Chapter 00 - Prolog
Pindah sekolah bukanlah pengalaman yang menyenangkan. Apalagi dengan pekerjaan ayah dan ibu yang tidak menentu seperti ini. Aku tidak pernah merasakan bagaimana rasanya punya teman. Satu atau dua tahun kemudian, aku pasti akan pindah ke luar kota lagi.
Berharap tidak dilarang. Berharap ayah dan ibu tidak memindahkan sekolahku lagi.
Kali ini aku pindah ke sekolah asrama. Mungkin ini adalah kali terakhir aku pindah sekolah. Aku harap aku akan menuntaskan sekolahku sampai akhir di sekolah ini, Cheritz High School.
Walau ayah dan ibu pindah kerja ke luar kota lagi, tapi aku akan menolak jika disuruh pindah sekolah lagi.
.
.
Aku masuk ke ruang kepala sekolah, Mr. Jihyun Kim. Kesan pertamaku melihat beliau adalah walau dia berpenampilan sedikit aneh dengan rambut baby blue dan kacamata hitam, tapi aku bisa menilai kalau dia adalah sosok yang baik, tegas, bertanggung jawab, dan dapat dipercaya. Walau bagusnya sekolah tidak dapat ditentukan dari bagaimana sosok kepala sekolahnya, tapi setidaknya sistem pendidikan di sekolah ini bisa dipercayakan kepada orang yang demikian.
"Selamat datang di Cheritz High School, MC. Kamu akan ditempatkan di kelas 2-A. Wali kelasmu Mr. Jumin Han. Lalu kau akan ditempatkan di asrama Lily, dengan kepala asrama Mrs. Jaehee Kang. Mrs. Kang juga guru disini, dan kau bisa menemui mereka di ruang guru"
Aku hanya menganngguk. Beliau kemudian memberiku buku panduan yang berisi peraturan sekolah, jadwal sekolah, dan kegiatan lain seperti organisasi atau club yang bisa diikuti. Ia hanya menjelaskan sedikit. Ini sama seperti sekolah biasa, aku hanya menanyakan beberapa hal yang kurang jelas dan sekarang aku sudah paham semua.
Tak lama, suara pria terdengar dari luar ruangan. mempersilahkan masuk dan kehadiran dua orang guru menambah jumlah manusia yang ada di dalam ruangan tersebut.
"MC, ini adalah beberapa gurumu yang nanti akan mengajarimu. Terlebih Mr. Han adalah wali kelasmu dan Mrs. Kang adalah kepala asrama dimana kamu akan tinggal nanti"
Aku membungkuk kepada mereka dan memperkenalkan diri.
"Saya MC, murid pindahan yang akan bersekolah mulai besok di sini. Mohon bantuannya Mr. Han, Mrs. Kang"
"Baiklah MC. Aku harap alasan kepindahanmu ke sekolah ini bukan karena kamu bermasalah di sekolahmu yang sebelumnya"
Mr. Han menjawab dengan dingin dan datar. Sepertinya dia tegas, sedikit killer, tapi aku tahu kalau dia sebenarnya adalah orang yang baik.
"Bu- Bukan seperti itu Mr. Han. Aku pindah kemari karena kepindahan orangtuaku"
Ia tidak begitu menghiraukanku dan fokus terhadap urusannya dengan kepala sekolah.
"Baiklah MC, hanya itu saja yang perlu kau ketahui. Jika masih ada yang belum jelas, kau bisa menanyakannya pada Mr. Han atau Mrs. Kang. Kau akan mulai sekolah besok hari, silahkan beristirahat di asrama. Mrs. Kang akan mengantarkanmu"
"Baiklah. Terima kasih Mr. Kim"
Mrs. Kang kemudian mengantarkanku berkeliling. Sekolah ini terdiri dari enam gedung utama. Gedung administrasi, gedung SMA, gedung SMP, gedung SD, dan dua gedung untuk asrama laki-laki dan asrama perempuan. Mrs. Kang menjelaskan begitu detil dan penjelasannya begitu mudah untuk dipahami. Aku begitu menanti saat-saat jam pelajaran dimana aku diaar olehnya.
.
Sesampainya di asrama, aku merapihkan barang-barangku. Aku hanya membawa barang-barang yang penting, jadi tidak butuh banyak waktu untuk merapihkannya di dalam kamarku. Ruangan ini sudah bersih, jadi aku tidak perlu membersihkannya. Merapihkannya saja sudah cukup.
Lelah. Aku menjatuhkan badanku ke atas kasur. Menurutku ini terhitung mewah untuk standar asrama. Kasurnya empuk. Lemari pakaian dua pintu. Kemudian ada lemari buku yang menyatu dengan meja belajar. Juga mini kitchen dan kamar mandi sendiri. Walau kamar mandinya kecil, tapi ini sudah cukup daripada mengantri untuk pergi ke kamar mandi.
Di atas meja belajar, ada buku panduan yang berisi semua hal tentang sekolah ini. Aku malas membaca, kubuka buku saku tersebut langsung ke halaman poin kegiatan organisasi dan ekstrakurikuler.
Ada banyak kegiatan di luar jam pelajaran yang mengembangkan minat dan bakat siswa di bidang akademik maupun non-akademik. Mungkin ini bisa menjadi salah satu alternatif mengusir bosan di kamar asrama.
OSIS? Ketuanya Saeran Choi. Aku tidak begitu tertarik.
Klub teater? Aku tidak pandai akting.
Aku tidak begitu tertarik dengan musik, jadi klub musik tidak akan masuk ke dalam list klub yang mungkin akan aku ikuti.
Klub kopi? Jarang ada sekolah yang memiliki klub ini, tapi aku mungkin akan mempertimbangkannya kembali.
Kemudian masih ada banyak klub lagi seperti klub jurnalistik, klub astronomi, klub pecinta alam, beberapa klub yang berhubungan dengan olahraga, klub biologi, dan yang lainnya.
Tunggu. Klub teknologi? Sepertinya keren, tapi pengetahuanku tentang teknologi tidaklah banyak. Aku mungkin hanya akan menyusahkan anggota yang lain disana. Ketuanya Saeyong Choi dan disini ada banyak penghargaan yang klub ini dapatkan.
Zen fansclub? Ah aku melihat fotonya di halaman klub teater tadi. Ah rupanya aktor yang tadi bernama Zen. Aku tidak menyangka dia sampai memiliki fansclub seperti ini. Aktingnya pasti bagus sekali.
Ketika aku membacanya, bukannya tertarik tapi aku malah minder. Mereka semua hebat. Aku mah apa atuh, cuma murid sampah yang tidak berguna.
Aku melihat jam weker klasik di atas meja belajarku. Waktu menunjukkan pukul tiga sore dan aku memutuskan untuk jalan-jalan sore. Menghabiskan waktu di kamar membuatku bosan.
Pintu kamarku yang bercat coklat, aku buka. Seorang pria berambut putih mengenakan kaos merah dan jaket kulit hitam melintas di depanku. Posturnya tinggi, tegap, dan cara jalannya begitu santai. Dia nampak tenang berjalan di koridor asrama perempuan.
Mewarnai rambut, laki-laki yang masuk ke asrama perempuan, dia sudah melanggar dua peraturan. Karena itu aku memutuskan untuk mengikutinya.
Entah kemana tujuannya, aku terus membuntutinya. Ia berbelok ke sebuah ruangan dan masuk ke dalamnya. Aku tidak berani mendekatinya.
Sepuluh menit berlalu dan orang tersebut belum keluar dari ruangannya. Rasanya aku ingin berjalan menuju ruangan tersebut, mengetuk pintunya, dan saat ia menampakkan sosoknya, aku ingin berkata kalau ini adalah asrama perempuan dan laki-laki tidak boleh masuk. Semua orang tahu itu.
Tapi aku tidak memiliki keberanian. Aku memutuskan untuk berhenti mengikutinya dan kembali ke kamarku. Namun baru saja satu langkah dan aku menginjak sesuatu.
Dompet coklat?
Sebenarnya dompet ini terlalu besar untuk dibilang sebuah dompet, namun terlalu kecil juga jika disebut sebagai tas.
Aku membuka isinya. Di dalamnya terdapat kartu pelajar atas nama Rika beserta buku panduan sekolah, lalu ada uang, smartphone dan beberapa kartu ATM dan kartu kredit atas nama Jihyun Kim.
Kepala sekolah? Apakah anak ini mencuri isi dompet milik kepala sekolah?
Baiklah, aku memutuskan untuk memberikan ini kepada Mrs. Kang.
.
Hembusan angin tiba-tiba menerpaku dengan cepat. Laki-laki berambut putih itu keluar dari ruangan tersebut dan berlari cepat. Aku memutuskan untuk mengejarnya namun kecepatan lariku tidak dapat mengimbanginya.
Mataku masih bisa menangkap kemana arah lari orang tersebut yang menuju gedung paling pojok dimana siswa-siswi SD belajar. Jam sore begini, gedung tersebut sudah tutup. Anak-anak SD disini tidak diasramakan dan pusat kegiatan ekstrakurikuler pun berbeda gedung, jadi suasana di gedung SD Ini begitu sepi.
Jujur, aku sedikit merinding. Karenanya aku duduk di bangku taman di samping gedung SD tersebut.
Aku kembali melihat dompet di tanganku. Selain itu, ada nametag yang bertuliskan RFA, Rika's Fundraising Association dan ada sebuah catatan kecil di sticky notes yang berisikan sebuah kode.
Kemudian aku melihat seorang anak laki-laki yang dapat dipastikan dia adalah seorang murid SMP karena aku melihat seragamnya dengan jas navy blue dan celana kotak-kotak berwarna dark blue. Dengan sebuah nametag mengalung di lehernya dan sama dengan yang aku pegang.
Dengan langkah kakinya yang gontai, anak laki-laki berambut coklat tersebut melangkahkan kakinya ke belakang gedung SD. Tempat dimana si laki-laki berambut putih tadi melangkahkan kakinya dan menghilang.
Aku berdiri dari tempatku duduk dan mengikuti anak laki-laki berambut coklat ini. Siapa tahu dia mengetahui pemilik dompet ini.
Di belakang gedung SD, aku melihat anak laki-laki berambut coklat tadi loncat ke sebuah lubang. Aku langsung refleks berlari ke lubang tersebut dan anak laki-laki tadi sudah menghilang.
Aku melihat ke dalam lubang yang cukup besar dan dari luar ini nampak seperti saluran air walau di dalamnya begitu kering.
Aku mengambil smartphone milikku untuk menyalakan flashlight sebagai penerangan di bawah karena gelap sekali. Ada sebuah tangga untuk turun ke bawah sana. Aku mematikan kembali flashlight, memasukan dompet temuan dan smartphone milikku ke dalam saku cardigan yang aku kenakan. Kemudian turun ke bawah sana dengan sangat hati-hati.
Setelah beberapa anak tangga, aku tidak dapat menjangkau lagi anak tangga. Aku berusaha menjangkau tanah dengan kakiku tapi yang aku dapatkan hanyalah udara. Aku melihat dulu ke bawah, memastikan bahwa jaraknya aman untuk aku loncati.
HUPP!
Aku mendarat di tanah dengan selamat, syukurlah. Ketika aku memandang lurus ke depan, ada sebuah cahaya terang yang putih. Aku mengikutinya dan berjalan lurus hingga sampai di sebuah taman yang cukup indah.
Ini dimana? Tapi tempat ini sangatlah indah. Warna-warni bunga yang bermekaran. Sungai yang begitu jernih. Ornamen dan dekorasi taman yang begitu indah. Semuanya begitu indah. Bahkan aku kesulitan berkata-kata saking indahnya.
Di tengah keindahan taman yang tidak luas namun tidak begitu kecil juga, ada sebuah rumah berlantai dua. Aku menuju rumah tersebut. Aku tidak bisa mengintip karena kaca jendelanya adalah kaca film dan pintunya tertutup.
Di pintunya tertera logo yang tidak asing. Ah! Logo yang sama dengan dompet yang aku temukan!
Aku mengambil dompet di saku cardiganku dan membukanya. Menyocokkan logo di nametag dengan logo di pintu ini dan ternyata memang sama persis.
Di samping pintu, terdapat sebuah pengamanan. Aku menaruh nametag RFA disana kemudian muncul sebuah layar dan keyboard. Layar tersebut menampilkan tulisan "insert security password". Aku memasukkan kode di sticky notes yang tertulis di dalam dompet dan berhasil.
Pintu terbuka. Di dalamnya, terdapat banyak anak laki-laki dengan seragam Cheritz High School. Termasuk anak laki-laki berambut coklat dengan seragam Cheritz Junior High School.
"Huueee~ aku gagal lagi di ujian percobaan masuk T_T"
"Kamu ngegame terus sih"
Padahal anak berambut merah tersebut juga sedang asik bermain konsol game portabelnya.
"Mintalah bantuan Jumin atau Jaehee. Mereka 'kan guru"
"Aku tidak mengerti apa yang mereka jelaskan. Lalu ujung-ujungnya mereka menceramahiku dan membahas masa depan diriku. Menyedihkan"
Sosok berambut silver yang sedang berselfie-ria ikut membahas gagal ujian percobaan masuk SMA yang diikuti si anak laki-laki berambut coklat tadi.
"Kalau aku lebih memilih gagal ujian masuk berkali-kali daripada harus minta bantuan Jumin!"
"Zen, kamu bisa meminta bantuanku mengajarimu jika kamu tidak mau diajari oleh Jumin secara pribadi"
Ah akhirnya ada seseorang yang aku kenal disini walau itu adalah seorang guru. Tapi kenapa Mrs. Kang ada disini?
"Kalau begitu, selamat menjadi siswa SMA yang abadi"
"Kau begitu dingin sekali Saeran"
Rupanya ada yang kembar disini. Rambut mereka sama-sama merah, wajah mereka pun sangat mirip. Aku hanya bisa membedakan mereka dari bola mata mereka dan juga yang satu lagi memakai kacamata.
"Tunggu, kalian tidak menyadari ada orang lain yang masuk?"
Hanya si rambut merah berkacamata yang menyadari keberadaannku. Fokus mata yang lain kemudian hanya tertuju padaku.
"Bagaimana bisa dia masuk kemari? Hanya kita, V, dan Rika yang tahu tempat ini"
Si rambut merah tidak berkacamata menanggapi.
"Penyusup! Saeyoung, lakukan sesuatu!"
Si anak laki-laki berambut coklat berteriak dan itu membuat kupingku sakit.
"Mengapa harus aku hah?"
"Tidak akan ada perubahan jika hanya melihat. Tapi dari penglihatanku, pasti sesuatu yang gawat sedang terjadi"
"Tunggu"
Aku mendengar suara laki-laki dewasa. Suaranya tidak asing di telingaku. Dia kemudian memunculkan sosoknya. Ia berjalan dari lantai dua dan turun ke lantai satu ini.
"Dia adalah murid baru yang akan ditempatkan di kelasku"
Aku terdiam di depan pintu. Bingung dengan apa yang harus aku lakukan. Aku hanya ingin mengembalikan dompet ini dan kenapa menemukan tempat rahasia seperti ini. Tapi aku merasa kalau aku tidak salah tempat.
"Halo semuanya"
Hanya itu yang berani aku ucapkan untuk berbasa-basi. Aku ingin segera pergi dari tempat ini dan mengembalikan dompet ini kepada pemiliknya.
"WAH! DIA BERBICARA! MANUSIA!"
"Tentu saja dia itu manusia dasar anak SMP bodoh!"
"Mimpiku jadi kenyataan..."
"Zen! Berhentilah berbicara mengenai mimpi-mimpimu! Itu mengerikan! Kau lebih pantas jadi cenayang daripada jadi aktor teater!"
"Bagaimana kamu mengetahui tempat ini? Bagaimana kamu bisa membuka pintu dengan mudahnya padahal Saeyoung yang sangat gila dengan sistem keamanan sudah membuatnya dengan sebegitu ketatnya. Aku bahkan lelah mengucapkan angka dua sampai enam dalam bahasa Arab jika aku mau masuk kesini"
"Yoosung, itu bukanlah caranya bertanya. MC, walau kamu adalah murid pindahan bukan berarti kamu bebas menjelajah tempat di sekolah ini sampai sebegitu detilnya. Bisa kau ceritakan bagaimana kamu bisa menemukan tempat ini?"
Mr. Han berbicara dengan begitu tenangnya kepadaku. Cukup beri tahu tujuanku dan aku tidak akan mengganggu mereka.
"Aku hanya ingin mengembalikan dompet yang aku temukan dan di dalamnya terdapat nametag RFA dan password keamanan. Oleh karena itu aku bisa masuk kemari. Maaf, aku begitu lancang. Aku akan kembali lagi"
"Tunggu! Berikan dompetnya kepadaku"
Mr. Han sepertinya mengenali dompet tersebut. Ia membulatkan bola matanya dengan sempurna ketika ia membuka dompet tersebut.
"Dompet ini milik Rika"
Semua orang yang ada di ruangan tersebut terkejut.
"Apa kalian mengenalnya? Kalau begitu aku mau kembali ke asramaku"
"Saeyoung, kunci pintu dan MC silahkan masuk. Kita bicarakan ini di dalam"
Si rambut merah berkacamata menutup pintu kemudian kembali ke komputernya bersama dengan saudara kembarnya. Entah apa yang mereka lakukan.
Mr. Han dan Mrs. Kang memperlakukanku dengan baik. Mereka menyuruhku duduk di sofa. Mrs. Kang bahkan menawariku secangkir teh dan beberapa kudapan. Namun aku tolak dengan halus.
Anak SMP yang duduk di bahu sofa nampak berwajah sedih. Zen sedikit murung dan si kembar yang sudah selesai dengan urusan mereka nampak berwajah serius. Begitu pula dengan wajah Mr. Han dan Mrs. Kang.
"Pemilik dompet yang kau temukan itu sudah meninggal dua tahun yang lalu"
Aku terkejut mendengarnya dari Mr. Han. Tapi bagaimana bisa dompetnya aku temukan di koridor asrama perempuan?
"Ta- tapi aku menemukan ini tergeletak begitu saja di koridor asrama perempuan"
"He? Benarkah? Bahkan saat kematiannya aku tidak menemukan benda itu di kamarnya. Coba aku lihat"
Si rambut merah menerima dompet tersebut dari Mr. Han. Ia mengeluarkan semua isinya.
Di dalamnya terdapat kartu pelajar dan buku panduan sekolah milik Rika, kartu ATM dan kartu kredit atas nama Jihyun Kim sang kepala sekolah. Lalu ada nametag RFA beserta sticky notes yang bertuliskan kode pengamanan tempat ini, kemudian uang tunai, dan juga sebuah smartphone yang sudah mati.
"Aku pikir aku harus menganalisa kasus ini. Saeran, untuk sementara keamanan tempat ini aku serahkan padamu"
"Tidak bisa kak, aku sibuk mengurus acara festival budaya nanti"
"Argh! Kamu ini! Baiklah akan membutuhkan waktu untuk menyelidikinya. Mungkin aku akan butuh bantuan Vanderwood dari klub detektif juga"
Aku masih bingung dengan apa yang terjadi. Lalu aku memberanikan diri bertanya tentang tempat ini.
"V! kau datang!"
"Jarang-jarang kamu datang kemari"
"Yah, kalian tahu 'kan aku ini sekarang kepala sekolah. Jadi aku tidak bisa serinng-sering berkumpul disini. Eh? Murid pindahan? Bagaimana bisa kamu masuk kemari?"
"Panjang ceritanya. Intinya kami menemukan sompet Rika. Saeran dan Saeyoung sedang menganalisa kasus ini dengan bantuan Vanderwood dari klub detektif"
"Hmm begitu. Baiklah karena kau sudah disini, bagaimana kalau MC bergabung saja dengan RFA?"
"HAH!?"
Semua orang terkejut dengan keputusan kepala sekolah. Aku bahkan tidak tahu apa-apa tentang tempat ini atau RFA. Aku hanyalah murid pindahan.
"A-aku bahkan tidak tahu apa-apa tentang tempat ini atau tentang RFA. Bagaimana bisa aku menyetujuinya"
"Karena kau telah menemukan tempat ini, kau tidak punya pilihan MC"
"Apakah itu ancaman Mr. Han?"
"Semacam itu"
"Tapi bisakah jelaskan terlebih dahulu tentang tempat ini ataupun RFA?"
Mr. Han menghela nafas dan Mr. Kim hanya tersenyum.
"Bisa dibilang, ini adalah markas RFA dan RFA sendiri merupakan organisasi yang aku buat bersama Rika untuk menyebarkan kebahagiaan dengan acara amal. Awalnya begitu. Untuk detilnya kau bisa bertanya kepada member yang lain. Tapi kami sudah berhenti melakukannya sejak kematian Rika"
Aku mengangguk mengerti dan kepala sekolah melanjutkan penjelasannya.
"Apakah ini sebuah organisasi sosial di sekolah?"
"Walau tempat ini berada di dalam sekolah, bukan berarti ini adalah salah satu kegiatan sekolah di luar jam pelajaran. Ini adalah organisasi di luar sekolah. Jadi santai saja, kau tidak perlu memanggil dengan panggilan formal disini terhadap aku, Jumin, dan Jaehee. Mereka adalah gurumu di sekolah"
"Tapi aku tetap saja tidak enak"
"Kalau begitu aku memaksamu. Panggil aku V disini"
"Baiklah"
"Salah satu member, ah tidak. Ternyata semua anggota berkumpul. Jarang-jarang semua member berkumpul disini. Aku akan memperkenalkan kepadamu semua member disini. Maaf Yoosung aku tidak menyadari kehadiranmu karena kau mengembalikan warna asli rambutmu. Coklat lebih bagus daripada light blonde"
"Andai saja OSIS dan guru-guru tidak memarahiku, aku akan tetap berambut pirang"
Anak laki-laki tersebut bermuka masam. Dari mimik mukanya aku tahu, ia begitu sedih atas kematian Rika dan menaruh kebencian terhadap V.
"Baiklah lupakan itu. Aku Yoosung Kim. 15 tahun, kelas tiga SMP. Salam kenal"
"Dia member paling muda di RFA jadi wajari saja kalau dia bersifat kekanak-kanakan"
"Terima kasih atas tambahannya, V!"
Yoosung menekankan nama V dengan nada tinggi yang penuh sarkastik. Dari yang terlihat sudah jelas bahwa ada sesuatu yang terjadi di antara mereka berdua.
Member paling muda ini wajar jika memiliki sifat kekanak-kanakan. Tapi hal itulah yang membuatnya terlihat lucu, manis, dan menggemaskan.
"Panggil saja aku Zen. Aku member paling tampan di RFA. Kelas tiga SMA"
Aku mengenalinya di buku panduan sekolah bagian kegiatan ekstrakurikuler. Di poin klub teater, dia memerankan perannya dengan bagus sekali bahkan sampai memiliki fansclubnya sendiri di sekolah. Aku mengakui kalau dia memang member yang paling tampan. Dia narsis tapi tidak nampak kesan sombong dari dirinya. Selain itu dia memiliki sisi liar, seksi, padahal dia masih SMA.
"Dia member yang baru masuk RFA sekitar dua tahun yang lalu. Tepat enam bulan sebelum kematian Rika. Member yang lain rata-rata baru bergabung sekitar enam tahun yang lalu"
"Jadi RFA ini dibentuk enam tahun yang lalu?"
"Ya. Dengan member awal aku, Rika dan Jumin. Kemudian Yoosung dan juga si kembar. Kemudian dua tahun yang lalu, Zen baru bergabung"
Aku mengangguk pelan karena mengerti.
"Aku Jumin Han. Walau aku jadi guru, sekaligus bussiness man. Jadi jangan heran kalau aku jarang berada di sekolah selain jam pelajaran atau berkumpul di tempat ini karena mengurusi bisnisku. Kau ini member RFA sekarang, jadi tidak perlu terlalu formal kepadaku"
"Tidak biasanya kau seperti itu Jumin"
"Pengecualian hanya untuk RFA, V"
"Aku Jaehee Kang. Kau boleh memanggilku Jaehee disini"
Yang belum memperkenalkan diri hanyalah.
"Drumroll please! Aku Saeran Choi! Defender of Justice!"
"Aku. Saeyoung Choi..."
Lalu si rambut merah berkacamata terkikik sendiri sambil menutup mulutnya sementara kembarannya hanya berwajah datar.
"Luciel, perkenalkan dirimu dengan benar"
"Luciel?"
"Dia lebih senang dipanggil Saeyoung daripada Luciel. Tapi aku terbiasa memanggilnya begitu di sekolah"
Aku mengangguk mendengarnya dari Jaehee. V menyuruh si kembar untuk memperkenalkan diri dengan benar. Rupanya si kacamata suka bercanda dan ia sangat menuruti apa kata V.
"Luciel Choi. Tapi aku lebih suka dipanggil Saeyoung. Aku kelas 2-A dan ketua klub teknologi"
Ia memperkenalkan diri sambil mengerucutkan bibirnya.
"Kelas 2-A? Berarti kamu akan sekelas denganku nanti?"
"Tentu saja! Kau bisa tanyakan apa saja yang tidak kau ketahui baik mengenai sekolah, RFA, atau apapun! Yeah! Aktifkan mode seven wiki!"
Semua orang terdiam tapi aku terkikik karena Saeyoung berusaha bercanda tapi semua orang tidak ada yang menanggapi candaannya termasuk kembarannya sendiri.
"MC, kau harus berhati-hati dengan Saeyoung. Cukup aku saja yang mengalami tragedi susu coklat"
"Kamu harus tahu bagaimana kreatifnya dia membuat slide presentasiku"
"Dan dia membuat fansclubku semakin bringas dengan mengirimkan e-mail ke seluruh fansclubku, berisi foto diriku yang baru saja keluar dari kamar mandi!"
"Dia orang yang dapat diandalkan dalam hal mencari informasi. Walaupun terkadang ia mendapatkan informasi itu dengan menghack komputerku"
Saeyoung hanya terkikik jahil. Kemudian ia merangkul saudaranya yang diam dan kalem.
"Aku Saeran Choi dr kelas 2-B"
Singkat, padat, dan jelas. Tapi itu cukup.
"V merupakan leader kita di RFA"
Senyuman di wajah V begitu murah. Aku perhatikan dia adalah member yang paling sering tersenyum disini.
"Tidak perlu mengatakan itu Jumin"
"Mungkin MC tidak mengetahuinya karena ia baru bergabung" Jumin menyatakan alasannya memperjelas pernyataan sebelumnya.
V hanya tersenyum. Ia lalu memintaku untuk melakukan sesuatu.
"Oh ya MC, serahkan smartphone milikmu. Saeyoong akan memasang sebuah aplikasi RFA messenger"
Aku sedikit ragu untuk menyerahkan ponsel. Tapi karena V yang menyuruh, mungkin. "Aku ragu jika itu di ponsel. Maksudku karena ini ponsel, benda pribadi"
"Tak apa MC. Luciel hanya akan menginstall RFA messenger. Dia akan langsung mengembalikan ponselmu setelahnya"
Keragu-raguanku pupus. Aku memberikan ponselku kepada Saeyoung dan ia mengambilnya.
"MC, Selamat datang di RFA"
V dan member yang lain begitu menyambutku disini. Kepindahanku kali ini tidak begitu buruk juga. Aku bersyukur pindah sekolah ke sini.
TBC
