Title : Prince Witch
Cast : Oh Sehun, Kim Jongin, Others
Genre : Comedy, Romance
Chapter : 1/?
- Sehun Point of View -
" Tuan muda. Tuan muda."
Aku dapat merasa tubuhku diguncang pelan berkali-kali. Membuatku mau tak mau terjaga dari tidur pulasku. Suara yang selalu membuatku bangun setiap pagi itu sayup-sayup tertangkap gendang telinga. Perlahan, kubuka mataku dengan enggan sampai dapat kurasakan cahaya mentari tengah mengintip malu-malu dari sela-sela ventilasi dan celah di antara gorden kamarku.
" Air panas tuan muda sudah siap." Ujar salah satu pelayan pribadi yang berdiri di samping ranjangku.
Aku tidak menjawabnya. Berusaha mengumpulkan semua kesadaranku sebelum beranjak perlahan dari ranjang dan berjalan ke kamar mandi. Aku menggeliat dan meregangkan otot-ototku sebelum mulai masuk kedalam bathtub merasakan suhu air hangat yang nyaman menyentuh kulitku, membuatku semakin enggan membuka mata. Mungkin agak aneh bagi orang lain untuk berendam air panas dipagi hari tapi bagiku, berendam air panas di pagi hari adalah sebuah keharusan. Aku butuh sensasi relax sebelum memulai hari yang panjang. Malas sekali rasanya menyambut pagi. Andai saja pagi tidak datang aku tidak akan pernah bangun dari tidurku. Menurutku tidur jauh lebih menyenangkan daripada harus membuka mata dan melihat banyak tingkah laku manusia yang sangat memuakkan.
Dunia ini sangat menyebalkan!
Setelah alarmku berbunyi menandakan bahwa waktu berendam ku sudah selesai aku pun segera keluar dari bathtub dan menuju shower. Membilas sisa busa sabun dan melanjutkan rutinitas pagi lainnya hingga selesai. Kubuka pintu kamar mandiku dan kulihat seragam sekolahku sudah tergeletak rapi diatas ranjang. Begitu juga dengan tas ku yang tertata rapi diatas meja belajar dan sepatu sekolahku yang diletakan di tepi kursi rias. Aku berpakaian, menyisir rambut halusku yang lurus nan lembut, dan mematut wajah serta tubuh indahku didepan cermin.
Aku menghela napas sebelum beranjak meninggalkan kamar megah ini. Begitu kubuka pintu kulihat Joy, asisten pribadiku dan Kris, pengawal pribadiku berdiri di depan sana. Joy langsung masuk kekamar untuk mengambil tasku begitu aku berjalan meninggalkan pintu. Kususuri tangga rumahku dengan Kris yang berjalan mengekor di belakangku. Aku melihat pelayan-pelayan dan bodyguard-bodyguard berdiri dibawah menungguku turun untuk sarapan.
Seorang pelayan yang aku tidak tahu namanya menarik kursi untukku. Aku menatap berbagai macam hidangan yang tersedia di meja makan. Ada banyak sekalian varian, hampir menyaingi menu sarapan buffet di hotel-hotel berbintang. Terserahlah. Aku bahkan tak punya waktu untuk menyebutkan namanya satu persatu, apalagi memakannya. Aku duduk dan mulai menyantap sarapan ku. Scramble egg dan mashed potato with brocoly cheese melted sudah cukup untuk mengisi perutku hari ini. Aku menyantap makananku dalam diam sementara para pelayan dan pengawalku tetap berdiri diam disana sambil mengawasiku seolah-olah aku adalah bom waktu yang bisa meledak kapanpun juga. Aku menyelesaikan makanku cepat-cepat dan berdiri meninggalkan ruangan ini. Serentak semua pelayan dan pengawal membungkuk memberi hormat saat aku bangun dari dudukku.
Sekali lagi aku diam.
Hal seperti ini tidak perlu kukomentari. Aku berjalan melewati ruang tamu rumahku yang amat megah namun tak sengaja mataku menatap sebuah foto yang sebelum-sebelumnya tidak pernah terpajang disana. Aku menatap potret dalam bingkai mewah itu lekat-lekat sebelum menghentikan langkahku.
" Siapa yang membawa hal itu ke rumah ini?" Untuk pertama kalinya dalam hari ini suara dinginku meluncur keluar.
Semua orang dibelakangku berbisik-bisik. Tak sampai semenit kemudian seorang wanita maju ke hadapanku.
" S-Saya tuan muda." Ujarnya takut. Aku mengamatinya. Tidak kuingat wajahnya. Mungkin dia orang baru.
" Kau yang menaruhnya?" Tanyaku tenang. Dia mengangguk pelan.
" Ambil uang pesangonmu." Wanita itu dan semua pelayan terhenyak dengan perkataanku. Aku tidak punya waktu untuk mempedulikan reaksi mereka. Segera kulangkahkan kakiku yang tadi sempat terhenti.
" Tapi tuan—" Bantahnya.
Aku menoleh dan menatapnya tajam. Membuat dia tidak berani membantah.
" Sudah berapa kali ku bilang, tidak boleh ada hal-hal menjijikan seperti itu dirumah ini. Omong-kosong seperti cinta dan kasih sayang tidak punya tempat dirumah ini. Termasuk potret keluarga itu." Ujarku pelan tapi aku yakin mereka semua mendengar karena mereka menjawab perkataan ku keras-keras.
Kuhela napasku kesal.
Pagiku sudah tidak menyenangkan. Sial!
- Author Point of View -
Kris segera membukakan pintu untuk untuk Sehun setelah Maserati Ghibli hitam miliknya berhenti dengan anggun tepat di depan gerbang sekolah elit Neul Paran.
" Pagi Sehun." Sapa sekelompok anak perempuan yang kebetulan sedang berada di gerbang saat Sehun baru saja turun dari mobilnya. Sehun menatap anak-anak itu dengan tatapan datar khasnya sebelum kemudian pergi tanpa mebalas sapaan mereka.
" Dia sombong sekali sih. Hanya karena sekolah ini punya ayahnya dia selalu bersikap seenaknya." Mereka berbisik-bisik saat Sehun dan Kris sudah cukup jauh dari mereka.
" Memang. Sombong sekali anak itu. Jadi tuan muda tunggal itu enak sekali ya." Cibir mereka lagi.
- Sehun Point of View -
" Dia sombong sekali sih. Hanya karena sekolah ini punya ayahnya." Aku tersenyum sinis mendengar perkataan mereka.
Kubilang tadi dunia ini memuakkan. Aku benar kan? Gadis-gadis itu adalah salah satu hal yang paling memuakkan dalam hidup ini. Mereka akan menyapaku setiap aku melintas didepan mereka tapi akan berbisik-bisik dan menggunjingkan ku dibelakang. Mereka hanya para penjilat. Aku berani bertaruh, ketika mereka dewasa nanti mereka akan menjilat ludah mereka sendiri untuk menghidupi diri mereka.
Memang benar sekolah ini punya ayahku. Memang benar aku ini seorang tuan muda tunggal. Ayahku adalah pengusaha no.1 di Seoul. Perusahaan telpon genggam miliknya bahkan masuk jajaran 10 perusahan tersukses di Amerika dan Eropa. Dia juga orang paling berpengaruh di Seoul. Siapa yang tidak mengenal Oh Dong Gun? Pengusaha bertangan dingin. Semua proyek yang digelutinya pasti akan sukses dipasaran dan aku adalah putra tunggalnya. Satu-satunya ahli waris yang dia punya. Aku bisa bertindak sesuka hati dengan uang dan kekuasaan ayahku. Aku bisa memecat pelayan semauku aku bisa menyingkirkan orang yang aku tidak suka dari pandanganku. Aku bahkan bisa membuat hidup orang menjadi menderita dengan mudahnya. Aku bisa melakukan apapun termasuk menendang mereka semua keluar dari sekolah ini. Atau mungkin, menendang mereka keluar dari rumahnya sendiri. Itu terdengar lebih seru.
BRUKK..
" Argghh." Aku mengerang pelan.
Rupanya aku terlalu sibuk dengan pikiranku sampai tidak memperhatikan tukang sapu sekolah yang juga sedang sibuk menyapu didepanku sehingga aku menubruknya. Untungnya Kris tanggap dia langsung menangkap tubuhku sebelum aku jatuh dan jadi bahan tawaan satu sekolah ini. Aku segera memperbaiki seragamku yang-sebenarnya-tak-kenapa-kenapa sebelum menatap tukang sapu di hadapanku. Aku tidak ingin memarahinya karena memang aku yang salah tapi aku juga tidak akan minta maaf. Dia menunduk saat aku menatapnya datar. Aku sengaja berlama-lama menatapnya. Ini salah satu hobiku. Melihat orang ketakutan saat aku menatap mereka benar-benar mengasyikan. Makanya aku sering sengaja menakuti pelayan-pelayan dirumah. Aku memutuskan mengakhiri permainanku karena lama-lama tak tega juga melihat pak tua itu hampir gemetar di bawah tatapan menusukku. Aku baru akan beranjak meninggalkannya saat seseorang menghadang langkahku.
- Author Point of View -
" Hei, kau belum minta maaf dengan paman ini." Seru anak laki-laki yang menghadang Sehun.
Sehun, siswa-siswa Neul Paran yang kebetulan melewati lapangan, dan paman itu tercengang menatapnya. Semua aktivitas di lapangan itu kontan berhenti dan semua mata tertuju ke arah mereka. Baru pertama kali ada yang berani berkata seperti itu disekolah ini pada seorang Oh Sehun. Seumur-umur dia belum pernah minta maaf kecuali dengan orang tuanya tapi sekarang anak laki-laki berkulit hitam dan berhidung pesek yang tidak dia kenal menyuruhnya minta maaf ke paman tua ini. Siapa yang sedang bercanda? Yang pasti bukan Sehun.
` Ha? Memangnya dia pikir dia siapa?` Batin Sehun sambil menatap anak laki-laki itu lekat-lekat. Namun alih-alih ketakutan seperti manusia normal pada umumnya, anak laki-laki itu malah balas menatap Sehun. Sehun dibuat tercengang lagi. Baru kali ini ada orang yang tidak takut dengannya.
" Minggir." Ujar Sehun malas berurusan dengan anak itu.
" Kau belum minta maaf dengan paman ini." Ulangnya. Kesabaran Sehun sudah habis. Ditatapnya tajam pemuda itu.
" Kubilang minggir." Sehun menaikan nada suaranya pertanda dia sudah marah. Semua anak disitu menahan napas bahkan paman itu juga kelihatan was-was. Hanya si hitam ini yang masih gentar.
" Aku tidak akan minggir sebelum kau minta maaf dengan paman ini. Kau tidak punya sopan santun apa?"
Sehun benar-benar geram sekarang. Dia menghela napas kesal dan menatap wajah pemuda tampan itu dengan sorot matanya yang amat sangat dingin. Semua yang ada disitu, kecuali pemuda tadi menunduk takut. Akan ada sesuatu yang buruk terjadi kalau sorot mata Sehun sudah seperti itu.
" Sudahlah anak muda. Aku tidak apa-apa. Maafkan kami tuan muda." Ujar paman itu membungkuk sopan pada Sehun sebelum menarik tangan anak laki-laki itu menjauh dari Sehun.
" Tapi pama—" Pemuda itu masih bersikeras tak ingin beranjak.
" Aku tidak apa. Sudahlah, kita pergi saja." Paman tukang sapu menarik anak laki-laki itu menjauh dari Sehun agar tak terjadi keributan yang lebih parah lagi. Seketika itu juga aktivitas di lapangan dimulai kembali.
Sehun menatap punggung pemuda itu dengan tatapan mematikan. Seandainya saja Sehun bisa mengeluarkan laser dari tatapannya, anak itu pasti sudah mati menggelepar karena terbakar.
" 10 menit. Cari informasi yang lengkap tentang
anak sialan itu." Perintah Sehun pada Kris sebelum meninggalkan lapangan menuju kelasnya dengan hati luar biasa kesal.
- Chanhee Point of View -
Sehun menjatuhkan tas ke mejanya dengan kasar. Kuangkat wajahku dari ponsel yang sedang kumainkan untuk menatapnya. Aku tersenyum kecut melihat sorot matanya. Dia menatap lurus kedepan sama sekali tidak berniat menyapa teman sebangkunya sendiri.
" Jadi, siapa anak laki-laki yang sudah membuatmu kesal pagi-pagi begini heh?" Tanyaku ringan sambil menopang daguku di meja.
" Kenapa kau bisa tahu? Ah, aku lupa semua tembok punya mata disekolah ini. Hebat sekali para penggunjing itu." Desisnya murka.
" Sudah tahu siapa dia?" Tanyaku mengacuhkan umpatannya.
" Kris sedang mencari tahu dan begitu aku tahu siapa dia, aku akan langsung menendangnya keluar dari sekolah ini." Jawab Sehun.
Matanya berkilat dengan kebencian. Aku bergidik menatap matanya. Pantas saja tidak ada anak yang berani mendekatinya. Matanya begitu menyeramkan. Kalau saja aku tidak mengenalnya dari dulu aku juga pasti tidak akan berani berteman dengannya.
Aku menatap teman kecilku ini dengan seksama. Sebenarnya Sehun tidak seperti ini. Dulu dia anak yang baik dan sangat manis yah, walaupun dia memang sangat manja dan terkadang menyebalkan tapi itu adalah hal wajar mengingat kami masih kecil dan dia adalah tuan muda yang sangat dimanja tapi meski begitu Sehun yang dulu bukanlah orang yang sombong dan dingin seperti sekarang ini. Dia berubah sejak kembali dari Amerika dua tahun yang lalu. Sesuatu yang tidak menyenangkan terjadi padanya dan itu merubah sifatnya 180 derajat. Sejak saat itu dia jadi seperti ini. Entah kapan dia akan kembali jadi Sehun sahabatku yang dulu.
" Tuan muda, saya sudah dapat informasinya." Suara Kris membuyarkan lamunanku.
Kris adalah pengawal pribadinya. Hanya aku dan Kris yang mengenal Sehun dengan baik. Ummanya sudah lama meninggal dan appanya luar biasa sibuk mengurus perusahaan mereka di Amerika. Mungkin ini juga salah satu faktor Sehun berubah. Kuangkat kepalaku dan kulihat kini Kris dan Sehun telah berjalan meninggalkan kelas. Entah apalagi yang akan mereka lakukan. Aku hanya bisa berdoa agar Tuhan masih melindungi anak laki-laki itu dari hal-hal buruk yang akan Sehun lakukan padanya.
- Author Point of View -
" Jadi siapa dia?" Tanya Sehun tak sabar saat Kris mengunci pintu ruang osis. Sehun memang bukan anggota osis tapi dia bisa memakai ruangan manapun yang dia mau di sekolah ini.
" Namanya Kim Jongin dia murid baru pindahan dari Amerika. Dia anak yatim piatu. Orang tuanya meninggal sejak dia berumur dua belas tahun dan dia baru tiba di Seoul dua hari yang lalu. Dia—"
" Cukup. Lempar dia dari sekolah ini. Kalau perlu buat dia di deportasi ke Amerika." Sehun menahan Kris meneruskan omongannya. Mendengar lebih banyak hal tentang anak bernama Kim Jongin itu membuatnya muak.
" Maaf tuan muda, tapi kau tidak bisa melakukannya."
" Apa? Apa maksudmu aku tidak bisa melakukannya? Memangnya siapa dia?" Sehun menatap Kris murka. Suaranya meninggi dan wajahnya merengut kesal.
" Dia memang hanya anak yatim piatu tapi dia masuk kesekolah ini atas rekomendasi mutlak tuan besar." Jelas Kris membuat Sehun membatu dan terbelalak menatapnya.
To Be Continue…
A/N : Told you aku akan meramaikan ranah ff KaiHun babies. Reviews, subscribes, and followers are love. Till next time babies, paipai^^
PS : Ada yg tahu siapa itu Lee Chanhee?
