Hai, apakah kalian ELF?

Bukan...

Bukan si peri kecil secara harfiah tetapi ELF yang ku maksud adalah Ever Lasting Friend, si peri kecilnya Super Junior.

Jika iya, silahkan lanjutkan membaca

Jika tidak, kalian boleh tetap membaca

Nah, selamat datang di "Super Junior Diaries"

Kami tuliskan kisah sehari-hari kami untuk melukiskan kenangan indah yang pernah terjadi.

Donghae, Si tangan medusa

Asumsikan bahwa semua anggota Super Junior sedang "miskin" jadwal. Sehingga mereka ber-15 berada di dorm sedang bersantai ataupun melakukan hal yang tidak penting. Jangan pedulikan anggota lain, dalam cerita kali ini fokus hanya tertuju pada Donghae, Siwon dan Ryeowook.

Donghae, si pria tampan dengan wajah polos dan otak yang terkadang juga ikut menjadi polos, melangkahkan kakinya dengan riang di antara lorong-lorong flat menuju dorm lantai 11. Entah apa yang dia incar disana, padahal selama ini dia tinggal di dorm lantai 12 dan disana tak sepi.

"Annyeong."

Suara riang dari pemilik darah A itu menggema membuat Ryeowook memperdengarkan suara indahnya dengan hanya berteriak menyambut Donghae. Tak perlu dikhawatirkan, Ryeowook pasti sedang berada didapur, memasak untuk makan siang mereka. Donghae mengusap-ngusap perut ratanya perlahan, dia sudah mulai lapar ternyata.

Donghae mendongakkan kepalanya, matanya kini tertuju menatap seorang namja yang hampir seumuran dengannya sedang memainkan smartphone.

"Siwon-ah." Siwon yang duduk di sofa hanya mendongak sebentar lalu kembali sibuk dengan smartphone di tangannya.

Donghae mempoutkan bibirnya, dia sangat tidak suka tak diperhatikan. "Kau sedang apa?" Dengan kecepatan kilat kini, Donghae telah duduk di sebelah Siwon dengan kedua kaki yang dilipat dan tubuh yang menghadap Siwon.

"Don't distrub me." Donghae menyeringitkan dahinya, saat sekolah dulu, bahasa inggris merupakan pelajaran yang sama sekali tak bersahabat dengannya.

"Artinya apa?" Katanya dengan nada polos yang kentara.

"Artinya kau babo." Siwon menjulurkan lidahnya, membuat Donghae memasang wajah kesalnya. Walaupun dia memang bodoh, seperti yang Siwon katakan tentang dirinya, tetapi setidaknya dia tahu itu bukan arti dari kata-kata Siwon tadi.

"Aissh, kau ini. Hargailah aku. Aku ini hyung-mu secara legal."

Ingat dalam catatan sipil, Siwon lahir pada tahun 1987 sehingga secara jelas Donghae adalah hyung-nya.

"Aku tak mau mengakuinya." Lagi! Kata yang lumayan kasar itu keluar dari mulut Siwon membuat Donghae menghembuskan napasnya.

"Dasar kau. Kenapa mulutmu menjadi kasar begitu?" Donghae berkata sambil membenarkan cara duduknya.

"Untuk menghadapimu, mulut yang kasar memang diperlukan." Matanya masih terus terpaku pada layar ponselnya. "Dan lagipula." Dia meletakkan ponselnya perlahan, kaki-kaki kokohnya beranjak berdiri. "Aku sedang malas berdebat denganmu." Siwon tersenyum perlahan sebelum akhirnya melangkahkan kakinya perlahan. "Dan jangan ganggu ponselku." Katanya seakan tahu bahwa tangan milik Donghae kini telah siap menerkam ponsel miliknya.

Donghae mendengus kesal, padahal dia cuman sangat penasaran dengan apa yang sejak tadi Siwon kerjakan. Dengan tingkat keingin tahuan yang sangat besar mungkin sebaiknya dia ganti tipe darah saja, darah A memang terkadang tak cocok dengan tingkah lakunya yang terkadang mirip Eunhyuk, (darah O adalah orang yang sangat ingin tahu dan periang).

Dia memanjangkan lehernya hanya untuk memastikan bahwa Siwon telah menghilang di balik pintu kamar mandi. Tangannya bergerak cepat mengambil ponsel putih yang tergeletak manis itu.

"Eoh? Kenapa ponselnya tiba-tiba mati?" Tangannya dengan perlahan menggeser-geser di layar berharap ada tanda yang menunjukkan bahwa ponselnya itu masih bisa diselamatkan.

Entah kenapa layar berukuran persegi panjang itu tak menunjukkan tanda-tanda akan menyala membuat namja bertampang anak-anak itu panik, walaupun dia tak mengeluarkan suara yang cukup berarti. Gawat kalau Siwon tahu kalau ponsel dengan merk apel tergigitnya sedikit itu rusak.

Dia meletakkan ponsel itu di tempatnya semula dengan perlahan. Kakinya turun perlahan, dengan langkah tenang maupun pasti dia berjalan perlahan.

"Ryeowook-ah, kamarmu tidak di kunci, kan?" Donghae berteriak perlahan, hanya ingin membuat semua penghuni drom lantai itu mendengar.

"Kau mau apa di kamarku, hyung?" Lagi, suara tak kalah nyaring membalas perkataan Donghae.

"Mungkin hanya tidur." Jawab Donghae sekena mungkin, dia hanya berusaha lepas dari Choi Siwon.

"Tidak di kunci kok." Seperti pelari yang telah diberi kode untuk berlari, Donghae melangkahkan kakinya dengan secepat kilat. Dia berlari menuju sebuah pintu paling ujung, tangannya terangkat membuka pintu, dia lalu mentup dengan pelan pintunya.

Ruangan kecil itu di dominasi dengan warna sederhana, sama sekali tak berubah dari biasanya. Walaupun ruangan itu terlihat sempit dengan dua kasur, tetapi tetap saja terlihat nyaman. Donghae langsung mendudukkan dirinya di meja belajar, menekan tombol on pada laptop Ryeowook yang tergeletak manis disana. Cahaya dari layar laptop itu membuat senyumnya terkembang, karena setidaknya dia bisa menghidupkan sesuatu tanpa merusaknya.

Tapi senyuman itu mendadak luntur beriringan dengan hilangnya cahaya di layar. Donghae dengan spontan dengan terus menekan tombol on tetapi nihil. Sepertinya laptop Ryeowook berakhir sama dengan ponsel milik Siwon. Dia menegakkan badannya bersiap untuk lari dari rumah ini, karena dua orang yang 'kalau marah sangat seram' akan segera datang dan mencercanya dengan banyak ocehan atau didiamkan selama dua minggu. Entahlah Donghae tak tahu, yang terpenting sekarang adalah menghilang dari dorm lantai 11 itu.

"Ryeowook-ah, aku pulang dulu. Aku ada jadwal." Donghae berteriak sebelum melangkahkan kakinya keluar dari dorm lantai 11 itu, menyelamatkan dirinya.

"Dia kenapa?" Tanya Siwon bingung ketika dia baru saja keluar dari kamar mandi dan melihat Donghae yang terlihat terburu-buru.

"Ada jadwal katanya." Kata Ryeowook yang keluar dari dapur, dia segera keluar dari dapur ketika mendengar suara baritone Siwon.

"Jadwal apa? Tumben sekali anak itu semangat." Siwon mendudukkan dirinya, tangannya dengan cepat menyambar ponsel miliknya.

Muka foker pace itu mendadak panik, ponsel miliknya itu tak menunjukkan tanda-tanda hidup. Beberapa kali dia mencoba berbagai cara tetapi hasilnya nihil.

"Kenapa ponselku mati?" Ryeowook menoleh menatap Siwon, ada raut wajah bingung dan khawatir disana dan ketika kalimat kedua yang keluar dari Siwon mampu membuat Ryeowook panik. "Pasti ini gara-gara ikan itu. Lee Donghaeeeeee."

Tanpa basa basi, Ryeowook menuju kamarnya, bukankah tadi si ikan amis itu sempat masuk ke kamarnya dan tiba-tiba saja keluar dengan segera. Orang yang patut dicurigakan bukan?

Dan kita semua tahu bahwa barang elektronik kesayangan Ryeowook juga bernasib sama dengan ponsel milik Siwon.

"Donghaeeeee hyung."

Jangan tanyakan bagaimana akhirnya, yang pastinya dua orang yang sedang marah itu seram, telah memiliki peluru untuk membuat ikan amis itu tak akan menyentuh barang-barang elektronik mereka.

Spoiler...

Come To Play, 2009

MC: Apakah ada orang yang ingin dia meminta maaf padamu?

Ryeowook: Ada

MC: Siapa?

Ryeowook: Donghae-ssi. Berapa hari yang lalu kami pergi ke Taiwan. Karena tak mungkin membawa piano milik ku, manajer memasukkan aplikasi untuk membuat lagu di laptopku dan semua lagu yang diarrangsement telah ada disana.

Tetapi ketika sampai di Taiwan Donghae merusak komputerku dan menyebabkan semua file milikku hilang.