Sebuah Rahasia

LeoN or Neo

VIXX, yang lain menyusul

T

Mistery, Romance, Hurt, Friendship

Yaoi, typo (hati – hati)

.

.

.

Bayangkan Hakyeon disini era Enternity

Taekwoon era chained up

.

.

.

Selamat membaca !

.

.

Chapter 1

Zrzrzrzrzrzrzrzrzrzrz (suara hujan)

Tap tap tap

Seorang namja tan berlari menerjang hujan deras di tengah malam. Tampak suasana kota yang sunyi dan sepi, tak ada satu pun orang yang beraktifitas di saat hujan tengah mengguyur dengan sangat deras.

Beda halnya dengan namja ini, dia terus saja melewati hujan tanpa peduli baju dan rambut yang sudah sangat basah, dia harus berlari dan menemukan seseorang yang dibutuhkanya. Dia harus segera meminta bantuan.

Di langkahkannya pelan setelah dia mendekati sebuah rumah yang sangat besar dan mewah. Perlahan kakinya melewati gerbang besar tersebut, membukanya, dan berjalan lunglai mendekati pintu kokoh rumah itu.

Ting tong ting tong ting tong

Dia bunyikan berulang – ulang bel rumah, berharap pemiliknya segera keluar.

Tapi apa yang di harapkannya tak kujung muncul.

Ting tong ting tong

Tok tok tok tok

Dengan sebal namja berkulit tan itu mengetuk – ketuk pintu rumah.

Tok tok tok tok tok tok

Tubuhnya mulai bergetar hebat, nafasnya tercekat, air matanya mulai membanjiri wajah Tan-ya. Dia tetap mengetuk pintu itu dengan brutal disertai tangisan yang mulai menjadi.

"kumohon..buka.. kumohon kumohon, kumohon" gumamnya berulang – ulang masih dengan usahanya mengetuk pintu.

CEKLEK

Tampak seorang namja tinggi nan tampan dengan rambut blondenya yang sedikit basah, dia menggunakan sweater merahnya dan celana jean biru dongker.

Namja itu tampak shock menatap seseorang yang sedari tadi mengganggu rumahnya. Ada raut kekawatiran muncul di matanya.

"Hakyeon?" didekatinya namja tan yang bernama Hakyeon tersebut.

Hakyeon menangis setelah melihat Taekwoon, lututnya terasa lemas, dia jatuh terduduk di depan Taekwoon.

"Hakyeon-ah, apa yang terjadi?" Taekwoon berlutut didepan Hakyeon. Mengangkat wajah Hakyeon yang ingin menunduk. Dia menatap kondisi Hakyeon dari atas kebawah. Bajunya basah kuyup, wajahnya sangat kacau. Dia benar – benar terlihat menyedihkan.

"Hiks.. tolong aku hiks.. Taekwoon..mereka dibunuh hiks tolong aku"

"siapa Hakyeon ?" Tanya Taekwoon cemas.

"mereka meninggal" gumam Hakyeon tak jelas.

GREEP

Taekwoon mencengkram kedua bahu Hakyeon kuat.

"lihat aku !" Perintah Taekwoon sedikit berteriak

Hakyeon menatap Taekwoon takut.

"katakan, apa yang terjadi?"

"meninggal hiks … hiks.. orang tuaku dibunuh, mereka MENINGGAL TAEKWOON-ah" Hakyeon menangis histeris, tubuhnya bergetar hebat, dadanya terasa sesak.

Taekwoon shock mendengar penjelasan dari Hakyeon, dia merengkuh tubuh namja kecil itu, dia berharap pelukanya dapat menenangkan orang yang telah bertahun – tahun menjadi sahabatnya ini.

" apa – apa" di usapnya lembut punggung Hakyeon yang bergetar. Di tenangkannya Hakyeon dari kejadian yang baru dialaminya. Entah bagaimana itu bisa terjadi.

Dirasakan orang yang berada di dekapanya tak lagi bergetar, dia tak mendengar lagi suara tangis. Taekwoon melepaskan pelukanya, dan melihat wajah Hakyeon.

"Hakyeon-ah?"

"Cha Hakyeon !"

.

.

.

Cuit cuit cuit (suara burung)

"Nnnggg",

Hakyeon membuka matanya perlahan – lahan, membiasakan dengan Cahaya matahari pagi yang masuk melalui jendela kamar.

Dia bangun dan terduduk di kasur yang berukuran sangat besar itu, bisa dilihat kasur itu akan muat untuk 5 orang namja.

Hakyeon mengamati setiap inci ruangan, dari lemari besi yang kokoh, 2 buah pintu yang sepertinya pintu kamar, pintu yang berada di ujung kamar yang sepertinya kamar mandi. Dan jendela yang terbuka lebar.

Dia manatap kearah jendela dengan pandangan kosong. Dia gerakan tangannya menutupi cahaya yang mngenai wajahnya.

CEKLEK

Hakyeon menatap kearah pintu kamar yang terbuka, dia melihat seorang namja tampan masuk kedalam, tampak senyumnya tergambar setelah melihat namja itu masuk.

"Taekwoon-ah?" panggilnya ramah.

"hm. Ini makan" ucap Taekwoon sambil berjalan mendekati kasur dimana sahabatnya itu berada. Di taruhnya nampan berisi makanan di atas meja dekat kasur.

"ini dimana?"

"rumahku" jawab Taekwoon seadanya.

"Taekwoon?" Hakyeon menarik pelan kaos Taekwoon. Meminta sahabatnya itu untuk menatapnya.

"orang tuaku ?" Tanya Hakyeon parau.

Taekwoon menatap kedua mata Hakyeon. Ada raut ketakutan dimatanya.

"mereka dirumah sakit. Besok acara pemakamannya".

"polisi? Mereka sudah tau?"

Taekwoon hanya diam. Dia hanya menatap Hakyeon.

"kita harus melaporkan ini Taekwoon. Ayo!" Hakyeon bangkit dari duduknya dan berjalan keluar.

"Tidak" ucap Taekwoon menghentikan Hakyeon.

Hakyeon berbalik dan menatap bingung namja yang hanya duduk memandangnya saja.

"tidak perlu" ucapnya datar.

Hakyeon bingung dengan sikap Taekwoon, kenapa dia mengatakan itu.

"kita harus melaporkanya Taekwoon-ah. Aku harus tau siapa yang membunuh kedua orang tuaku"

Taekwoon bangkit dan berjalan keluar.

"makanlah dan istirahat", ucapnya sebelum benar – benar meninggalkan Hakyeon sendirian dikamar.

.

.

.

tap tap tap

Hakyeon berjalan menyelusuri setiap sudut rumah. Sejak tadi dia berusaha mencari sahabatnya itu, tapi tak berhasil, rumah ini terlalu besar untuk mencari 1 orang. Dia sudah masuk dari ruang satu keruang yang lain, tapi tetap nihil.

DRRRRT DRRRT DRRRRT

Diraih ponsel di dalam saku celananya, menatap layar ponsel sebentar, dilihatnya nomer yang tak di kenal tertera di layar.

"hallo"

"hallo. Ini Hakyeon?"

"anda siapa?"

"akhirnya aku menemukanmu, Hyung"

"ini , Kim Wonshik?"

.

.

.

Sebuah taksi berhenti didepan kantor polisi Cangwon, seorang namja tan dengan kemeja hitamnya dan celana jean abu –abu keluar dari dalam taksi. Dia mengeluarkan beberapa uang dari dalam dompet dan memberikannya pada sopir taksi.

Namja tan itu Hakyeon.

Dia masuk kedalam kantor polisi, dan melihat sekeliling seperti mencari seseorang.

"Hakyeon Hyung?" sapa seseorang agak jauh di depan Hakyeon berdiri.

Hakyeon lantas berlari, dan memeluk namja yang memanggilnya tadi.

"Wonshikie~. Aku merindukanmu"

Namja yang di panggil Wonshik itu membalas pelukan Hakyeon. Mereka saling berpelukan melepas rindu, setelah bertahun - tahun lamanya tidak bertemu.

"ya! Kemana saja kau selama ini" Hakyeon memukul sebal lengan Wonshik. Dia tampak hampir meneteskan air mata saking rindunya.

"maaf kan aku, hyung." ucap Wonshik penuh penyesalan

"waaah~ lihat ini. Kau seorang detektif eoh. Hebat" kagum Hakyeon saat melihat nama pengenal yang terpasang di seragam Wonshik.

"hehehe. Tentu saja"

"ooh. Ngomong – ngomong dari mana kau tau nomer ponselku?"

"masuklah dulu, kita bicara di dalam" Wonshik menggandeng Hakyeon masuk kedalam sebuah ruangan yang bertuliskan Ruang penyelidikan. Sebelum dia menutup pintu, Wonshik terlihat mengamati sekeliling luar ruangan. Setelah yakin tak ada orang yang melihat mereka. Wonshik menutup pintu rapat – rapat.

.

.

.

Tok tok tok

"Hakyeon-ah?"

Taekwoon mengetuk pintu sebuah kamar. Dirasanya tak ada jawaban, dia langsung masuk kedalam.

Diamatinya sekeliling ruang kamar, nampak kosong tak ada siluet orang yang dicarinya.

Tiba – tiba dia terlihat sangat cemas, dibukanya ponsel dan nampak mencari – cari sesuatu.

"ck. Anak ini"

Taekwoon langsung berlari keluar rumah, dan menuju suatu tempat dengan mobil. Dia mengendarai mobilnya sangat cepat.

Taekwoon tak peduli teriakan – teriakan orang yang mengatainya gila dan mabuk karena dia mengebut. Dia tak peduli yang penting sekarang ini dia harus menemui Hakyeon.

Ditatapnya layar ponselnya kembali, di layar itu tampak peta dan sebuah titik merah besar berkedap kedip bertuliskan Hakyeon.

DUUK

"ck. Sial" umpatnya setelah memukul keras stir mobil.

Taekwoon memakirkan mobilnya di seuah kantor polisi Changwon, tempat dimana Hakyeon berada.

Dia segera keluar dari mobil dan berlari masuk kedalam kantor, dia membuka setiap ruangan yang ada tanpa memperdulikan teriakan polisi yang berjaga.

BAAARRK

Dilihatnya orang yang dicari sedang duduk berhadapan dengan seorang namja tak dikenalnya. Dia langsung menarik Hakyeon pergi dari ruang itu. Namun orang yang di tarik memberontak dan mencoba melepaskan peganganya dari tangan Taekwoon.

"kau ini apa – apaan, Taekwoon-ah?" hanyeon menatap Taekwoon sebal, dia mengusap pergelangan tangannya yang sakit karena cengkraman Taekwoon tadi.

"aku sudah bilang tidak untuk polisi" dia menatap balik Hakyeon.

"aku ingin mencari tahu pembunuhnya, Taekwoon! Mereka membunuh orang tuaku" Hakyeon mulai bergetar, matanya berkaca – kaca. Dia benar – benar sedih kehilangan kedua orang tuanya, dan sahabatnya yang satu ini malah melarangnya untuk bertemu dengan polisi. Sungguh aneh.

"aku yang mengurusnya. Tak perlu polisi! Ayo pulang!" Taekwoon kembali menarik tangan Taekwoon. Namun sayang lengan Hakyeon di tahan seseorang.

"jangan memaksanya tuan", Wonshik, orang itu menatap bengis namja berlambut blonde yang sok tampan ini.

"siapa kau?" ucap Taekwoon dingin.

"Kim Wonshik. Aku detektif disini. Biarkan aku membantu Hakyeon"

"ck. Kau tak mengenalnya. Aku bisa mengurus ini sendiri" Taekwoon kembali menarik tangan Hakyeon. Tapi tak bisa kembali karena Wonshik menarik lengan Hakyeon untuk berhenti.

"aku teman masa kecilnya dulu, aku mengenal kedua orang tuanya" Wonshik kembali bernegosiasi.

"ck. Aku sahabatnya sekarang. Aku lebih mengenal mereka" Ucap Taekwoon tak mau kalah.

Hakyeon mulai jengah dengan tingkah kedua temannya ini. Dia hanya ingin tahu sebab kematian orang tuanya. Kenapa begitu sulit.

"sudah ! kalian ini kenapa?"

"kita pulang", Taekwoon menarik tangan Hakyeon dengan kuat hinggan cengkraman Wonshik terlepas.

Wonshik hanya dapat menatap datar kepergian dua orang tersebut. Dia tersenyum tipis, dan kembali masuk keruangannya.

"orang yang menarik"

.

.

.

Taekwoon dan Hakyeon sudah berada di rumah. Taekwoon menarik Hakyeon dan memasukan kekamarnya.

"jangan temui dia lagi", ancam Taekwoon.

Hakyeon menatap Taekwoon marah, air matanya mulai mengalir.

"kau ini kenapa ? aku hanya ingin tahu sebab orang tuaku meninggal"

"aku sudah bilang. Biar aku yang mengurusnya, Hakyeon" Taekwoon mulai menurunkan emosinya, dia tidak bisa melihat Hakyeon menangis.

Taekwoon mengelap lembuh air mata yang membasahi wajah manis Hakyeon dengan tanganya.

"Hakyeon-ah, sekarang kau adalah tanggung jawabku. Aku tidak ingin kau terluka"

"dia bilang bisa membantuku Taekwoonie"

"tidak, jangan temui dia lagi."

"Wonshik bisa membantuku Taekwoon!"

"CUKUP ! DIA TAK AKAN MENGERTI!" Taekwoon membentak Hakyeon hingga membuat Hankyeon diam tak percaya. Sedingin apapun Taewkoon padanya dia tak pernah melakukan ini padanya.

"kau yang tak mengerti… kau tak mengerti bagaimana ditinggalkan orang yang kau sayangi! kau tak mengerti bagaimana rasanya sendirian Taekwoon ! KAU YANG TAK MENGERTI!"

Hakyeon berlari keluar kamar meninggalkan Taekwoon yang menatap sendu kepergian Hakyeon.

Taekwoon terus mengamati punggung sahabatnya itu hingga dia benar – benar hilang di balik pintu.

BLAAAAM

"kau tak tahu apa – apa, Hakyeon"

TBC

Huuuft selesai chapter pertama. hehehe

Terimakasih yang telah mereview di FF sebelumnya. Dan terimakasih [Key Eonni] masukan – masukannya.

Sampai jumpa di chapter selanjutnya

Nnyeooong. Bbyeong~