# Crawling #

Aku masih berdiri disini, mematung, ketakutan mulai menguasai ku perlahan. Aku melihat mereka semua tepat didepanku, orang-orang yang membully ku. Salah satu dari mereka yang berambut merah seperti nanas menunjuk jarinya padaku hingga semua anak nakal itu menoleh ke arahku. Sedetik kemudian aku sudah meninggalkan tempat dimana aku berdiri tadi. Berlari sekencang yang aku bisa sambil berdoa agar mereka tidak mendapatkanku.

Toshiro pun berhenti berlari dan menghirup udara sebanyak-banyaknya. Ia terengah-engah. Tangannya memegang dadanya yang mulai sakit lagi karena berlari. Baru saja semalam ayahnya, Aizen, memukul dadanya hingga tulang rusuknya patah dan menjadi memar. Dan rasa sakitnya amatlah tak tertahankan. Semalaman ia tidak bisa memejamkan matanya.

"Itu dia! Teman-teman ia ada didepan!" Teriak seorang pemuda botak, yang tak lain adalah Madarame.

'Sial' pikir Toshiro. Mau tidak mau ia pun berlari lagi meski tertatih-tatih. Karena panik, pria mungil itu tak melihat ke arah mana ia berlari. Hingga ia menabrak sesuatu dan jatuh terduduk sambil mengerang kesakitan.

"Akh, m-maaf kan a..aku..!" Ucapnya lirih ketika orang yang ditabraknya membantu ia berdiri.

"Tidak apa" Orang itu tersenyum "Apa ada yang terluka?" Tanya pria berambut hitam itu. Sejenak Toshiro hanya menatapnya dengan wajah yang semakin pucat mendengar sahut-sahutan namanya dipanggil oleh anak-anak berandalan tadi.

"Kau darah rendah ya? Wajahmu pucat sekali!" Guncangan pria itu membuat Toshiro tersadar dan ia berusaha lepas dari cengkraman Pria itu, Kusaka Sojiro. "Ayo aku antar kau ke rumah sakit!" Kusaka tiba-tiba menarik Toshiro ke dalam mobil taxi dan menuju ke rumah sakit.

"Dasar bodoh! Kau bilang bocah putih itu ada di depan! Sekarang mana dia?!" Toshiro mendongak ke jendela belakang mobil dan melihat Anak berambut orange yang bernama Ichigo Kurosaki sedang marah besar ke seluruh anggota geng nya terutama Madarame. Suara Madarame yang mencoba membela dirinya semakin jauh terdengar oleh Toshiro. Ia pun menghembuskan nafas lega.

"Kau tidak apa-apa?" Toshiro terlonjak kaget begitu mendengar suara Kusaka. Ia baru ingat jika ia tidak sendirian.

"Ng..a..aku tidak apa-apa" Jawabnya mencoba lebih tenang. "Terimakasih ya..ng..?" Ia menunjuk jarinya pada Kusaka.

Kusaka pun tertawa, "Panggil saja aku Kusaka, salam kenal Toshiro!"

"Bagaimana kau tahu namaku?!" Toshiro heran, baru kali ini ada orang tak dikenalnya yang tahu namanya.

"Yaah, aku tahu saja..." Gumam Kusaka. Mata Kusaka tak hentinya menatap Toshiro yang manis bagaikan hime itu. Berulang kali ia meyakinkan dirinya jika orang ini benar-benar cinta pertamanya. Toshiro tidak tahu jika sebenarnya Kusaka sudah mencarinya ke seantero negeri. Ia juga tidak tahu jika Kusaka menaruh perasaan padanya selama ini. Mungkinkah Toshiro lupa kenangan masa lalu mereka?

"Kurasa, aku harus turun didepan sana" Ujar Toshiro yang salah tingkah karena tatapan Kusaka yang tajam. "Kusaka-san?" Ia mencoba melambaikan tangannya di depan wajah Kusaka.

"O..oh! Tapi kau harus ke rumah sakit dulu!" Kusaka sadar dari lamunannya.

"Tidak usah, lagipula aku sudah lebih baik" Toshiro tersenyum manis hingga Kusaka terpesona untuk kedua kalinya.

"Baiklah,... Pak Berhenti!" Seketika Taxi pun berhenti di depan sebuah gang.

"Terimakasih Kusaka-san, ini uang taxinya" Toshiro menyerahkan uang receh yang tersisa di kantungnya begitu turun dari Taxi.

"Sudahlah, biar aku saja yang bayar" Kata Kusaka sebelum Toshiro semakin mendesaknya.

"Benar? Baiklah, sampai jumpa lagi Kusaka-san" Kata Toshiro gugup. Ia sungguh berterimakasih pada Pria Menawan yang satu ini. Setelah itu ia pun langsung berlari ke dalam gang.

"Sama-sama, Shiro-chan" gumam Kusaka. Ekor matanya masih mengikuti arah kepergian cinta pertamanya itu. Ketika mobil berjalan, ia masih memikirkan satu hal yang terlupakan. Hingga akhirnya ia ingat. Yaitu, menanyakan nomor telepon Hime nya. 'Sigh'

"Aku pulang" gumam Toshiro begitu menginjakkan kakinya di dalam rumah kecil yang dihuni olehnya dan ayahnya. Setiap pulang sekolah ia selalu berharap ayahnya pulang malam dan tidak dalam keadaan mabuk. Karena hari-harinya akan menjadi neraka jika ayahnya mabuk. Seringkali ayahnya dengan kejam melampiaskan kekesalan akibat tekanan pekerjaan pada Toshiro. Tak jarang pria mungil itu mendapatkan luka dan memar yang dengan mati-matian ia sembunyikan agar tidak diketahui oleh orang-orang disekitarnya.

Bergegas Toshiro menaiki tangga menuju kamarnya yang ada di atap. Dengan cepat mengunci pintu kamar. Setidaknya ia merasa lebih aman jika melakukan itu. Ia lalu mengganti baju sekolahnya dengan baju biasa dan memeriksa tugas-tugas yang ada.

'Kurasa grup anak nakal tadi mengejarku karena ingin menyuruhku mengerjakan tugas mereka' Anggapan itu melintas di benaknya sesaat. Entah mengapa perasaannya mengatakan hal buruk akan terjadi besok atau mungkin sekarang?

"TOSHIRO! Turun ke bawah sekarang Juga!" Ayahnya berteriak hingga Toshiro terlonjak kaget. Sesungguhnya ia tak ingin ke sana. Ia masih ketakutan akan kejadian semalam.

Langkah kaki yang berat pun terdengar. Seseorang menaiki tangga dan Toshiro tahu itu adalah ayahnya. Rasa takut mulai menguasai Toshiro. TBC