"Just you"

Chapter 1

Sasosaku

Naruto hanya milik masashi kishimoto

Musim semi yang hangat. Dimana bunga-bunga sakura bermekaran indah. Angin sepoi-sepoi itu membelai rambut pink Sakura. Disinilah Sakura, di atap sebuah sekolah memandangi anak laki-laki yang sedang bermain sepak bola. Memandangi seorang anak laki-laki berambut merah.

" Tendangan yang bagus, Sasori!" teriak anak berambut pirang yang mengacak-acak rambut laki-laki yang bernama Sasori tersebut.

Ya, namanya Sasori. Sahabat Sakura yang paling dipercayanya sejak kecil. Dia memiliki wajah yang babyface, jenius, pintar dalam berolahraga dan juga sikap coolnya sehingga ia terkenal di kalangan anak perempuan di Konoha High School. Banyak gadis-gadis yang mengidolakannya dari adik kelas sampai ke teman-teman Sakura. Tak terkecuali Sakura, ia memiliki rasa yang lebih padanya. Sakura mencintainya.

Berbeda dengan Sasori, Sakura hanya seorang gadis biasa-biasa saja dan tak pernah berpikir untuk memiliki Sasori. Dan juga Sasori sudah memiliki pacar, namanya Ino. Gadis cantik terpopuler di Konoha High School. Menurut banyak orang, ino merupakan gadis sempurna yang sangat cocok dengan Sasori. Bagaimana tidak, ia cantik, pintar, dan berasal dari keluarga yang berbobot, Yamanaka. Orang tua Sasori dan Ino yang menjodohkan mereka. Hubungan mereka selama 3 tahun sangat mulus. Dan sekali lagi mungkin hanya khayalan Sakura untuk memiliki Sasori.

Sakura POV

Kulirik jam tanganku. ASTAGA! Aku telat masuk jam pelajaran Kakashi sensei. Pelajaran sudah dimulai sejak 15 menit yang lalu. Aku pun buru-buru menuju kelas Kakashi sensei. Ya, dan kulihat kelas sangat gaduh dan tampaknya Kakashi sensei belum datang. Aku bersyukur guru yang satu ini suka terlambat. Aku pun menuju tempat dudukku dan menyiapkan buku pelajaran.

PLUKK. "Dari mana saja sih?" tanya Sasori yang tiba-tiba memukul kepalaku dengan buku dari belakang.

"Nggak dari mana-mana!" jawabku cuek.

Sasori mengerutkan dahinya. "Nggak dari mana-mana tapi telat"

Sasori menarik kursi dan duduk disebelah ku. Ia memperhatikan wajahku. Merasa diperhatikan aku menoleh ke arahnya.

"Ada apa?" tanyaku

"nggak. Wajahmu aneh" asal Sasori.

" HAH?! Wajahmu itu yang aneh!" celaku. Aku pun membalikkan tubuhku dengan muka cemberut.

" HAHAHAHAHA. Aku bercanda, bodoh!" tawa Sasori.

Aku mengabaikannya dan membuka buku pelajaranku memulai untuk membacanya.

" Hei, Sakura"

" hm?" jawabku tanpa menoleh ke arahnya.

" Sakura!"

" hm?!"

" SAKURAAAAA"

" APAAN SIH?" aku menoleh ke arahnya sambil melotot

" kalau dipanggil itu, harus dijawab, Sakura." Sasori mencubit pipiku dengan gemas.

" kan udah kujawab." Aku melepas cubitan Sasori dari pipiku.

" tapi kamu nggak ngeliat ke arahku." Sasori memanyunkan bibirnya.

" harus ya? Lebay banget sih." Aku memutar bola mataku dengan malas.

"Sakura, besok kan hari minggu. Mau bersepeda nggak?" Ajak Sasori

Aku langsung melihat ke arahnya. Aku sangat suka bersepeda. Dengan semangat aku langsung menganggukkan kepala.

"MAU, MAU!"

Tak lama kemudian, Kakashi sensei masuk ke kelas. Kami pun memulai pelajaran kami.

##

Sakura mengeluarkan sepedanya dari garasi. Ia sangat bersemangat sekali. Sudah lama ia tak bersepeda dengan Sasori. Sakura memeriksa ban sepedanya. Sepertinya aman-aman saja.

"Sakura, kamu mau kemana?" Suara seorang wanita yang tiba-tiba mengagetkan Sakura.

" ehmm… bersepeda sama Sasori, bu. Hehe."

" oh…" jawab ibunya Sakura sekedarnya dan kembali masuk ke dalam. Sepintas terlihat ibu Sakura tersenyum.

" Hei,Sakura!" suara yang dikenal Sakura memanggil namanya.

" Ah, Sasori. Aku sudah menung…" kalimat Sakura terputus saat Sakura membalikkan badan.

"Sakura…" Sapa seorang perempuan yang berada di samping Sasori. Ia tersenyum manis.

" eh ino…" Sakura tersenyum canggung. Sakura bingung melihat Ino berada disini dan juga membawa sepeda.

" Ino juga ingin ikut bersepeda. Nggak apa-apa kan sakura?" Sasori menjelaskan apa yang dipikirkan Sakura.

" ng…nggak apa-apa kok" Sakura mencoba tersenyum walaupun itu sangat terpaksa.

" ya udah. Yuk, pergi. Nanti keburu siang, Sakura." Sasori mengajakku.

Sasori dan Ino mengayuh sepeda duluan meninggalkan Sakura di belakang. Sakura hanya menghela napas dan mulai mengayuh sepeda.

"Ah… menyebalkan sekali. Seharusnya hari ini aku bisa berduaan saja dengan Sasori. Tapi… Ah sudahlah, aku kan hanya sahabatnya. Bukan hakku untuk melarangnya mengajak orang lain." Lirih hati Sakura

##

Sakura POV

Hari semakin siang. Terik matahari itu sungguh mengangguku. Ntah matahari atau pemandangan di depanku ini yang membuatku panas. Di depanku Sasori dan Ino saling bermesraan. Ughhh… sebal. Sepintas, aku berpikir hari ini Sasori sungguh menyebalkan. Dengan teganya ia menelantarkan temannya dan dengan asiknya ia bermesraan bersama Ino. SEKALI LAGI, aku tersadar aku hanya sahabatnya, ia tak menganggapku lebih.

BRAAKKK!

Rasa perih menyengat tubuhku. Luka-luka kecil itu tergores di beberapa bagian tubuhku. Dan aku langsung tersadar, aku tergeletak di jalan dengan wajah yan menahan kesakitan.

" SAKURA…!"

Aku terkejut ketika namaku dipanggil Sasori.

"Apa kau tak apa-apa?" Sasori berjongkok di depanku dengan wajah yang penuh kekhawatiran.

Aku menatap wajah Sasori. Butuh waktu lama untuk menyadari apa yang terjadi padaku.

" Hei… kau baik-baik saja kan, Sakura?" Sasori memegang pipiku dengan lembut.

Aku hanya mengangguk pelan. Entah kenapa air mata mengalir membasahi pipiku. Aku menangis pelan. Sangat pelan.

" Cih! Mobil sialan. Tidak apa-apa, Sakura. Ini hanya luka kecil. Bisa diobati kok." Sasori menenangkanku.

Tangisku semakin menjadi. Sasori menatapku kebingungan. Sasori membelai rambutku dengan lembut.

"Daijobu" bisik Sasori di telingaku

"Ini hanya lecet saja. Diobati akan langsung sembuh kok." Lanjut sasori

Bukan itu. Bukan itu, Sasori. Bukan luka yang itu. Bukan luka yang mudah diobati.

Sepintas lagi kulihat wajah Ino memandangku dengan sebal.

##

langit sore itu sangat indah. Awan-awan yang bergumpal seperti gumpalan kapas yang tersebar bebas. Matahari yang siap akan meninggalkan tugasnya.

" Sakuraaaaa"

Suara yang kukenal sedang memanggil namaku. Kulihat ke arah datangnya suara. Ah… rupanya Tenten.

" apa yang sedang kau lamunkan, Sakura?" Tenten mengambil tempat duduk di sampingku.

" Tak ada apa-apa" jawabku singkat

Tenten mengerutkan dahinya " tak mungkin tak ada apa-apa, Sakura"

" darimana kau tahu kalau aku ada apa-apanya?" tanyaku penasaran

" Wajahmu menunjukkannya"

Aku menghela napas. Pikiranku hanya berisi Sasori. Aku berpikir hidup ini tak adil. Aku yang mengenal Sasori terlebih dahulu entah kenapa aku harus mengalah dengan orang yang baru mengenal Sasori selama 3 tahun. Aku jadi ingin tahu, apakah Sasori benar-benar serius dengan Ino. Yang kutahu, Sasori bukanlah orang yang mudah jatuh cinta. Apa karena orang tuanya? Ah, Entahlah.

" hei, Sakura! Kau melamun lagi. Apa sih yang sedang kau pikirkan?" Tenten menyentil dahiku yang terkenal akan lebarnya.

" Awww… sakit, Tenten."

" kau sih melamun terus"

" hei, tenten. Menurutmu apa Sasori serius dengan Ino?"

" hah? Entahlah. Siapa yang tau? Bukannya kau sahabatnya?" Tenten malah balik bertanya padaku

" iya, sih. Tapi aku nggak enak mau bertanya ke Sasori." Aku menjawab.

" tinggal tanya saja kan. Memangnya kenapa kalau Sasori serius dengan Ino? Kau cemburu? Ah ternyata kau suka sahabatmu sendiri ya?" ujar Tenten bertubi-tubi.

" H-HAH? Yang benar saja. Mana mungkin, bodoh!" aku mengelak

"benarkah? Kau kan sahabatnya dari kecil. Mana mungkin kau tak punya perasaan padanya?" Tenten mencoba menggali hal-hal yang kusembunyikan.

" Arghhh. Bukan begitu. Aku hanya khawatir pada temanku." Aku mencoba mencari-cari alasan agar Tenten tak curiga padaku

Tenten menatapku dengan curiga. " oh… coba saja kau tanya pada dia. Daripada kau penasaran." Usul Tenten.

"iya sih. Menurutmu Ino itu bagaimana?" tanyaku penasaran

" jujur saja, aku kurang menyukainya. Dia itu centil dan hanya memanfaatkan kepopulerannya itu."

Aku terdiam sejenak mendengar perkataan Tenten. Apakah aku harus bertanya pada Sasori. Bagaimana perasaaanya terhadap Ino?

##

" Hei! Kau ini kenapa sih? Diajak ngomong malah diam terus." Sasori mengguncangkan tubuhku.

" Nggak ada apa-apa kok. " jawab Sakura sekenanya

"kau ini kenapa sih? Sejak bersepeda itu, kau jadi jarang berbicara denganku." Sasori menatap Sakura dengan curiga

" ano... aku ingin bertanya, Sasori."

" apa?"

" ini tentangmu. Apa kau serius dengan Ino?"

Sasori menghela napas. Ia menunduk, mengangkat kepalanya dan menatap Sakura dalam-dalam. Merasa ditatap dengan intens, Sakura langsung salah tingkah.

" A-apa? " Sakura yang merasa salah tingkah mulai membuka pembicaraan.

" entahlah, Saku. Aku tidak tahu." Sasori mengalihkan pandangannya

" apa kau mencintainya? " tanya Sakura langsung

Sasori menggelengkan kepalanya, " Aku sudah berusaha, tapi tetap saja tidak bisa. Kalau bukan karena orang tuaku, aku... orang yang kusuka bukan dia... aku suka..."

" Saso~kun" suara Ino yang tiba-tiba datang memutus kalimat Sasori.

" Ino, ada apa?" tanya Sasori

Ino menggelengkan kepalanya " aku bosan dikelas. Aku kangen Sasori-kun~" sahut Ino manja

" ini waktunya belajar, Ino. Seharusnya kau berada di kelas. Sana, kembali ke kelasmu!" perintah Sasori

" nggak mau! Pelajarannya sangat membosankan. Gimana kalau kita bolos? Aku bosan Saso~kun" Ino menggandeng lengan Sasori dengan manja.

" gomen, ino. Aku sedang membuat kerja kelompok dengan Sakura." Tolak Sasori melepas gandengan Ino.

Ino menatap Sakura dengan sinis. Ia tampak tak suka pada Sakura.

" itu kan bisa dikerjain lain waktu, Saso~kun. Masa' kau lebih mementingkan dia daripada aku?" Ino menunjuk diri Sakura denga spontan

" maaf, ino. tapi, pekerjaan ini lebih penting" Sasori berusaha mengelak.

" AAAGGHH... kau ini menyebalkan sekali sih!" Ino meninggalkan kelas dengan wajah cemberut.

Sakura dan Sasori saling bertatapan. Sakura merasa Ino terlalu manja, mungkin Sasori berpikir begitu juga.

" A-ano, Sakura. Maaf, ya. Ino terlalu manja" Sasori menatap Sakura dengan wajah bersalah

" hmm... Daijobu." Sakura kembali melanjutkan menulis pekerjaannya.

Mereka berdua pun melanjutkan pekerjaannya. Cukup lama mereka berdiam dalam keheningan.

" Hei, saku. Aku bosan. Keluar, yuk" Sasori memulai percakapan

" Hah? Bukankah tadi kau yang bilang mau mengerjakan pekerjaan kelompok kita? Baru sebentar saja, kau sudah bosan." Sakura memandang wajah Sasori dengan kebingungan.

" Ah, sudahlah" Sasori cuek dan langsung menarik tangan Sakura

Kami berjalan menuju kantin sekolah. Kantin sekolah tampak sepi dikarenakan ini jam pelajaran. Sakura dan Sasori mengambil meja di sudut. Sasori mulai memesan makanan.

" kau mau makan apa, Saku?" tanya Sasori

" nggak deh. Aku nggak lapar. Aku mau makan es krim aja." Jawab Sakura

" oh" Sasori pun pergi dari meja mereka. Beberapa lama kemudian, Sasori datang dengan membawa 2 buah es krim. Yang satunya rasa strawberry dan yang satunya lagi rasa coklat.

" kok tau sih, aku suka rasa strawberry?" Sakura mulai mengambil es krim rasa strawbery. Rasa kesukaannya.

Sasori mengernyitkan dahinya

" BAKA! Aku ini sahabatmu dari kecil. Jelas saja aku tahu." Sasori menyentil dahi Sakura

" hehe..." Sakura tertawa seperti anak kecil

Hari itu Sakura senang sekali. Dia bisa bercanda dan tertawa bersama Sasori tanpa ada yang menganggu. Tanpa disadari, sepasang mata melihat mereka. Mata yang mengandung kecemburuan.

##

" KAU KENAPA SIH?" bentak Sasori

" KAU YANG KENAPA! Aku mengajakmu bolos, tapi kau tak mau. Yang aku lihat tadi, kau malah bermesraan dengan Sakura di kantin!" ino membalas bentakan yang diberikan Sasori

" Sakura itu sahabatku. Lagipula, kami sedang tidak bermesraan." Elak Sasori.

" Cih! Pembohong!" hina Ino memalingkan wajahnya

" aku tidak berbohong. Lagipula, apa hakmu melarangku berduaan dengan Sakura?"

" hah? Aku ini pacarmu, bodoh! Jelas saja aku marah. Jika sakura yang lebih penting. Pergi saja sana sama Sakura. Cewek murahan!" gertak Ino

PLAKK. Tangan Sasori mendarat di pipi mulus Ino. Mata Ino berkaca-kaca menahan tangisnya agar tidak pecah.

" KAU! Beraninya menamparku. Kita putus!" Ino menangis dan meninggalkan tempat itu.

Sasori membalikkan badannya bersiap untuk pergi. Namun, langkahnya terhenti. Sesosok gadis berambut pink berdiri jauh dari hadapannya. Gadis itu meneteskan air mata, membalikkan badannya dan pergi menjauh.

" Sakura..." Sasori memanggil lirih.

TO BE CONTINUED

Huaahhh... capek juga buat fanfic . hehe gomen ya kalau jelek. Maklum fanfic pertama. Mohon reviewnya... (^w^)/