Prolog
Anak bungsu keluarga Mustang, roy Mustang dengan santainya bangun dari tidurnya. Ditekannya bel disampingnya namun tak satu pun pelayan yang datang. Sial ! aku lupa si tua itu sudah pensiun.. gerutunya dalam hati. Namun dengan tenangnya ia bangkit dari tempat tidurnya, mengambil handuk dan menyiapkan baju yang akan dipakainya hari ini (biasanya baju dll sudah tersedia…) Setelah terlihat kinclong & charming, Ia bergegas ke ruang makan, seperti pagi-pagi biasanya, dan duduk di kursi kedua dari kanan.
"pagi, ma, pa !" sapanya sopan. Maklum, seorang anak dari keluarga ternama dengan luas rumah 20 hektar dan punya jabatan di pemerintahan.
"Pagi, roy." Sahut mereka enteng, lalu kembali melanjutkan makan mereka. "ah.. iya, Roy. Pelayan pribadimu sudah pensiun… Kau kesulitan ?"
"lumayan…. 100 kandidat yang mama pilihkan dan semuanya gagal…" Roy melahap roti keringnya lalu menuangkan segelas susu.
"Seleksi cuma jadi pelayanmu ketat, juga Roy ?" ejek Mr. Mustang padanya. Roy hanya bisa tersenyum sinis. "apalagi seleksi calon istrimu ?"
"ayaaah… kan sudah kubilang, aku bisa tentukan sendiri... dan aku juga tidak begitu suka pada Winry."
"hm ? Tidak suka ? Dia gadis yang sempurna untukmu !"
"yah… selama tidak ada yang lebih baik… lumayanlah…"
---
Riza Hawkeye menghela nafasnya ketika sampai di stasiun East City. Perjalanan selama 8 jam kereta api membuat pantatnya pegal-pegal, kakinya kram, dan ia benci suara kereta api yang membuat telinganya bergetar terus. Gadis itu segera merenggangkan badannya dan menghirup udara segar sedalam-dalamnya. Selamat datang East City ! bisiknya dalam hati. Semoga kehidupanku lebih baik di sini..
Gadis itu segera memalingkan pandangannya dari stasiun ke luar. Ditangannya ia memegang secarik kertas putih, yang berisikan alamat tempat tinggalnya nanti.
