A/N: Halo semuanya, salam kenal ya. ^^ Ini fic Death Note pertama saya. Gomen ne…karena pendek sekali… T.T Saya baru di fandom ini, biasanya aktif di fandom pinggiran :D. Moga-moga semuanya berkenan dengan cerita saya.
Disclaimer: Don't own Death Note chara.
**
**
Elegy
**
**
Ingatkah kau, ketika aku mengatakan aku akan sedih bila kau adalah Kira…? Karena kaulah teman pertama yang kumiliki. Karena kaulah satu-satunya yang mau berada dekat denganku, bahkan bersedia diborgol bersamaku.
Mungkin waktu itu kau tidak menganggapnya serius. Mungkin kau mengira aku hanya ingin mengujimu seperti biasa.
Tapi tahukah kau, bahwa itu semua benar…? Aku mengatakannya dengan sungguh-sungguh. Aku benar-benar akan sedih bila kau adalah Kira. Walaupun begitu, aku tetap bersikeras untuk membongkar semua rahasiamu. Karena rupanya rasa hormatku pada keadilan melebihi rasa hormatku padamu. Biarlah aku sedih, biarkan aku tersiksa perih…asalkan keadilan bisa ditegakkan.
Kepedihan itu pun kurasakan…ketika aku merasakan sakit pada jantungku. Ketika aku terjatuh dari kursi dan kau menangkapku, meneriakkan nama palsuku. "Ryuuzaki!" pekikmu.
Dan aku pun, dengan rasa tercabik di jantungku, mencoba memandangmu untuk terakhir kalinya. Tapi aku bersumpah demi semua yang kucintai…aku menyesali keputusanku itu…
Karena yang kulihat adalah senyum sadismu…senyum penuh kemenangan yang menandakan bahwa kau senang dengan kematianku…
Dari situlah aku tahu, kau mungkin tetap menganggap remeh ucapanku, bahkan sampai akhir hayatku. Kau tidak peduli meskipun aku mempunyai perasaan ini…perasaan dihargai karena mempunyai seorang teman.
Di detik-detik terakhirku, dalam kesakitanku, aku mencoba untuk berbicara padamu. Banyak sekali hal yang ingin kungkapkan…terutama satu hal…yang rencananya akan kuutarakan padamu bila aku sudah mendekati ajal… Karena bila aku telah mendekati kematian, aku tidak akan risau lagi, aku tidak akan galau lagi.
Aku ingin memberitahumu…
…
…namaku…
…
Bukankah kau belum tahu siapa namaku, Light…? Aku terus berjuang…terus mencoba mengeluarkan suaraku…tapi demi Tuhan senyum sadismu itu telah membuatku bisu.
Aku tahu, dengan kematianku, tidak akan ada lagi debat di antara kita. Tidak ada lagi saling tendang. Tidak ada lagi saling tinju. Tidak ada lagi borgol. Dan tidak ada lagi makanan manis yang selalu kumakan dengan bangga di depanmu. Dan sedikit-banyak aku berharap kau akan kehilangan itu. Tapi tidak…kau tidak akan pernah kehilangannya…
Terukir di ekspresi liar wajahmu…
Pada akhirnya aku harus mengakui kekalahanku. Dan membatinkan selamat tinggal padamu. Aku akan pergi ke suatu tempat yang dulu hanya kudengar dari Watari lewat dongeng-dongengnya… Katanya, namanya adalah surga… Mungkin aku akan melanjutkan mimpi-mimpiku di sana. Mungkin aku akan membangun café dengan menu strawberry shortcake, choux, bon-bon, teh chamomile, atau kue selai…sekedar untuk mengingat aku sering memakannya di depanmu.
Dan hanya satu hal yang masih mengganjal, terus kuperjuangkan agar bisa terungkap, tapi tidak bisa, karena akhirnya tubuhku telah berpisah dengan nyawa… Hal itu hanya terlintas dalam pikiranku. Aku hanya berharap kau bisa mendengarnya…
…
Lawliet, Light…
Lawliet…namaku…
**
**
End
**
**
