap Yunho pada namja berambut hitam yang panjangnya hampir mengenai bahu itu.

Jaejoong mencoba bangkit sambil merintih pelan karena lututnya benar-benar terasa sakit. Dan lagi dimana dia sekarang berada? Kenapa tidak ada satupun alat transportasi berbentuk mobil, bis, taksi, atau truk yang lewat? Kepalanya menoleh kanan dan kekiri.

"Hari ini car free day." Sahut Yunho seakan bisa membaca pikiran Jaejoong, membuat Jaejoong mendengus pelan.

"Kau membawa ponsel? Aku ingin minta jemput Yoochun," ucap Jaejoong mengarahkan pandangan pada namja bermata musang itu.

Yunho meraih saku jaketnya, "Aku membawa ponsel, tapi—"

Belum sempat menyelesaikan ucapannya, namja androgini itu merebut ponsel Yunho.

"Kenapa ponselmu tidak menyala?" Tanya Jaejoong heran.

"Uh, itu, baterainya habis karena kupakai mendengarkan musik ketika jogging tadi…" sahut Yunho polos.

"Arrrgh! Kenapa tidak bilang dari awal?! Kenapa aku tadi tidak membawa ponselku? Argh! Apa salahku?!" raung namja cantik itu sambil berjongkok ingin pundung, mojok ditemani segala aura kemuraman disampingnya.

"Apa kau benar-benar tidak bisa berjalan?" Nada khawatir terselip dalam pertanyaan Yunho.

"Kakiku sakit! Aku lelah dan aku tidak memiliki sepatu!" sahut namja pencinta gajah itu kesal.

Yunho menghela napas, memang ini salah siapa sampai hal ini terjadi?

Dia berdiri dihadapan Jaejoong yang masih berjongkok, mata mereka bertemu pandang untuk beberapa saat sampai Yunho memutusnya karena mendadak berbalik dan berjongkok.

"Naiklah…"

Mata doe Jaejoong membelalak, "M—mwo? Shirreo! Aku bukan yeoja!" ucapnya ketus.

"Jadi kau mau kutinggal sendirian disini?"

Jaejoong melotot, "Kau mau meninggalkanku setelah menghilangkan sepatuku?"

Yunho menghela napas, 'Sabar… sabar…'

"Makanya, ayo naik."

"Shirreo!" sepertinya harga dirinya tinggi sekali, meskipun kedua kakinya luka dan membuatnya sulit berjalan.

'Keras kepala,' batin Yunho Jengkel. "Lalu kau mau bagaimana? Seandainya hanya sebelah kakimu yang luka, aku bisa memapahmu. Atau kau mau kugendong ala bridal? Orang-orang bisa berpikir kita adalah pasangan kekasih yang baru kawin lari."

Jaejoong nyaris tersedak sendiri mendengar ucapan Yunho, "Y—yah!"

Namja tampan itu berbalik, lalu melepas jaket miliknya, memasangkan hoodie jaket itu pada Jaejoong hingga menutupi kepala namja berambut hitam legam itu, "Sekarang tidak akan ada yang mengenalimu." Ucapnya sambil tersenyum lebar. "Kajja, ayo naik."

"Ta—tapi-"

"Tidak ada alasan lagi!"

"Arraseo…" Jaejoong menggembungkan pipinya kesal sambil memakai jaket hoddie itu.

Yunho tersenyum kecil sambil menggendong namja cantik itu, "Kau ringan sekali, kau benar namja bukan sih?" Yunho menolehkan kepalanya ke samping kanan.

"Tentu saja aku namja…" Jaejoong balas menatap Yunho.

Deg!

Langkah Yunho terhenti. Tanpa disadari ternyata wajah mereka berjarak kurang dari sejengkal, bahkan kedua orang itu bisa melihat bayangan diri mereka sendiri di dalam bola mata indah itu.

Mata hitam bulat itu benar-benar indah dan terlihat polos.

Dan mata musang itu benar-benar tajam dan berkharisma, membuat keduanya terperangkap dalam hipnotis pesonanya masing-masing.

"Tapi kau benar-benar kelihatan cantik Jaejoong-ah…" ucap Yunho tanpa mengalihkan pandangannya.

Bukannya marah, wajah namja itu malah memerah, "A—aku ini tampan!"

Yunho berdehem, berinisiatif memutus adegan pandang memandang itu, takut kalau tiba-tiba dia kelepasan karena mereka sekarang sedang di jalanan.

"Haha, kau bercanda." Tawa Yunho mendengar tanggapan Jaejoong sambil kembali memandang lurus ke jalanan.

"Ish!" Jaejoong memiting leher Yunho.

"Uhuk! Yah! Jae… k—kau ingin membunuhku…? Hentikan!"

"Makanya jangan menertawakan diriku!"

"Kau tahu Jae, di kelas bahkan banyak namja yang membicarakan kecantikanmu."

"Kau ingin kupiting lagi?"

"Wah, kupikir itu tadi sebuah pelukan yang erat," goda Yunho.

"M—mwo?" Jaejoong membulatkan matanya, "Kau pikir gara-gara siapa aku kehilangan sepatu limited edition-ku hingga kita jadi begini?!"

"Kau pikir gara-gara apa anjing itu mengejar kita?" Yunho balik bertanya.

Jleb!

"Ugh… itu… itu…"

Yunho tersenyum dengan penuh rasa kemenangan melihat Jaejoong yang tidak bisa menjawab.

"Di—diam!" wajah namja cantik itu kembali memerah.

"Kenapa setiap kali bertemu kita selalu terlibat dalam pertengkaran konyol?" Tanya Yunho sambil memandang lurus kedepan jalan. Ya, sepertinya di kelaspun hubungan mereka tidak begitu bagus, walaupun banyak orang-orang yang mencoba menjodoh-jodohkan mereka. Mereke bilang dia dan Jaejoong adalah couple yang serasi. Meskipun nyatanya Yunho dan Jaejoong tidak memiliki hubungan yang bisa dibilang cukup dekat. Sebenarnya tidak hanya dengan Jaejoong, kadang Yunho juga sering di couple-kan dengan Tiffany, Ahra, dan beberapa yeoja lainnya.

"Entahlah, mungkin aku hanya tidak nyaman dengan teman-teman yang selalu menjadikan kita sebagai objek yang sering di-bully."

"Kau tidak menyukaiku ya?"

"Bukannya begitu sih… aku tidak membencimu. Sebenarnya aku hanya kesal padamu."

Namja tampan yang sekarang hanya memakai baju kaos lengan pendek berwarna putih itu memiringkan kepalanya, "Hah? Memangnya aku ada salah apa padamu?"

"Iya, lebih banyak yeoja yang menyukaimu daripada menyukaiku. Kau tampan, tinggi, pintar, manly, dan… eh, kenapa aku memujimu?" sontak wajah Jaejoong memerah.

"I—itu sebenar kesal, iri atau cemburu Jaejoongie?" Tanya Yunho dengan semburat merah diwajahnya, meskipun hal itu tidak terlihat oleh Jaejoong.

"…lupakan…" Jaejoong menyembunyikan wajahnya.

"Bukan salahku kalau aku tampan dan kau cantik, bukankah tampan dan cantik adalah pasangan yang cukup serasi?"

[Long Way]

"Haaaah… ini benar-benar hari minggu yang indah dan menyenangkan, benarkan Suie?" Yoochun merentangkan tangannya seraya menarik napas sedalam-dalamnya, menghirup udara yang belum tercemar polusi itu. Berniat merangkul bahu Junsu.

"Kau benar, Chunnie, karena itulah aku suka melakukan jogging tiap pagi hari, terutama dihari minggu." Junsu mengiringi langkah namja cassanova itu. Mereka memutuskan untuk berjalan-jalan, setelah tadi Yoochun mencari-cari Jaejoong di taman dan tidak menemukannya. Dia berpikir Jaejoong sudah pulang. 'Biarlah, berarti aku bisa berjalan-jalan dengan Suie lebih lama,'

"—nie! Chunnie? Kau melamun?" Tanya Junsu heran.

"Huh? Ah, mian. Aku sedang hanya berpikir betapa beruntungnya aku bisa berjalan bersama seseorang seimut dirimu dipagi yang indah hari ini, haha…" Yoochun mengerlingkan matanya.

Junsu terkekeh pelan membuat pipinya terlihat semakin chubby, "Kau bercanda."

"Kau benar-benar imut." Yoochun memposisikan jarinya dalam bentuk swear.

"Apa biasanya kau juga mengucapkan kata-kata seperti ini pada yeoja-yeoja itu, Chunnie?"

Jleb!

"H—huh? Tidak juga, tapi aku selalu mengatakan sesuai kenyataan yang ada." Ucap Yoochun sambil berdehem pelan.

"Benarkah?"Junsu menyipitkan matanya. Oh, tentu Junsu tahu kalau Yoochun itu tipe namja yang pandai memainkan kata-kata. Tiba-tiba mata Junsu mendapati sosok yang familiar baginya, "Eh, lihat! Bukankah itu Yunho-hyung? Dia sedang menggendong seseorang…"

"Mana?" Yoochun langsung menoleh ke kanan dan kiri. Matanya membulat lebar ketika menemukan obyek yang disebut Junsu, "Wuah, ini bahaya bagi Yunjae couple."

"Ayo kita ikuti, kita harus tahu siapa yang digendong oleh Yunho-hyung." Ajak Junsu. Dan merekapun akhirnya mengendap-endap pelan mengikuti Yunho dan orang yang berada digendongan ala piggy backstyle itu.

"Yeoja itu menutup kepalanya dengan hoodie, aku tidak bisa melihat wajahnya!" bisik Junsu dari samping Yoochun. Sementara Yoochun hanya diam memandang namja imut disampingnya itu.

"Hei Chunnie, ayo kita bersembunyi disana!" seru Junsu sambil menarik lengan namja cassanova itu dengan erat.

Wuah, ini benar-benar hari minggu yang menyenangkan. Bagi Yoochun.

Srek… srekk…

Terdengar bunyi semak-semak yang bergoyang. Jaejoong segera mendekatkan bibirnya ketelinga Yunho seraya berbisik, "Sepertinya ada yang mengikuti kita, Yun…"

"Aku tahu, yang mengikuti kita itu Yoochun dan Junsu." Sahut Yunho berbisik pelan.

"Aish! Jinjja? Ayo lari Yunho! Jangan sampai mereka tahu kalau aku yang kau gendong! Ppali!" ucap Jaejoong sambil menyembunyikan wajahnya diceruk leher Yunho.

"Mwo? Wae? Bukankah tadi kau ingin minta jemput Yoochun?"

"Aku tidak mau dia melihatku seperti ini, dia pasti akan mengejekku habis-habisan! Lalu dia sebarkan di kelas kalau kita berdua ada apa-apa, lalu para fangirls-mu akan mem-bully diriku!"

"Wow!" Yunho malah berdecak kagum.

"Yah! Cepat lari! Ppali!" Jaejoong memukul kepala Yunho.

"Arraseo!" namja tampan itu mulai mempercepat langkah kakinya, walaupun sebenarnya kakinya sudah cukup penat karena berlari di kejar anjing ditambah menggendong Jaejoong dan sekarang namja cantik itu malah menyuruhnya berlari.

"Kau tahu Jaejoongie, aku tidak akan membiarkan orang yang kucintai nantinya di-bully oleh para fangirls-ku!" ucap Yunho seraya berlari.

.

"Aish, sepertinya mereka mengetahui kalau kita mengikuti mereka, Suie!"

"Ayo kita tangkap basah mereka, Chunnie!"

"Sebelum itu cepat ambil foto mereka!" seru Yoochun.

"A—ah! Kau benar!"Junsu segera meraih ponsel miliknya.

Klik!

Foto seorang Jung Yunho menggendong seseorang yang belum teridentifikasi.

.

"Haah… hah… maaf Jae… tapi aku tidak bisa berlari lagi. Kita sembunyi saja…" ujar Yunho dengan napas tersengal dari berlari kearah sebuah pohon besar. Namja tampan itu kemudian menurunkan Jaejoong disamping pohon itu. Namja itu kemudian berusaha mengambil udara sebanyak-banyaknya.

Tap! Tap!

"Mereka kesini," bisik Yunho segera merapatkan dirinya dengan Jaejoong dibalik pohon itu. Bersembunyi dalam posisi romantis. Jaejoong menatap Yunho yang terengah-engah, berusaha meraih oksigen sebanyak mungkin, dan entah kenapa itu membuatnya menatap namja itu dengan terkesima. Tersadar karena gerak dari namja tampan itu, Jaejoong refleks menyandarkan wajahnya tepat di dada Yunho secara tidak sengaja.

"Bukankah tadi Yunho berlari kearah sini?"

"Entahlah, aku tidak melihatnya."

"Aish, aku benar-benar penasaran siapa yeoja yang digendong oleh Yunho-hyung!" ucap Junsu gemas.

"Mwo? Yeoj—"

Yunho segera membekap mulut Jaejoong dengan tangannya.

"Sssst!" dia merapatkan dirinya di pohon itu, membuat Jaejoong terjepit antara batang pohon dan dirinya.

Dia merasa kalau langkah kedua namja yang tadi mengejar mereka semakin mendekat. Tanpa sadar Jaejoong mencengkram ujung baju kaos Yunho. Oh, apakah mereka akan ketahuan? Bagaimana ini? Dia harus berkata apa? Mereka akan salah paham!

"Apa kau mendengar suara sesuatu, Chunnie?"

"Huh? Suara apa? Aku hanya mendengar suara merdumu."

Junsu hanya melirikkan matanya sekilas pada Yoochun yang memasang senyum lebar kepadanya.

"Kita cari kesana saja," ujar Yoochun kemudian sambil menarik tangan Junsu menjauh dari tempat itu.

Syukurlah, sepertinya mereka tidak menyadari keberadaan dua orang yang bersembunyi tidak jauh dari tempat itu. Segera saja Yunho dan Jaejoong mengeluarkan napas lega.

Jaejoong mendongak, mendapati wajah namja tampan yang lebih tinggi beberapa centimeter darinya itu. Dan entah kenapa terlihat berkilau, membuat mata bulatnya tidak berkedip menatapnya.

'Inilah wajah namja yang membuat para yeoja dan uke berteriak tidak jelas ketika Yunho melewati mereka.'

Glek!

Tanpa sadar Jaejoong menelan salivanya, membiarkannya masuk dengan lancar melewati tenggorokannya. Well, Yunho memang memiliki good looking, apalagi saat kau melihatnya dari jarak sedekat ini.

"Aku pikir mereka akan menemukan kita…" pandangan Yunho tiba-tiba mengarah tepat pada mata doe yang sedang menatapnya intens. De javu.

Oh tidak! Mata bulat hitam yang tampak polos ini lagi.

Kenapa bisa ada mata seindah ini?

Matanya kemudian mengarah pada bibir cherry yang merekah itu.

"Kalau kau terus menatapku seperti ini, aku tidak menahan diriku lebih lama lagi Jaejoong-ah…" lirih Yunho sambil mendekatkan wajahnya. Kedua tangannya mengarah tepat berada disamping kepala Jaejoong. Suara namja tampan itu jelas menyapa pendengaran Jaejoong. Membuat namja cantik itu refleks menutup mata doe-nya, dapat ia rasakan deru napas itu terasa begitu dekat mengenai wajahnya hingga sebuah jarak yang tadinya ada diantara mereka menghilang.

Begitu hangat dan lembut, hingga debaran-debaran itu membuat tubuh menghangat. Yunho sempat berpikir kalau namja cantik itu tadinya akan menendangnya atau menamparnya seandainya dia melakukan hal ini, tetapi ketika tidak menerima penolakan, namja tampan itu mulai berani memagut bibir cherry yang terasa manis saat dikecapnya itu dengan perlahan. Dapat dia rasakan cengkraman tangan Jaejoong pada kaosnya mulai berpindah kearah bahunya, membuatnya semakin menekan bibir merah itu, terasa begitu pas pada bibir hatinya.

Mereka berdua menikmatinya.

[Long Way]

Yunho mengedarkan pandangan keseluruh ruang tamu dirumah Jaejoong itu, sangat rapi dan bersih. Entah bagaimana mereka berhasil sampai pulang ke rumuh dengan tenang setelah melewati keheningan sepanjang jalan tadi.

"A—aku akan mengambilkan air minum untukmu," ujar Jaejoong grogi sambil menunjuk ke arah dapur. Di kepalanya masih terpikir tentang bayangan apa yang mereka lakukan tadi. Astaga… bagaimana bisa mereka berdua berciuman seperti itu disana? Bahkan dia membalasnya. Dia pasti sudah gila.

Grep!

"Aku ikut ke dapur."

"Uwaah…"

Yunho menggendong ala bridal Jaejoong, membuat namja cantik itu tersentak kaget dan refleks mencari pegangan pada leher Yunho. "Sekalian kita membersihkan lukamu saja." ucap Yunho tenang. "Kakimu masih sakit bukan?"

"K—kau tidak perlu memperlakukanku seperti ini, Yun."

"Tidak apa-apa, lagipula…" Yunho mendekatkan wajahnya, membuat Jaejoong segera menolehkan kepalanya kearah lain, "Aku menikmatinya."

"Apa yang kau pikirkan, eoh?" Tanya Jaejoong tanpa berani menatap wajah tampan itu.

"Kau mau tahu apa yang kupikirkan?" Tanya Yunho memandang Jaejoong dengan tatapan polos sambil berjalan menuju dapur.

"Jangan berpikiran macam-macam kau beruang pervert!"

"Mwo? Beruang pervert? Bahkan aku tidak mengatakan apapun, kenapa kau mengatai aku pervert eoh?"

"Terlihat jelas di wajahmu, kau pasti memikirkan sesuatu yang tidak baik."

"Huh? Aku tidak berpikiran begitu .Mungkin kau yang berpikiran seperti itu, Jaejoong-ah…" ucap namja itu sambil mendudukkan namja cantik itu diatas meja.

"A—aku tidak…"

"Mungkin sebenarnya kau lebih pervert dariku, Jaejoong-ah. Bahkan kau yang lebih dulu memainkan lidahmu dengan sangat semangat tadi…"

"Yah! Yah! C—cepat ambilkan P3K di lemari paling atas!" seru Jaejoong sambil menunjuk-nunjukkan tangannya ke arah lemari dengan wajah memerah total.

"Ini," Yunho menyerahkan kotak itu, membiarkan namja bermata doe itu mengobati lukanya sendiri dengan pelan, sebenarnya dia ingin membantu, tapi Jaejoong sudah memberikan deathglare lucu padanya.

Yunho membuka lemari es yang berada tidak jauh dari meja makan, tangannya mengambil sebotol minuman rasa jeruk dan meminumnya.

Haah… segarnya, terasa hidup lagi.

Itu ekspresi yang terbaca dari raut wajah tampan itu ketika Jaejoong mencuri-curi pandang kearah Yunho. Seperti scene pada iklan minuman isotonik yang biasa dia lihat di televisi.

Namja bermata musang itu kembali mengedarkan pandangannya, matanya melirik kearah sebuah pintu yang bertempel gambar gajah pink dan bertuliskan Jaejoong's room. Membuat namja itu terkekeh pelan. Teman sekelasnya ini feminim sekali.

"Apa yang kau tertawakan?" Tanya Jaejoong heran.

Yunho menunjukkan tangannya kearah sebuah pintu, "Itu kamarmu?"

Jaejoong mengangguk, "Nde, waeyo?"

"Aniyo, hanya saja…"

Ting! Tong!

"Jaejoong-hyung…! Ini Changmin! Bukain pintunya!" terdengar suara dari luar.

Jaejoong dan Yunho saling berpandangan.

"Jaejoong-hyung!"

"Kenapa adikku kerumahmu, Jae?"

"Dia sering kesini, dia suka mencoba kue buatanku."

"Oh… sering ke sini?" kaget Yunho. "Ku—kue apa? Kau membuat kue?"

"Jae—oh, Yoochun-hyung dan Junsu-hyung, annyeong!" kembali terdengar suara dari luar.

"Mwo? Yoochun?! Aish!" Jaejoong mengacak rambutnya."Cepat sembunyi! Eh, cepat pulang, Yun! Ppali!" ucap Jaejoong sambil mendorong-dorong Yunho."Jangan sampai Yoochun dan Junsu melihat kita!"

"Mwo, pintunya kan disana!" tunjuk Yunho menunjuk pintu belakang.

"Tidak bisa, nanti terlihat!" panik Jaejoong. "Lewat jendela kamarku saja."

'Wow, aku merasa seperti seorang laki-laki yang menyelinap kerumah seorang yeoja saat orangtuanya tidak ada lalu tiba-tiba orangtuanya pulang,' pikir Yunho.

"Oh, Changmin, kau ingin numpang makan lagi?" tebak Yoochun sambil membuka pintu dengan perlahan.

"Bukan, aku ini kan tester makanan buatan Jaejoong-hyung."

"Apa itu namanya tester kalau semua yang kau coba kau habiskan?" Yoochun mengacak rambut namja kecil itu.

"Cepat lompat!" titah Jaejoong.

"Aish, arraseo!" sahut Yunho tidak rela, namun sebelum keluar dari jendela itu, namja bermata itu mengecup dahi Jaejoong, "Kuharap kau tidak melupakan yang terjadi hari ini!" namja tampan itu tersenyum sambil memasang tangan dengan posisi salute.

"Apa maksudmu?!"

"Sudah jelas bukan kenapa aku santai saja menanggapi semuanya dari awal? Itu karena aku menyukaimu."

"M—mwo?" Jaejoong kaget. Jadi selama ini Yunho menyukainya?!

Belum sempat dia berkata, namja tampan itu sudah jauh sambil melambaikan tangannya.

"Jaejoong-hyung? Apa kau sudah pulang?" terdengar suara Yoochun dari ruang tamu.

Jaejoong segera bergegas keluar dari kamarnya dengan kaki terpincang-pincang.

"Aish, aku lupa mengembalikan jaket Yunho!" rutuknya sambil melempar jaket itu kebawah kasurnya.

Jaejoong bergegas menuju dapur lalu berniat meletakkan kotak P3K itu itu ke dalam lemari.

'Haaah… senang ini sudah berakhir…'

"O—oh… hai, kalian…" Jaejoong tersenyum kikuk.

"Kenapa pulang tidak bilang-bilang, hyung, aku tadi mencarimu." Keluh Yoochun.

"Ah, mian, kau tadi terlalu lama, jadi aku pulang duluan," Jaejoong mengalihkan pandangan dari Yoochun ke arah meja.

"Wah, kebetulan ada minuman dingin, aku sangat haus." Ujar Junsu berniat mengambil botol minuman yang ada di meja itu, Jaejoong membulatkan matanya.

"Andwae!" seru Jaejoong segera mengambil minuman di meja itu sebelum Junsu, sehingga membuatnya mendapat tatapan bingung dari tiga orang yang ada disana.

"Huh? Kenapa, hyung?" Tanya Junsu.

"Ah itu, anu… ini kan minumanku dan sudah tidak begitu dingin lagi, kau ambil saja yang masih dingin didalam kulkas." Ucap Jaejoong. Tiba-tiba terlintas dibenaknya, kenapa tiba-tiba dia tidak rela Junsu meminum jus dari botol itu? Apa karena dia tidak ingin Junsu indirect kiss dengan Yunho? Apa?! Benarkah begitu?

"Oh, baiklah." Junsu segera bergegas berjalan menuju kulkas.

"Kalau kue? Apa kau ada membuat yang baru?" Tanya Changmin penuh harap.

"Oh, ya. Aku membuatnya," Jaejoong segera mengambilkan setoples kue buatannya yang segera diterima dengan suka cita oleh namja imut itu.

"Hyung aku baru menyadarinya, kenapa kau terlihat pincang?" Tanya Yoochun.

"Ini… aku tadi terpeleset di kamar mandi, iya begitu, hahaha…"

"Oh… begitu…" Yoochun mengangguk-angguk sambil meminum jus jeruknya tadi yang berada di meja.

Jaejoong melongo menatap botol minuman yang diminum Yoochun.

I—Itu kan… itu kan…

Junsu menutup kulkas itu. "Apa kau tahu hyung, tadi kami melihat couple hyung menggendong seseorang." Lapor Junsu.

'Bo—botol itu kan milik Yunho…' Namja bermata doe itu tanpa sadar menyentuh bibirnya sambil menatap botol minuman yang masih berada digenggaman Yoochun, belum menyadari kalau Junsu berbicara kepadanya.

"Hyung?"

"N—ne?" ujarnya bingung sambil mengalihkan pandangannya kepada namja bersuara lumba-lumba itu.

"Coba lihat foto ini, hyung." Ucap Junsu sambil menyerahkan ponselnya kepada Jaejoong.

Jaejoong memandang foto itu dengan mulut ternganga dan mata doe-nya yang membulat lebar. "I—ini…"

"Iya, itu Yunho-hyung dengan seseorang. Tadi kami berhasil mengambil fotonya sebelum mereka menghilang! Hebatkan!" ujar Junsu berbangga diri.

Baru saja Jaejoong berniat untuk mencari kata delete untuk menghapus foto itu, Junsu terlanjur berkata, "Aku sudah mengupload fotonya di twit. Besok pasti heboh di sekolah!" ucapnya.

"M—mwo? Jinjja?"

Jaejoong hanya bisa berharap tidak ada yang mengenali orang di foto itu adalah dirinya!

"Kau tenang saja hyung, Yunho-hyung pasti akan menjelaskan siapa yeoja itu padamu nanti di sekolah," hibur Yoochun.

"A—apa maksudmu? A—aku tidak ada hubungan yang seperti itu dengannya." Bantah Jaejoong.

Setelah semua yang terjadi tadi, dia masih bisa berkata seperti itu? Namja bermata doe itu benar-benar keras kepala, benarkan?

Entah bagaimana dia menghadapi hari esok. Oh ya, dan bagaimana nantinya dia mengembalikan jaket hoodie Yunho yang ada dibawah kasurnya tadi?

'Aku harus minta Yunho untuk merahasiakan semuanya dan tidak mengatakan apapun tentang foto itu!'

"Aku pulang dulu ya, hyung. Gomawo atas kuenya ini."Ucap Changmin senang.

"A—ah, nechakkaman Min," Jaejoong menahan Changmin yang sudah melangkah menuju ruang tamu, meninggalkan Yoochun dan Junsu yang masih mengobrol di dapur.

"Nde? Waeyo hyung?"Changmin mengedipkan matanya bingung. "Kau ingin aku menanyakan siapa orang berjaket yang dibahas mereka tadi?"

"Bukan!" seru Jaejoong cepat.

"Lalu?" Changmin memiringkan kepalanya.

"Bisakah aku meminta nomor handphone Yunho? Kau hapal nomornya kan?" Tanya Jaejoong penuh harap.

Changmin tersenyum lebar, "Tentu saja, aku kan jenius!"

Jaejoong segera menghapalkan nomor telepon yang disebutkan Changmin.

"Jangan bilang siapa-siapa ya, kalau kau bisa menjaga rahasia dengan baik, nanti akan hyung buatkan kue yang lebih enak dan banyak."

"Jinjja?! Tentu saja hyung!" sahut Changmin bersemangat seraya melambaikan tangannya.

Malam harinya…

"Kenapa nomornya tidak aktif sama sekali? Apa Changmin membohongiku?" keluh Jaejoong sambil kembali mencoba mendial nomor yang tadi dia dapatkan. Dia duduk di kasurnya sambil melihat luka lecetnya. "Aish, ini masih sakit." Kakinya kemudian dia julurkan ke lantai dan terasa menginjak sesuatu .Dia melongok kebawah. Ah, benar… jaket milik Yunho tadi. Perlahan dia meraihnya dan mendapati ada sebuah ponsel di dalam saku jaket itu. Jaejoong sweatdrop, pantas saja tidak bisa ditelpon, dia baru ingat kalau ponsel milik Yunho mati dan ponsel itu diletakkan Yunho disaku jaketnya.

Merasa sedikit penasaran, Jaejoong mencharge ponsel milik Yunho dan menghidupkannya.

Sayangnya ponsel itu memakai password, tapi cukup mengagetkan wallpaper di ponsel itu adalah gambar dirinya yang sedang bersender di gerbang sekolah dengan pose imut (mempoutkan bibirnya). Ah, dia ingat, ini adalah foto dia saat sedang kesal-kesalnya menunggu Yoochun menjemputnya sepulang dari latihan klub. Aigoo… kenapa bisa fotonya yang seperti ini ada pada Yunho? Kenapa beruang itu tidak meminta foto bersama saja? Jaejoong kan bisa memberikan pose yang lebih cut—keren. Jaejoong mengacak rambutnya. Uhm… tadi dia berpikir apa? Kembali ke topik awal…

Khh… ini masalah besar, kalau begini Jaejoong benar-benar tidak bisa menghubungi Yunho, mau bagaimana lagi, ponselnya ada padanya ditambah jaket hoodie itu. Bagaimana cara mengembalikan semua barang ini?

"Ini benar-benar hari yang menyebalkan…" ringis Jaejoong pelan.

Ah, siapa tahu besok lebih menyebalkan. Atau mungkin saja lebih baik. Yang jelas besok akan jadi hari yang panjang, sepanjang perjuangan dan perjalanan hari ini. Long way.

END

A/N: Mood: Depresi

Ini sebenarnya belum tamat, tapi biarlah tamat begini saja, #plak

Mungkin nanti bisa dilanjut, entahlah tidak tahu.

PS: met Hari raya Qurban bagi yang merayakan nanti.

Annyeong… ^^

Kapuas Timur, 10/13/2013

-Kiriya-

Mind to Review?