Desclaimer: Naruto and all characters is purely Masashi Kishimoto's. I just take some of his character to build up this fiction. I don't take any material profits, too.
Genre: Romance.
Rate: T
Pair: Sakura Haruno, Sasuke Uchiha.
Warning: all behavior and facts unsure that has patently set on anime and manga is totally different for story needs: OOC. AU. Drabble. Slang language. To the point conflict. Poor descriptions. Indonesian setting. Sakura's point of view.
Summary: Bagaimana bisa dua insan yang nyaris tidak pernah berkontak bisa jadian? Nyatanya, dunia memang selebar daun kelor…
The way we faced WE ARE
{Tentang dua anak manusia yang terpisah jarak ribuan mil dan segala tetek-bengeknya.}
Selamat menikmati =)
.
#1
UNIQUE
.
Sasuke adalah seseorang yang masih menjadi misteri bagiku. Mungkin karena intensitas pertemuan kami yang minim menjadi alasan terbesarnya. Misteri terbesar, meskipun nyatanya sekarang dialah manusia yang paling dekat dengan nuraniku.
Yah, setelah aksi pedekate kilat waktu acara seminar SMA kami berbulan-bulan lalu itu. Setali tiga uang dengan momen dimana dia dengan santainya bilang, 'Aku single. Mau gak, jadi pacarku?'
.
.
.
Seperti kata mama, jauh di mata dekat di hati. Dia tahu banyak tentang apa yang kusuka. Tahu cara apa yang kugunakan untuk berkomunikasi. Tapi mungkin aku saja yang sedikit tidak habis pikir tentang caranya berkomunikasi.
Dia aneh. Ya, Sasuke itu aneh.
Dimana lagi kau temukan cowok yang lebih memilih telefon biasa dan terkadang sms, dibandingkan dengan kecanggihan (yang sebenarnya sudah basi) bernama chatting? Bukankah chatting lebih praktis dan murah? Entah dia memang kayak pulsa atau jangan-jangan merangkap jadi juragan pulsa—pikirku kali pertama. Belakangan, aku tahu orang tuanya selalu mengiriminya pulsa tiap minggu.
Masih terasa janggal, selanjutnya Sasuke bilang dengan gamblang: Aku trauma pakai sosmed.
Dulu—katanya—jangan ditanya lagi. Face***k, Twi**er, P**h, Insta****, L**e, W*, bahkan Snap***t selalu tak henti meracaui hari-harinya. Itu sebabnya, lama-lama dia jadi pusing dan jengah, terutama L**e. Group chat mulai dari SMA, belum lagi grup kampus yang bejibun (karena dia ikut banyak kegiatan baksos dan jadi panitianya) tumpah ruah menjadi satu di aplikasi chat satu itu.
'Lebih gila daripada notif W*-nya mamaku yang isinya ibu-ibu kuker bin rempong itu lah.' Kata Sasuke dengan nada nyiyir. Aku ketawa-tawa saja.
'Kapan kamu dapat ilham menyapu bersih sosmed lengkapmu itu? Tega banget. Apa gak sayang, kamu hapus begitu?' aku mencoba memberi feedback.
'Gak, kalau itu tarafnya sudah membuatku frustrasi. Daripada trauma pegang hp, mendingan kehilangan sosmednya.' Sasuke menjawab dengan nada setengah serius yang menurutku lucu.
Nah konsekuensinya, dia sekarang bisa dibilang manusia tergaptek diantara peradaban normal teman-temannya. Dia anggota BEM, anggota tetap pula. Jadi kalau ada informasi tetek-bengek urusan organisasi, Sasuke selalu mengandalkan calling-an temannya. Terutama si Naruto, teman satu kos yang satu jurusan pun sesama anggota BEM juga. Syukur deh, ada Naruto. Bagaimana kalau ada informasi kelas? Ya, merapat juga ke Naruto.
Dasar… tukang bikin repot dong, dia ini? Hemm…
.
.
.
'Aku gak mungkin begini terus lah. Naruto mungkin aja lama-lama jengkel. Traktiran ramen tiga kali sehari bisa aja gak mempan besok-besok. Soalnya, meskipun ada nomor hp paten, aku kadang susah merespon panggilan masuk. Kebiasaan mode silent dan lupa aku atur lagi ke pengaturan semula. Orang tuaku aja semi-ogah mengirim pulsa kesini gara-gara hp-ku sering gak aktif kalau ditelepon. Tahu sendiri, kamu pun pasti jengkel menemukan fakta dariku yang seperti itu, Ra. Hahaha. Gak mau banyak stay dosa lama-lama lah. Berangsur-angsur aku bakal pakai sosmed lagi, kok.
Hm… Insta**** memang deactive, padahal foto-foto hunting sudah antre buat di share. Email masih aktif, tentu aja. Dan pertama nanti, aku bakal reinstall L**e, musuh utamaku. Kenapa? Karena cewekku ini paling aktif disana, kan. Kalau jadi antologi game sih, bos besarnya aku kalahkan dulu. Baru nanti aku babat habis dwarf-dwarf nya. Hahahaha…' Sasuke becuap panjang lebar sambil cengengesan. Aku sok manggut-manggut anggun aja, berlagak jadi reporter yang sedang jaga imej.
Cewekmu palelu lah Sas… Hahaha…
'So sweet…' sindirku pelan sambil menyeruput es tehku tipis-tipis.
Cuplikan itulah kegiatan q-time kami pertama kali setelah jadian. Yang satu sok ngartis dikepoin, yang satunya lagi jadi wartawan yang haus cerita pribadi. Hmm, tipikal. Dasar-dasar public relations-ku sepertinya bisa kueksplor maksimal jika dengan Sasuke seperti ini, haha.
.
.
.
Sasuke Uchiha. Si Sasuke yang ini.
Cowok golongan darah A, si introvert yang kadang gilanya minta ruwat kalau sudah kenal dekat. Selalu punya rencana selebar langit dan manuver hebat tanpa ditahu orang lain. Mindset yang tidak biasa dan unik. Orang di balik layar, yang namanya lebih terkenal daripada tampangnya—yang syukurlah mengena sekali dengan wujudnya yang tampang-tampang nerd =')
Owh. Nerd ganteng plus ber-body Jo In Sung kalau boleh aku komentari. *nyengir*
Dia mengaku sendiri bahwa dirinya tidak mau munafik. Selalu ingin melebihi yang lain, gak mau kalah bersaing—secara sehat pastinya—segala sesuatu yang seperti itu. Apa yang dia mau sebisa mungkin harus di capai. Tipe manusia target. Si perfeksionis, kalau kata Naruto. Semuanya dapat jatah untuk dipikir. Tapi di sisi lain, Sasuke adalah tipe yang loss, bebas, dan demokratis.
Sasuke menghargai prinsip hidup orang lain, dan tidak suka menghakimi orang-orang yang tak setipe. Seperti aku, misalnya. Aku selalu berpikir komunikasi adalah segalanya. Bukan karena statusku yang mahasiswi jurusan komunikasi. Tapi karena aku mempercayai prinsip yang berbunyi "Komunikasi adalah dasar dari hubungan pisah kota alias LDR."
Beda diriku, beda juga Sasuke. Komunikasi baginya bukan satu hal paten yang dibawa kemana-mana. Berkebalikan. No besar, justru.
Sasuke adalah orang yang (mungkin satu-satunya) berpikir bahwa suatu hubungan haruslah dilatih sejak awal seperti ini. Suatu hubungan bukan dinilai dari seberapa sering keduanya saling telefon atau berbalas pesan. Suatu hubungan dinilai hebat kalau keduanya bisa meniadakan dua unsur itu, dengan kepercayaan dan mindset visionaris yang besar sebagai tumpuannya.
Jadi, keduanya sama-sama menyibukkan diri—lain dengan menghindar loh ya—untuk mengejar apa yang harusnya dikejar. Dan kalau sudah mapan nanti, boleh lah naik ke jenjang komitmen yang lebih dari itu. Mulai bicara serius, menambah intensitas bertemu, dan go public.
Awalnya, aku tercengang dan tidak bisa mereka bentuk hubungan kami kedepannya kalau benar prinsip itu yang dipakai. Aku tidak terima, jujur saja. Tapi dengan sabar, pelan-pelan aku mulai mengiyakan benefitnya prinsip itu. Seminggu setelah kami bertemu dan mengajakku pacaran, aku baru benar-benar setuju dengan isi kepalanya.
Plus, serasa dikirimi critical hit mematikan saat Sasuke bilang via telepon begini, 'hei, asal kamu tahu ya, aku gak semata menjadikanmu celengan, Ra. Iya, kamu memang celenganku, begitulah kasarnya. Tapi untuk itu juga, aku adalah celenganmu. Kita tahu sama-sama sayang, terlepas entah rasa sayangmu sama atau tidak dengan rasa sayangku. Kita saling memiliki dalam diam. Kita bangun potensi dan perluas kapasitas masing-masing. Kita sama-sama pertama kali pacaran. Aku yakin, pasti kamu bakal kaget kalau merasa hidupmu sekonyong-konyong berubah jadi lebih sibuk mengurusiku, dan secara tidak sadar mengabaikan teman-teman bahkan pendidikanmu. Negatif, kan?
Nah. Akupun merasa begitu, Ra. Aku gak mau kamu terhambat, hanya karena ada aku di hidupmu. Aku senang dan bangga kalau cewekku bisa hebat di passion-nya. Kamu mau jadi editor dan bergabung ke awak media, kan? Aku dukung, Ra. Dukung banget! Dan aku, aku bakal serius juga sibuk dengan peta, penggaris, maket, dan tetek-bengek tukang bangunan lainnya juga BEM. Aku mau bersenang-senang. Aku mau kamu juga bersenang-senang dengan hidupmu di Surabaya. Menikmati masa mudamu.
Aku menyukaimu karena kamu lincah dan percaya diri. Kamu punya banyak ide-ide gila yang hebat yang siap buat direalisasikan. Aku tahu itu. Nah, sekarang, kamu paham kan, isi kepalaku?'
.
.
.
Aku hanya bisa speechless dan tertampar dibuatnya. Sasuke adalah cowok pertama yang berpikir sepanjang itu. Dalam hati aku teriak-teriak seperti orang kesetanan lantaran terlalu bahagia.
GAAAADDD INI DIA COWOK YANG AKU HARAPKAN SELAMA INIIIII! DAMN, COWOK IDAMAN SETELAH SEKIAN LAMAAAA x'))
Dan aku hanya bisa berguling-guling gak jelas diatas kasur.
Sementara dia menumpahkan isi kepalanya, di kepalaku dia sudah kupeluk erat-erat.
.
.
.
ARA (Area Racauan Author)
Heumm… beberapa hari ini aku susah nahan bikin shortfic yang jenis slang-slang beginian. Yang plotless. Kan gampang. Te-hee~~
Gak apa ya? *pasang muka sepolos kain kafan*
Anyways, ada yang kerasa ga kalau ceritanya diambil dari real life? B')
Review ya! Kalo engga, author ogah update chap selanjutnya loh~ /idiiih sok ngancem wkwk
Thanks udah baca! x'))
