"The hollow instinct"
Bleach : Tite Kubo
Warn : Gak layak dipublish pokoknya.
Apa itu arti kematian ...
Entahlah ... karena dia adalah kematian, mata-nya memancarkan kekelaman, keserakahan, kesenangan, kegilaan, kilatannya seperti mesin, sebuah alat yang ditakdirkan untuk membasmi, tak pandang bulu akan seseorang yang menantang dihadapannya, bagai samurai kerasukan, memangsa siapapun yang berada dalam teritorrial-nya.
Ia menghempaskan senjata besarnya, sabit bertolak layaknya angka delapan secara vertikal, horizontal, serong dan terus berhempasan, menyayat para Hollow didepannya.
Brat-Srat
"Giahahaha -"
Dia tertawa, menunjukan kesenangan teramat sangat dalam mimik wajahnya, seperti layaknya binatang yang tak punya akal sehat, haus akan pertempuran, tak peduli kalau percikan darah telah mengotori lapis kulitnya, luka yang dideritanya pun dihiraukannya, seperti tak punya rasa sakit, ia terus bertempur dengan lidah yang menjulur dengan tatoo angka delapan di permukaannya.
"Giahahaha, apa hanya ini kemampuan kalian !"
96,97,98 dan seterusnya hingga sampailah mahluk itu dihadapanku. Dengan sedikit tersengal ia menatapku sengit.
"Hey, kau yang keseratus ayo maju !" Ocehnya sambil menyeringai. Ku tarik pupilku kesamping, hingga kutemukan dirinya sedang menyeringai. Kuhela nafasku sejenak.
"Kenapa aku harus bertarung, kau tak punya salah denganku begitu pun sebaliknya, apa motivasiku !?"
Hening, bibir pria itu mengatup sejenak sebelum kemudian ia tertawa terbahak-bahak entah karena apa.
"Giahahahaha ..." kau ini bodoh atau apa, inilah cara di hueco mundo, bertahan hidup dengan membunuh, kau ini hollow, kau ditakdirkan untuk itu, bodoh !"
"Apa maksud-mu, aku bukanlah mahluk tanpa otak, untuk apa aku bertarung tanpa alasan yang jelas, itu hanya buang-buang tenaga,"
Ia menaikan sebelah alirnya,"He ?"
Melihat itu, aku pun menutup buku novelku, turun dari batu yang kududuki bersiap untuk meninggalkannya.
"Pergilah, kita tak punya urusan !"
"Kenapa ? apa kau takut padaku ..."
"..."
"Hey"
"..."
"Aku tak bicara dengan angin, ya?"
"..."
"Hn, kalau kau memang tak mau bertarung, akan kupaksa kau untuk melakukannya ... Hollow!"
Ia melempar senjata sabit besarnya kearahku. Aku menyadari hal itu, hingga tanpa sadar saraf-sarafku pun mulai mengambil alih. Gerakanku seperti terkendalikan oleh sesuatu. Sesuatu yang ada dalam diriku sejak dulu.
Brattz
trink
Zraaat
Sepercik darahpun sukses menetes. Menjadi butiran anyir yang merembes dipermukaan pijakanku.
reflek ... untuk bertahan hidup.
Aku berbalik memandanginya, sekilat kengerian dimatanya menusuk hatiku. Tidak kusangka, aku akan melakukan hal ini. Ternyata dia benar, hollow tetaplah hollow, kami para hollow memang ditakdirkan untuk saling membunuh. Otak kami dirancang untuk bertahan walau harus menumpahkan darah, kami tak punya saudara, tak punya cinta dan kasih terhadap sesama. Semuanya hanya kontrak dimana yang kuat akan tetap bertahan.
Dan saat itulah aku sadar,
"Kau memang kuat, no 3."
"N'Noitra ?"
Aku membunuhnya. Dialah kematian refleksi diriku yang berarti kehidupan.
End
A/n, iseng nyampah di FBI, skalian kenalan sama penghuni disekitar sini. He-he.
