Dug... Dug... Dug...
"KRIS!"
Dug... Dug.. Dug...
"KRIS BANGUN! KITA TERLAMBAT! KRIS!"
Kira-kira seperti itulah suasana lantai lima sebuah apartemen di pusat kota Seoul. Tepatnya di apartemen nomor 506 dan 507 milik dua orang namja bernama Wu Yi Fan Kris dan Kim Joonmyeon Suho mahasiswa jurusan sains di sebuah universitas di Seoul.
Setiap hari ada saja keributan yang disebabkan oleh si pendek Suho pemilik apartemen nomor 507. Korban keributannya tentu saja Kris pemilik apartemen nomor 506. Kris selalu dibuat pusing oleh segala macam masalah yang disebabkan oleh Suho.
Seperti pagi ini, Suho menggedor pintu apartemen Kris sambil berteriak-teriak.
"Ada apa sih? Kenapa kau sudah membuat keributan sepagi ini?", tanya Kris kesal.
"Dasar bodoh, kita terlambat pergi ke kampus. Kenapa kau belum siap Kris?", tanya Suho panik.
PLETAK...
"Kenapa kau memukulku?", tanya Suho sambil memegangi kepalanya.
"DASAR BODOH! INI HARI MINGGU! PERGI SAJA SENDIRI KE KAMPUS!"
BLAM...
Suho terbengong di depan pintu apartemen Kris. "Eoh? Benarkah? Aish... Suho bodoh. Bagaimana mungkin kau lupa kalau ini hari Minggu.", ucap Suho pada dirinya sendiri. Kemudian ia pun kembali ke apartemennya, sambil berharap kalender satu-satunya didinding disamping telephone memang menunjukan hal yang sama dengan yg diucapkan Kris padanya.
Si cerewet yang keras kepala. Hhh..
Hari berganti. Sore itu terlihat Kris dan Suho berjalan beriringan keluar dari lift sepulang mereka kuliah. "Kris! Tunggu aku!", seru Suho sambil berlari-lari kecil berusaha menyamakan langkahnya dengan Kris.
"Salahkan kaki mu yg pendek.", ucap Kris acuh dan tetap melanjutkan jalannya. Suho hanya bisa mempoutkan bibirnya sambil terus berusaha mengejar Kris.
'Naga jelek jahat!', umpatnya dalam hati.
"Ah iya, aku hampir lupa.", ucap Kris tiba-tiba dan menghentikan langkahnya kemudian berbalik seketika.
BRUG...
"Ah... Pantatku!", rintih Suho yang terjatuh karena menubruk tubuh Kris.
"Kenapa kau menabrakku?", tanya Kris tanpa dosa.
"Dasar bodoh, kau yg seenaknya berhenti tiba-tiba!", ucap Suho kesal. "Sakit!", rintihnya sedih.
Kris berdecak. "Sudahlah, cepat bangun!", ucap Kris sambil menarik Suho agar kembali berdiri. "Dengar! Aku tidak mau ada keributan apa-apa lagi malam ini.", ucap Kris.
"Memangnya siapa yang ribut?", tanya Suho bingung dengan sedikit memiringkan kepalanya imut.
Kris tampak memutar bola matanya. "Ada. Tikus tetangga. Setiap hari selalu saja mengganggu.", ucap Kris akhirnya, kemudian ia kembali berjalan menuju kamar apartemennya.
"Tikus? Memang siapa yang punya tikus? Kris! Aku benci tikus!", seru Suho panik gemetaran.
"Kalau begitu kau racun saja tikusnya!", seru Kris tanpa menoleh kemudian masuk ke dalam apartemennya dan membiarkan Suho bergulat dengan tikus di pikirannya.
Dug... Dug... Dug...
"KRIS!"
Dug... Dug... Dug...
"ARGH!", berang Kris. Dengan kesal ia berjalan ke pintu apartemennya. "APA LAGI KALI INI?", teriaknya.
"Tikus itu, dia masuk apartemenku!", seru Suho dengan wajah ketakutan.
Kris mendengus kesal. "Bukankah sudah kukatakan kalau aku tidak mau ada keributan lagi? Lagipula kau bisa memukul tikus itu dengan pemukul baseball di apartemenmu Kim Joonmyeon!", seru Kris kesal.
"Tapi aku takut Kris! Tikus itu membuatku geli!", seru Suho.
"Astaga! Kau itu namja atau yeoja sih sebenarnya?", tanya Kris sambil menepuk jidatnya. "Sana pergi! Aku sedang tidak enak badan!", ucap Kris sambil mendorong tubuh Suho keluar apartemennya.
"Tapi usir tikus itu dulu Kris! Ayolah!", rajuk Suho dengan mata berkaca-kaca.
"Usir saja sendiri!", seru Kris. Kemudian ia kembali menutup pintu apartemennya.
"Kris! Kris buka pintunya!"
Dug... Dug... Dug...
"Kris!"
Kris tidak mempedulikannya. Ia lebih memilih membaringkan tubuhnya ditempat tidur. Kemudian disematkannya headset di telinganya. Ia sengaja memutar musik dengan volume yang cukup keras agar teriakan Suho tidak terdengar. Sampai akhirnya Kris pun tertidur dan melupakan Suho yang meringkuk ketakutan di kamarnya.
Keesokan harinya Kris tidak bertemu Suho di kampus. Saat meninggalkan apartemen pun ia tidak bertemu Suho. Tumben sekali namja pendek itu tidak mengganggunya seharian penuh. Bahkan saat malam pun ia tidak mendatangi Kris.
Lalu hari berikutnya Kris dibuat terkejut oleh penampilan Suho di kampus. "Kenapa dengan matamu?", tanya Kris bingung. Pasalnya Suho memakai kacamata hitam ke kampus.
"Aku tidak tidur selama dua hari karena takut tikus itu menggangguku.", ucap Suho sambil melepaskan kacamatanya. Terlihat ada lingkaran hitam di bawah matanya.
Kris tertegun, setakut itukah dirinya pada tikus? "Lalu kenapa sekarang kau justru ada disini? Lingkaran matamu itu mengerikan, kau tau?", seru Kris.
"Aku kan sudah bilang padamu, kalau ada tikus diapartemenku dan aku tidak akan pernah bisa tidur jika hewan itu masih ada dan berkeliaran di dalam apartemenku.", jawab Suho meratapi nasibnya.
Kris menghela napas panjang. Kemudian ia menarik Suho ke ruang kesehatan di gedung jurusan mereka. "Diam disini! Jangan kemana-mana sampai aku kembali nanti!", perintah Kris. "Disini tidak ada tikus, jadi kau bisa tidur dengan nyaman.", lanjutnya. Kemudian ia pun pergi meninggalkan Suho di ruang kesehatan. Karena sangat mengantuk, akhirnya Suho pun tertidur di salah satu ranjang di ruang kesehatan.
"Kris, aku tidak mau pulang ke apartemen kalau masih ada tikus.", ucap Suho.
"Tidak ada tikus Kim Joonmyeon, aku sudah mengeceknya tadi siang sebelum menjemputmu di kampus. Kau hanya membayangkannya saja.", ucap Kris sambil menyetir. Suho pun diam sampai Kris memarkirkan mobilnya di basement gedung apartemen mereka.
"Jangan buat keributan lagi! Sudah cukup kerepotan yang kutanggung akibat ulahmu. Sekarang masuk apartemenmu dan diam disana sampai kuliah besok. Mengerti!", seru Kris sudah seperti seorang ayah yang memarahi anak laki-laki nya yang sering berulah di sekolah.
Perlahan Suho mengangguk. Ditatapnya sendu pintu apartemen Kris yang tertutup. Kemudian ia pun berjalan masuk ke apartemennya sendiri. Berharap kalau tikus itu benar-benar sudah lenyap.
Malamnya Suho kembali tidak bisa tidur. Pasalnya lampu di apartemennya mati dan ia tidak suka gelap, mungkin ada yg konslet dengan listriknya. Biasanya ia akan berlari ke apartemen Kris dan memaksanya untuk segera memperbaikinya. Tapi kali ini ia tidak mau merepotkan Kris lagi, sudah cukup banyak ia membuat Kris repot dengan segala tingkahnya, apalagi mengingat kata-kata Kris tadi sore. Hhhh...
"Besok saja kupanggil petugas untuk membereskannya. Tapi bagaimana aku tidur malam ini?", ucapnya. Tanpa terasa Suho menangis. "Kris!", panggilnya lirih.
Sementara itu, Kris diapartemennya merasakan kesunyian yang justru membuatnya merasa aneh. Walau berisik dan (sangat) merepotkan, tapi ia sudah terbiasa dengan segala keributan yang Suho timbulkan. "Apa dia sudah tidur?", tanyanya pada diri sendiri.
Hari-hari berlalu tanpa keributan-keributan yang biasanya Suho timbulkan. Awalnya Kris merasa senang, tapi lama kelamaan ia jadi merindukan keributan itu. Biasanya, ia dan Suho akan berdebat sepanjang hari dimulai dari bangun tidur sampai mau tidur kembali. Tapi sudah beberapa hari ini ia tidak bertemu Suho, bahkan di kampus pun ia tidak melihatnya.
"Kenapa denganku? Bukankah bagus ia sudah tidak merepotkan hidupku lagi?", tanya Kris pada dirinya sendiri. Entahlah, ia merasa seolah ada sesuatu yang hilang dari hidupnya.
Malam itu secara tidak sengaja Kris bertemu Suho di depan lift. Keduanya bertatapan sekilas lalu sama-sama masuk ke dalam lift. Jangankan berdebat, bahkan mengobrol pun tidak mereka lakukan. Keduanya hanya saling diam sampai akhirnya lift berhenti di lantai lima, tempat apartemen mereka berada.
"Apa kau sudah makan?", tanya Suho pada akhirnya. "Tadi eomma datang dan membawakan sup ayam ginseng. Kalau kau mau, aku akan membaginya untukmu.", ucap Suho.
"Tidak usah, aku sudah makan. Kau saja yang habiskan. Tapi terima kasih sudah menawarkannya. Aku masuk dulu.", ucap Kris. Kemudian ia menghilang di balik pintu apartemennya.
Suho tampak menghela napas. "Apa kau sudah tidak mau berteman denganku lagi Kris? Apa aku semenyebalkan itu sampai-sampai kau membenciku?", tanya Suho pada pintu apartemen Kris. Perlahan ia masuk ke apartemennya.
Kris tidak bisa tidur. Entah kenapa ia terbayang wajah Suho tadi. Ada perasaan bersalah pada dirinya. Tidak seharusnya ia bersikap seperti itu pada Suho. Walau bagaimanapun Suho adalah temannya. Suho lah orang yang mau merawatnya saat ia demam malam-malam. Suho jugalah yang selalu memberinya sarapan setiap harinya sebelum mereka pergi ke kampus.
"Kris, kenapa kau setega itu!", seru Kris. Kemudian ia pun berjalan ke dapur untuk mengambil minum.
Langkahnya terhenti saat dilihatnya celah di bawah pintu apartemennya gelap, padahal seharusnya ada cahaya masuk dari lampu di lorong. Seolah-olah ada seseorang yang berdiam di depan pintu apartemennya.
Kris menelan salivanya dengan susah payah. Perlahan diraihnya pemukul baseball di dekat televisi. Ia pun lalu berjalan mengendap-endap mendekati pintu. Dengan sangat perlahan Kris membuka kunci apartemennya. Betapa terkejutnya dirinya saat dilihatnya sebuah kantung tidur lengkap dengan orang di dalamnya berada tepat di depan pintu apartemennya. Keterkejutannya bertambah saat dilihatnya Suho lah yang ada di dalam kantung tidur tersebut.
"Astaga! YAK! Kim Joonmyeon! Apa yang kau lakukan di depan pintuku?", seru Kris sambil mengguncang-guncang tubuh Suho.
Suho menggeliat sebentar sebelum akhirnya terbangun. "Ah, Kris! Apa aku mengganggumu? Mianhae kalau aku mengganggu. Kau bisa melanjutkan tidurmu. Aku janji tidak akan mengganggu lagi.", ucap Suho sambil menguap.
"Jelaskan padaku apa yang kau lakukan disini!", perintah Kris. Suho menunduk takut. "Suho!", seru Kris karena tidak mendapat jawaban dari Suho.
"Mianhae, aku tidak bisa tidur. Sudah beberapa hari listrik di apartemenku konslet. Aku sudah menghubungi petugas tapi sampai sekarang mereka belum juga datang untuk memperbaikinya.", ucap Suho sambil menunduk. "Kau tau kan Kris kalau aku tidak bisa tidur kalau gelap. Terlebih masih ada tikus di dalam sana. Akhirnya aku memilih tidur di lorong seperti ini.", ucap Suho hampir menangis.
"Astaga Kim Joonmyeon! Kenapa kau tidak mengatakannya padaku? Kau kan bisa tidur di apartemenku.", Kris mengusap kasar wajahnya. "Apa kau tidak takut kalau ada orang jahat datang? Tidakkah kau sayang pada nyawamu?", tanya Kris emosi.
"Aku tidak mau merepotkanmu lagi Kris. Sudah cukup aku selalu menyusahkanmu.", oh bahkan saat ini Suho sudah meneteskan air mata dengan suara bergetar.
"Tapi kalau sampai terjadi apa-apa padamu, aku tidak bisa memaafkan diriku sendiri.", ucap Kris menurunkan nada suaranya, lembut.
Suho menatapnya. "Mianhae. Hiks", ucapnya pelan terisak.
Kris menarik napas dalam-dalam. "Sekarang cepat masuk. Aku tidak mau kau sakit.", Kris kembali berdiri mengulurkan tangan kanannya pada Suho, namun namja itu hanya menatapnya. "Kenapa hanya diam? Cepat masuk kedalam apartemenku.", ucap Kris.
Perlahan Suho pun meraih tangan kris, dan bersama berjalan masuk. "Tidurlah di kamar. Biar aku tidur di sofa.", ucap Kris. Suho hanya menurut.
Keesokan harinya Suho mendapati apartemennya didatangi beberapa orang. Rupanya Kris memanggil petugas untuk membenarkan masalah konsleting listrik yang menimpa apartemennya. Ia juga sudah menyuruh orang untuk menangkap tikus di apartemen Suho.
"Sekarang kau tidak perlu lagi tidur di lorong. Dan masalah tikus itu. Sudah kukatakan kalau tidak ada tikus di apartemenmu.", ucap Kris.
"Ne, gomawo Kris.", ucap Suho.
Kris tersenyum. "Kalau ada apa-apa segera beritau aku. Jangan bersikap seolah-olah semuanya baik-baik saja."
"Ne."
"Kau tau. Walau menyebalkan tapi aku sudah terbiasa direpotkan olehmu. Jadi bersikaplah seperti Suho-ku seperti biasanya. Mengerti!", ucap Kris sambil mengacak-acak rambut Suho. Suho tersenyum lalu mengangguk.
Pagi itu keributan kembali terjadi di lantai lima tepatnya di depan apartemen nomor 506.
Dug... Dug... Dug...
"KRIS!"
Dug... Dug... Dug...
"KRIS CEPAT BANGUN! ADA KECOA DI KAMAR MANDIKU!", teriak Suho.
Kris yang terkejut sampai terjatuh dari tempat tidurnya. Perlahan ia tersenyum sambil mengusap-usap pantatnya yang mencium lantai. "Dia kembali.", ucapnya. Kemudian ia pun berjalan ke pintu dan kembali berhadapan dengan si berisik Kim Joonmyeon. "YA YA YAK! Berhentilah, kau mau membuat pintuku roboh ya!".
.
.
.
***END***
.
.
Ini sebenernya ff lama. Lama banget, jaman Kris belum minggat. Sengaja di post ulang disini soalnya bakal ada seri selanjutnya.
