My love...
-Ini hanya sepenggal kisahku yang sederhana. - Kim Jaejoong
Selamat membaca :)
*note All jae POV
Hari pernikahanku tiba. Entah mengapa aku menjadi gugup dan tidak siap. Aku menikah karena keinginan ayah dan ibuku. Mereka berhutang budi padanya. Ayah dan ibuku tidak tahu bahwa aku sudah memiliki kekasih yang kucintai, dia berjanji akan segera kembali begitu kuliahnya selesai.
•••• Flash back ••••
Tidak ada yang tahu bahwa seorang kim jaejoong berpacaran dengan choi siwon. Kami sengaja merahasiakannya mengingat ayah siwon yang kelewat posesif kepadanya.
"Jae, aku mencintaimu" Ucapnya lembut
"Aku tahu won, kau tidak perlu mengatakannya" Ucapku lembut
Saat ini kami berada di taman sore yang cukup ramai dipenuhi anak-anak kecil yang bermain dengan riangnya. Jika terlihat sekilas, kami terlihat seperti teman yang tengah mengobrol.
"Sayang, setelah sma ini kau akan melanjutkan kuliah dimana?" Tanyanya lembut
"Bukankah kau ingin kita kuliah di seoul university? Aku sudah terdaftar disana sebagai mahasiswanya" Ucapku seraya membuat kejutan
"Mianhae sebelumnya sayang, aku tidak bisa. Aku harus melanjutkan kuliahku di perancis. Mianhae..." Ucapnya menyesal
"Apa?! Perancis? Jauh sekali baby" Ucapku sedih
"Karena itu tunggulah aku sayang, aku kembali untukmu" Ucapnya meyakinkanku
"Ka...pan kau bera...ngkat" Ucapku terbata
Aku ingin mengantarnya ke bandara sekaligus perpisahan kami.
"Malam ini aku berangkat. Kau tidak perlu mengantarku, aku berangkat pada malam hari sehingga sampai keesokkan paginya" Ucapnya sedih
"Apa?! Bagaimana bisa kau baru mengatakannya?! Kau tega sekali" Ucapku kesal
Aku kekasihnya tapi aku baru tahu jika kekasihku akan pergi jauh malam ini.
"Aku tidak ingin kau sedih karena memikirkannya, maafkan aku" Ucapnya menyesal
Aku langsung meneteskan air mataku. Ingin sekali mengantarnya kebandara namun aku juga tahu bahwa akan ada orang tua siwon.
"Aku... Bisakah aku mengantarmu kebandara?" Tanyaku memastikan meskipun aku tahu bahwa jawabannya tidak.
"Jangan sayang, aku pergi malam hari. Kau tenang saja kita masih bisa bercerita lewat email. Tunggulah aku sayang, aku kembali untukmu" Ucapnya meyakinkanku.
Aku tidak punya pilihan lain, selain mau tidak mau merelakannya pergi. Bukankah dia pergi untuk melanjutkan pendidikannya, studinya.
"Jae aku pergi, sampai bertemu lagi. Ingat tunggu aku sayang" Ucapnya lembut seraya meninggalkanku ditaman.
Aku hanya menatap kepergiannya lembut dan sedih.
•••• End flashback ••••
Kini bertahun-tahun sudah aku menantinya, menunggunya namun ia tak kunjung kembali. Ini sudah 5 lima tahun dia pergi. Aku bahkan masih ingat email terakhir yang di berikannya padaku
'Jae sayangku, aku merindukanmu. Aku ingin memelukmu, mendekapmu dalam hangatnya pelukkanku. Bersabarlah sayang sebentar lagi aku kembali, tunggu aku.' email darinya yang terakhir 3 tahun yang lalu. Entah apa dia masih mengingatnya atau tidak.
"Jae ayoo segera, pasanganmu sudah menantimu dialtar. Ingatlah jangan kecewakan kami" Ucap ibuku lembut
Aku menghela nafas perlahan.
'Maaf siwon, aku tidak bisa menunggumu lagi ternyata. Aku tidak bisa mengecewakan keinginan ibu dan ayahku.' Kataku dalam hati
"Baiklah bu, antarkan aku ke altar" Ucapku pelan
Aku bahkan tidak yakin akan pilihanku tapi jika ini yang terbaik maka aku akan melakukannya.
Begitu sampai dialtar, dapat kulihat sosok yang tegap, tampan, kharisma dan luar biasa tenang. Entahlah aku merasa seolah-olah ditatapnya dengan intens atau hanya perasaanku saja.
Perlahan-lahan aku berjalan dialtar dengan gugupnya mungkin karena kini aku menjadi pusat perhatian semua orang.
Aku terus berjalan perlahan sampai tibalah didepan altar dengannya.
Dan segeralah upacara pernikahanku dimulai.
.
.
.
Tak terasa hari ini pun berlalu dengan cepatnya. Kini aku sudah sah menjadi milik orang lain yang masih belum kuketahui namanya. Ingin sekali ku bertanya padanya namun aku terlalu gugup untuk bertanya.
"Uhmmm maaf sebelumnya" Ucapku pelan saat ini kami berada dimobil yang membawa kami ke hotel, mungkin.
"Ada apa? Katakanlah..." Ucapnya lembut
"Bolehkah aku tahu namamu? Aku tidak tahu namamu" Ucapku hati-hati takut menyinggungnya.
"Namaku yunho, jung yunho. Ingatlah itu jung jaejoong" Katanya lembut
"Jung jaejoong?" Tanyaku penasaran
"Kita sudah menikah bukan? Tentu kau harus memakai margaku bukan?" Jawabnya pelan
Aku hanya menganggukan kepala dan yunho mengelus pipiku lembut
"Kau manis..." Ucapnya lembut
Perlahan yunho mengecup pipiku dan tanpa kusadari dari sebuah ciuman di pipi, berakhir dengan aku duduk dipangkuan yunho sambil memandangnya.
"Ceritakan tentang dirimu" Pintaku
"Baiklah akan kuceritakan begitu tiba di hotel" Ucapnya sambil mengelus pipiku lembut.
Sepanjang perjalanan kami habiskan dengan yunho mengelus, mengecup kedua pipiku.
Begitu kami tiba dihotel, yunho langsung keluar dari pintu mobil bersamaan denganku. Yunho tanpa aba-aba mengendongku ala bridal style, hingga membuatku malu. Aku hanya menyembunyikan wajahku didadanya.
Akhirnya kami tiba dihotel yang kami tempati. Langsung saja aku mencoba turun dari gendongnya namun yunho sepertinya masih asyik mengendongku.
"Yunho hyung... Turunkan aku..." Pintaku pelan
"Turunnya nanti saja begitu tiba dikamar." Ucapnya tanpa basa basi
Aku hanya diam mendengar perkataannya.
Begitu kami tiba dikamar hotel, langsung saja aku turun dan memukul lengannya pelan.
"Nappeun, yunho hyung nappeun. Aku malu tau" Ucapku malu-malu
"Kau malu-malu seperti itu membuatku bernapsu saja" Ucapnya sambil melonggarkan dasi yang dikenakan
"Mwo yunho hyung?!... Ceritakan dulu padaku tentang dirimu" Pintaku
"Bentar-bentar apa itu yunho hyung? Kita sudah menikah, kau seharusnya memanggilku yeobo atau yunnie yeobo semacam itunya. Kitakan sudah menikah" Ucapnya tidak suka dengan panggilan yang kuberikan
"Ah... Mianhae, aku masih bingung memanggilmu apa" Ucapku jujur
"Tidak apa-apa kalau begitu, panggil aku sekarang apa?" Pintanya memaksa
"Yun... Nie...yeobo" Ucapku terbata
"Lagi, kau tidak perlu seperti itu" Ucapnya lembut
"Yunnie yeobo" Ucapku pelan
Entah mengapa aku mengucapkannya sambil malu-malu. Dapat kurasakan pipiku memanas saat mengucapkan kalimat itu.
"Yunnie yeobo, ceritakan padaku tentang dirimu" Pintaku
Kami langsung saja duduk diranjang tanpa membuka atribut dari pernikahan kami.
"Ceritakan padaku tentang dirimu dahulu" Ucap yunho pelan
"Aku? Baiklah aku anak satu-satunya dari keluarga kim. Aku hanya diberitahu ayahku bahwa aku akan dinikahi olehmu karena balas budi" Ucapku pelan
"Hanya itu? Kalau aku, aku anak pertama dari keluarga jung. Keluarga kami sangat menjunjung tinggi yang namanya tata krama dan berbaik luhur. Apa kau memiliki kekasih?" Ucapnya pelan
"Aku? Apa kau memilikinya?" Ucapku agak gugup
Aku tidak tahu statusku dengan siwon masih dapatkah dibilang sepasang kekasih, Terakhir kali kami berbicara 3 tahun yang lalu.
"Aku memilikinya... Tapi kami berpisah, dia pergi meninggalkanku alasannya aku orang yang gila kerja, tidak ada waktu untuknya. Dia marah lantaran aku selalu membatalkan janjiku kepadanya" Ucapnya pelan
Aku dapat mendengar ada rasa menyesakkan dari dalam dirinya.
Segeralah aku memeluk dirinya, membiarkan dia menangis dalam pelukkanku.
"Menangislah, kau tidak perlu menahannya" Ucapku pelan
.
.
.
Cahaya matahari pagi masuk menerobos dari sela-sela jendela. Aku tertidur saat memeluk yunho. Perlahan aku mulai membuka mataku.
Aku langsung melihat kearah sampingku. Dapat kulihat yunho tertidur sambil memelukku.
'Wajah ini... Aku menyukainya... Wajah dengan tatapan tenang, teduh... Sangat berbeda dengan siwon. Aku tidak tahu apa aku mulai jatuh cinta dengannya, Entahlah' Kataku dalam hati
Dan biarkan waktu menjawab semuanya.
Perlahan-lahan aku mencoba menggerakkan tubuhku namun gerakkanku sangatlah terbatas. Tubuhku dipeluk erat olehnya.
Entah dorongan dari mana, perlahan aku mendekatkan diriku kewajahnya dan mengecup bibirnya lembut.
Perlahan dia bangun dari tidurnya dan memperhatikanku.
"Pqgi yeobo..." Ucapnya lembut
"Pagi yunnie yeobo..." Ucapku lembut
"Yeobo bagaimana jika kita honeymoon?" Tanyanya pelan
"Uhmmmm..." Ucapku pelan.
"Ayooo kita mandii" Ajaknya lembut
Yunho langsung saja mengendongku ala bridal style.
"Kyaaaa yunniee" Ucapku kaget.
Begitu kami tiba di kamar mandi, yunho langsung saja mencium bibirku ganas.
"Mmmmmmmccccckkkppp" Eranganku tertahan
Ini hanya pikiranku, atau yunho sangat mahir menciumku.
Tangan-tangan jahilnya mulai melucuti baju dan celana yang kupakai.
"Ahhhhh... Yunnniieeee ahhhh jangannnnnn ahhhh" Desahku nikmat saat yunho dengan pandai dan lihai memainkan nipple serta juniorku.
Yunho langsung saja mengecup, menjilat serta menggigit leher serta bahuku. Titik-titik sensitifku langsung saja 'dihajar' sama yunho dengan ahlinya.
Langsung saja tanpa aba-aba dan persiapan yunho membalikkan tubuhku dan kini aku menghadap cermin di wastafel. Mencengkram erat pinggiran wastafel.
"Arghhhhhhh appo... Pelannnnn-pelannnnnnnnnn urghhhhhhhh" Desisku sakit saat junior yunho yang besar dan panjang itu menerobos holeku.
"Sabarrr yeobooooo ahhhhh... Ini nikmatttttt ahhhhhh" Bisiknya lembut ditelingaku.
"Yunnnn diamkan dulu" Ucapku pelan mencoba membiasakan diri
Yunho yang mengerti, mendiamkan juniornya didalam holeku. Aku yang mulai terbiasa kemudian memintanya bergerak. Yunho tersenyum menyeringai saat mendengar permintaan ku untuk mulai menggerakkan.
"Yunnnn ahhhhh... Fassssssttttttteeeeerrrrr ahhhhhhh"Desahku nikmat seiring dengan hujaman diholeku yang sudah mulai cepat.
"Nikmmmmmaaaatttt yeobooooo" Desahnya nikmat aku mulai dapat menyesuiakan gerakkanku dengannya
Entah mengapa aku ingin yunho memainkan nippleku dan juniorku. Yunho yang mengerti hal itu, langsung saja membalikkan tubuhku dan mengendongku.
"Yunnn ahhhhh yunnnieeeeee ahhhh..." Desahku nikmat saat hujaman pada holeku.
Kini didepan yunho terpampanglah kedua nippleku. Yunho dengan lahap langsung mengemut nippleku. Aku yang pasrah dengan hal itu menerimanya. Menerima semua kenikmatan yang diberikan padaku.
"Yunnnnnn ahhhh akuuuuuuuu keluarrrrr ahhh..." Desahku sambil menaruh kepalaku di bahunya dqn menetralkan nafasku pasca organisme yang melandaku.
Aku yang tdak ingin egois, tahu bahwa yunho belum keluar langsung saja menatapnya lembut. Mengecup bibirnya lembut dan mulai menggerakkan tubuhku. Yunho yang menyadari hal itu kemudian memulai hujamannya pada holeku.
"Yunnn ahhh yunnieeee uhhhhh" Desahku yang berbisik pada telinganya.
Yunho yang mendengar hal itu, tambah bernapsu mengenjot holeku.
Aku terus-terus saja mendesah pada telingga yunho mengingat posisiku dan tentu saja yunho semakin bernapsu kepadaku.
Tak lama berselang, dapat kurasakan juniornya yang membesar didalamku.
"Jaeee ahhhhhh" Desahnya nikmat seraya mengeluarkan spermanya didalam holeku.
Aku tahu, bahwa yunho sudah keluar atau mungkin sudah organisme setelah aku tadi. Dapat kurasakan, begitu yunho klimaks dia menggigit nippleku.
"Gomawo, yeobo" Ucapnya lembut dan mengecup bibirku singkat.
Aku hanya tersenyum lembut padanya sambil terus berada dalam gendongannya.
'Aku nyaman disini...' Kataku dalam hati.
Dan aku membiarkan dalam keadaan seperti ini. Aku menyukainya...
.
.
.
Setelah dari hotel, kami tidak berbulan madu. Bukannya aku tidak mau, hanya aku tidak ingin menganggu jadwal kerja yunho. lagipula menurutlu bulan madu bisa dilakukan kapan saja.
Aku begitu takjud melihat jung mansion yang kini hanya ditinggali yunho seorang. Ayah dan ibunya sedang berada diluar negri. Mereka selalu seperti itu, bagi mereka hanya ada kerja kerua dan kerja.
"Yunnie yeobo, nanti siang mau kubawakan bekal apa?" Tanyaku pelan
"Apa saja selama kau yang memasak. Aku pergi, kekantor yaa" Ucapnya lembut sambil mengecup keningku lembut.
Aku hanya tersenyum memandangnya dari pintu. Kini aku tengah pintu, mengantar kepergian yunho kekantor.
'Huft... Saatnya membereskan kamar' Kataku dalam hati sambil membalikkan badanku.
Entah mengapa dadaku bergemuruh mengingat percintaan kami semalam. Semalam yunho melakukannya dengan gentle dan penuh perasaan. Dia melakukannya dengan lembut, dan hati-hati. Aku menyukainya, entah mengapa. Saat juniornya mulai menghujam holeku dengan lembut namun sangat cepat.
Aku tersenyum sendiri sambil membayangkannya. Aku bahkan sudah tidak memikirkan siwon lagi.
'Aku tidak tahu kini kau berada siwon. Maaf aku tidak bisa menunggumu lagi. Maaf aku tidak bisa menjadi yang terbaik untukmu. Maaf aku mungkin tidak bisa menjaganya untukmu. Terima kasih pernah hadir dihidupku. Terima kasih pernah memberikan warna untuk hidupku. Terima kasih kau selalu perhatian dan baik kepadaku. Ku harap kau bahagia, dimanapun kau berada' Kataku dalam hatiku sambil memandang langit-langit dikamarku dengan yunho.
.
.
.
Aku melangkahkan kakiku dengan riangnya menuju ruangan yunho. Para karyawan yunho tentu tidak mengenalku secara aku tidak pernah kesini, ditambah pernikahanku dengan yunho dilakukan secara sederhana sesuai permintaanku. Begitu aku tiba diruangan yunho, langsung saja aku masuk dan mendapati sosok yang memakai kacamata, diantara tumpukkan dokumen dan ditambah laptop yang terus dipandanginya. Tanpa apa-apa langsung saja aku memeluknya dari belakang. Yunho yang tersentak kaget langsung saja menoleh kearahku dan mendapati aku yang tengah tersenyum manis kearahnya.
"Kau membuatku kaget yeobo" Ucapya lembut
"Salah sendiri, sudah jam makan siang namun kamu terus menatapnya. Apa laptop dan dokumen itu begitu menariknya sampai aku datang kau tidak memperhatikan" Ucapku pura-pura kesal
"Mianhae... Aku..." Ucapnya lembut
Tok... Tokk.. Tok...
Tak lama terdengar ketukan dari arah luar
Langsung saja yunho tanpa aba-aba mendudukkan aku ditengah pangkuannya.
"Masuk saja..." Ucapnya tegas
Aku hanya tersenyum mendengar perkataannya yang tegas. Tidak pernah sekalipun aku mendengarnya berkata tegas seperti itu.
"Maaf tuan, ini laporan yang anda minta" Ucapnya pelan seraya menyerahkan lapiran yang diminta yunho.
'Bentar-bentar aku mengenal suara ini. Suara ini, bukankah suara...' Kataku dalam hati
Segeralah aku membalikkan diriku dan mendapati
"Siwon..." Kataku kaget
"Joongie..." Ucapnya kaget
"Kalian saling mengenal?" Ucap yunho kaget
Yunho yang tidak mengetahui hubunganku dengan siwon tentu saja kaget.
Aku langsung bangun dari pangkuan siwon dan berdiri sambil terus menatapnya. 'Maafkan aku wonnie...' Kataku dalam hati.
"Aku bertanya kalian saling mengenal atau tidak?" Ucap yunho kesal, karena baik aku dan siwon enggan untuk membuka mulut kami.
"Aku... Diaa itu..." Ucapku terbata
"Kami teman semasa sma dulu. Yaaa hanya teman tuan" Ucap siwon pelan seraya memotong ucapanku
Aku menunjukkan tanpa protes seraya melotot ke arah siwon.
'Teman apanya. Kita itu sepasang kekasih, bukan?' Kataku dalam hati.
Tanpa aba-aba aku langsung menarik siwon
"Yunnie, aku butuh bicara berdua dengannya sebentar. Kau makanlah dulu" Ucapku tanpa basa basi
Yunho yang ingin menyanggah kalimatku, tidak jadi setelah melihat aku keluar dari ruangan yunho dengan tidak sabar.
Aku terus menarik siwon sampai di tangga darurat.
"Kau pergi kemana saja? Kenapa kau tidak mengatakan kepada SUAMIku bahwa kita sepasang kekasih?" Cerocohku
"Aku kuliah joongie, mengertilah. Aku tidak ingin kau di cap memiliki kekasih yang tidak mampu membelikanmu apapun makanya aku sengaja merahasiakan kepada siapapun" Ucapnya sesal
"Kekasih? Aku sudah menikah won dengan yunho." Ucapku sedih
"Aku tidak tahu tapi selamat..." Ucapnya sesal
Ada rasa sesal dihatiku jika tahu seperti ini keadaannya, ini menyakitkanku. Bukan hanya aku namun yunho dan siwon juga terluka.
"Joongie, bisakah kau datang keacara pernikahanku?" Ucap siwon mencoba tegar.
"Apalagi maksudmu sekarang? Kau mau menikah dengan siapa?" Tanyaku sedih
Tidakkah dia melihat ini semua tiba-tiba untukku.
"Aku menikah. Aku akan menikah. Datanglah keacara pernikahanku. Aku menunggumu" Ucapnya pelan
Dia langsung menyerahkan sebuah amplop undangan dan aku menangis seketika.
'Mengapa jadi seperti ini kisahku. Memyesakkan. Jika aku bisa memilih maka aku tidak ingin kisahku dengan siwon berakhir seperti ini namun aku juga tidak ingin kisahku dengan yunho berakhir' Kataku dalam hati.
Aku langsung saja pergi dari sana meninggalkan siwon dengan sejuta tanda tanya.
Aku berlari menuju ruangan yunho. Dapat kurasakan aura yunho yang masih saja kelam sejak aku menarik siwon dari tadi. Aku menghampirinya dan memeluknya. Aku menangis di dada yunho mencoba mencari ketenangan dan kenyamanan disana. Yunho yang tidak tega melihatku menangis, mulai mengelus kepalaku.
"Sssstttt tenang lah ada aku disini" Ucapnya lembut
Aku hanya mengeratkan pelukkanku padanya.
"Yunnie... Hikss... Ayo pulang... Hiks..." Ucapku sedih.
Yunho hanya menganggukan kepala sambil memberitahu kepada asistennya untuk membatalkan jadwalnya.
.
.
.
Begitu kami tiba rumah kami, aku hanya duduk terdiam sedangkan dia ingin meminta penjelasan namun masih diurungkan niatnya.
"Yun... Siwon itu kekasihku. Ini mungkin salahnya kami bahwa kami berpacaran dirahasiakan tapi itu sudah lama berlalu. Sejak dia pergi ke luar. Aku tidak bermaksud untuk menyakitimu dengan menariknya keluar tadi, aku hanya membutuhkan penjelasan sambil memberitahu status kita yang sudah menikah. Aku tahu aku salah, maafkan aku. Aku tidak bermaksud membohongimu" Ucapku panjang lebar
Yunho yang shock akan hal itu langsung memandang kearahku.
"Lalu setelah kau bertemu dengannya, kau akan bersamanya lagi begitu" Ucap yunho marah
Aku yang menyadari kemarahan yunho, langsung mendekatkan diriku kepadanya.
"Aku tidak kembali dengannya. Aku hanya ingin bersamamu, menghabiskan sisa umurku denganmu" Ucapku pasti
Langsung saja yunho tanpa aba-aba menciumku ganas. Aku membiarkannya menciumku ganas guna menyalurkan amarahnya. Mungkin dia marah kepadaku.
"Mmmmmmmcccckkkkppp... Yunn... Ahhhh lepassss" Ucapku mencoba mendorongnya.
"Kenapa kau ingin aku melepaskan ciumanku? Apa ciumannya lebih nikmat begitu?!" Ucapnya marah
"Kau mau membunuhku?! Aku kehabisan nafas tahu. Lakukan dikamar, aku malu jika lakukan diruang keluarga seperti ini" Ucapku pelan memberikan pengertian
"Apa dulu kau mencintainya?" Tanya yunho memastikan
"Yaaa, dulu aku mencintainya. Tapi kini aku sudah mempunyai dirimu. Dirimu yang jauh lebih darinya. Jadi milikilah aku sampai kau puas" Ucapku yakin
Yunho yang mendengar ucapanku langsung mengendongku menuju kamar kami.
Dan biarlah aku memilih jalanku. Bukankah setiap orang mempunyai pilihannya masing-masing. Jika menikah denganmu adalah pilihanku maka tidak ada kata penyesalan didalam hatiku. Biarlah cerita kita yang dahulu terbang tertiup angin dan menjauh. Biarlah kini aku memulai kisahku dengannya.
