My Beloved Blonde
Disclaimer : Naruto - Masashi Kishimoto
Pairing : SasuNaru, GaaNaru, NejiNaru, NejiGaa.
Dan akan bertambah sesuai dengan kebutuhan(?)
Rated : M
Genre : Romance & Humor.
(Walaupun Author sendiri tidak tau dimana letak Romance & Humornya)
Warning : Yaoi. Lemon. OOC. Author Newbie. Abal. Sesuka Author. Dan lain sebagainya. :3
.
.
.
DON'T LIKE? DON'T READ!
.
.
.
Gay's Night Club.
Dentuman musik terdengar di seluruh penjuru ruangan. Gemerlap lampu dengan berbagai macam warna menyorot kesana-kemari seakan menyokong lautan manusia -yang sedang berada di ruangan itu- untuk terus meliukkan badan mereka tanpa mengenal lelah.
Seorang pemuda berambut blonde sedang duduk di hadapan meja bartender. Sedari tadi dia hanya memandangi gelas yang berisi vodka di tangannya. Menghiraukan tatapan nakal para pria yang sedari tadi memandang tubuhnya.
Ingatanya tertuju pada kejadian beberapa tahun lalu.
Flashback
Di sebuah ruang kelas yang tampak kosong, seorang pemuda dengan iris Shappire hanya duduk gelisah di atas meja. Matanya menatap kesana kemari. Enggan menatap iris Jade di hadapannya. Ditambah posisi yang sangat 'strategis' membuatnya ingin sekali berlari untuk menutupi rasa gugupnya. Ya, strategis karena posisinya saat ini adalah duduk di atas meja dengan tubuh yang codong ke belakang untuk memberi jarak kepada sosok di hadapannya -yang sejak tadi terus mencodongkan tubuhnya untuk mendekat ke arah Naruto sambil meletakkan tangan di samping kiri dan kanan tubuhnya-.
Naruto. Namikaze Naruto. Seorang pemuda berusia 17 tahun. Tingginya yang hanya 165cm serta tubuhnya yang ramping membuat sosoknya terlihat lebih mungil daripada para pemuda seusianya. Surai blonde miliknya bergerak-gerak ditiup angin sore yang berhembus melewati jendela ruang kelas. Bibir merah tipis beserta kulit tan eksotis membuat sosoknya terlihat menggiurkan. Dan jangan lupakan juga tiga pasang garis tipis di masing-masing kedua pipinya yang membuat sosoknya semakin manis.
Kelas sudah berakhir sekitar 20 menit lalu, namun pemuda di hadapannya ini sama sekali tak juga membuka suara. Iris Jade nya yang terus-menerus menatapnya membuatnya merasa ditelanjangi.
Mengapa posisi mereka begitu mencurigakan?
Jawabannya adalah karena sewaktu bel pulang sekolah berbunyi, Naruto yang sedang berjalan di koridor sekolah tiba-tiba ditarik oleh seseorang. Tanpa menghiraukan protes Naruto, sosok tersebut membawa Naruto menuju sebuah ruang kelas yang sudah kosong. Setelah mengetahui bahwa sosok tersebut adalah Gaara, Naruto pun akhirnya hanya menurut saja.
Gaara. Sabaku no Gaara. Memiliki kulit putih dengan surai merah bata. Tubuhnya yang proporsional dan lagi ditambah eyeliner di matanya membuatnya semakin terlihat keren. Sosok yang sejak tadi mengurung Naruto di antara kedua lengannya. Sahabat Naruto.
"Aku mencintaimu, Naruto. Maukah kau menjadi kekasihku?"
Deg.
Kalimat pertama yang diucapkan Gaara -setelah hampir setengah jam membisu- tersebut membuat Naruto langsung menatap iris Jade milik Gaara. Meneliti apakah ada kebohongan. Namun, kesungguhanlah yang terpancar disana. Seakan terkunci, Naruto tidak dapat mengalihkan pandangannya dari iris milik Gaara. Tanpa sadar Naruto mengangguk.
"Aku juga mencintaimu." Jawabnya malu-malu.
Membuat Gaara mengukir seulas senyum tipis di wajahnya.
End of Flashback
"Kau tampak kacau, Dobe." Suara barithone dengan nada datar tersebut membuatnya tersentak kaget. Dengan segera, ia mengalihkan pandangannya ke samping dimana seorang pemuda berambut raven mendudukkan diri di sampingnya.
"Bukan urusanmu." Sahutnya ketus. Dia kembali mengalihkan pandangannya kearah gelas ditangannya.
Pemuda berambut raven tadi hanya diam tanpa melepaskan pandangannya dari pemuda berambut blonde tersebut. Tiba-tiba dia menarik dagu sang pemuda blonde, membuatnya mengalihkan pandangan dari gelas yang sedari tadi terus ditatapnya.
Cup.
Sang pemuda berambut raven memberi satu kecupan di sudut bibir pemuda berambut blonde tersebut.
"Aku menginginkanmu."
Pemuda berambut blonde –sebut saja Naruto- terdiam saat merasakan ciuman tersebut di sudut bibirnya.
"Sudah kubilang, Teme. Aku tak mau kau sentuh sebelum kau berhenti dari pekerjaanmu itu." Ucapnya sambil meminum vodka yang menjadi isi gelas yang sedari tadi digenggamnya.
Pemuda yang di panggil Teme tadi hanya mendengus saat mendengar penuturan sahabatnya tersebut.
"Alasan konyol." Ujarnya.
Naruto menatap tajam sahabatnya. 'Apanya yang alasan konyol!' Batinnya kesal. Sudut siku-siku pun sudah bertengger di keningnya.
Melihat itu, Sasuke hanya menghela nafas.
Sasuke. Uchiha Sasuke. Seorang pemuda yang berasal dari keluarga kalangan papan atas. Pemuda dengan rambut raven yang memiliki hidung mancung, bibir tipis, kulit seputih porselen, serta kemampuan otak yang diatas rata-rata. Sahabat Naruto sekaligus seorang gigolo yang bekerja di Gay's Night Club ini.
Gigolo?
Ya. Pemuda tersebut adalah seorang gigolo. Tapi jangan salah! Walaupun ia seorang gigolo, ia adalah seorang seme. Dada bidang, perut sixpack, beserta otot yang menonjol di lengan kokohnya membuat siapapun pasti takjub dengan tubuhnya yang sungguh sangat atletis itu. Selain itu, kemampuannya dalam urusan 'ranjang' juga tidak dapat diragukan lagi.
Mengapa ia jadi seorang gigolo? Bukankah harta orang tuanya itu sudah 'berjibun'? Mansion mewah, perusahaan di berbagai Negara, mobil-mobil berbaris di bagasi mansion, serta uang dengan angka nol yang bila Author tuliskan tidak akan muat di dalam satu chapter sekaligus. *Plak!* #Lebaywoy!
Yeah. Uchiha dan kekayaannya. Bahkan itu sudah lebih dari cukup untuk memenuhi kebutuhannya hingga sampai keturunan kedelapan sekaligus.
Semua berawal dari sebuah pertengkaran. Saat itu Sasuke berumur 16 tahun. Ayah dan ibunya yang selalu sibuk dengan pekerjaan mereka di luar negeri, serta anikinya yang melanjutkan kuliahnya di Universitas ternama di Jepang membuat Sasuke merasa 'terbuang'. Ayahnya juga selalu membanding-bandingkan kemampuannya dengan kemampuan anikinya.
Malam itu, Sasuke pulang jam 12 malam. Ayahnya yang baru pulang dari London marah besar. Sasuke –yang sedikit dalam pengaruh alkohol- tanpa sadar membentak balik ayahnya. Membuat Fugaku naik darah dan tanpa sadar menampar serta mengusir Sasuke dari rumah.
Setelah kepergian anak bungsunya, nyonya Uchiha sering sakit-sakitan. Tak sampai satu tahun, diapun meninggal. Membuat Sasuke semakin tidak ingin kembali lagi ke mansionnya.
Seminggu setelah diusir dari mansionnya. Sasuke bertemu dengan Orochimaru. Orochimaru adalah pemilik Gay's Night Club. Klub yang sering dikunjungi Sasuke dan teman-temannya saat akhir pekan. Orochimaru menawariSasuke pekerjaan sebagai seorang 'penghibur'. Tanpa pikir panjang, Sasuke menerimanya. Lagipula, uang di dompetnya memang sudah 'menipis'.
Selain mencari uang untuk membiayai kehidupan, tujuan Sasuke bekerja disini adalah karena dia memang menyukai 'kehidupan malam'nya.
Back to story.
"Kau tau. Itachi-nii memintaku untuk membawamu pulang ke mansion Uchiha." Ujar Naruto.
"Hn. Apa peduliku!" Sasuke menjawab ketus.
Naruto menghela nafas.
"Ayahmu sakit dan dia ingin meminta maaf karena telah mengusirmu. Dia menyayangimu, Sasuke. Seharusnya kau bersyukur karena masih memiliki keluarga." Ujarnya. Raut wajahnya berubah sendu.
Sasuke terdiam. Dia merasa bersalah karena telah membuat pemuda yang dicintainya tersebut bersedih.
Ya. Sasuke memang mencintai sahabat kecilnya itu.
"Baiklah." Sahutnya setelah menghela nafas. "Tapi ada syaratnya!" Lanjutnya setelah melihat mata sang blonde berbinar-binar.
"Apa?!" Tanya Naruto. Dia tak sabar ingin membawa pulang Sasuke demi membalas budinya pada Itachi –kakak Sasuke yang sudah membantu kehidupan Naruto dari kecil hingga Naruto bisa hidup mandiri- dengan membawa pulang Sasuke agar Itachi tidak bersedih lagi.
Di umurnya yang baru berusia 5 tahun, Naruto harus menerima kenyataan bahwa pesawat yang ditumpangi keluarganya menghilang dan belum ditemukan sampai saat ini. Itachi membantunya bangkit dari keterpurukan. Dia menyayangi Itachi. Itachi sudah dianggapnya sebagai kakaknya sendiri. Dengan itu, dia bertekad ingin membalas budi pada Itachi.
"Kau harus 'menyerahkan' dirimu seutuhnya padaku." Ujar Sasuke sambil menyeringai.
Naruto bergidik ngeri.
"Dasar mesum!" Ujarnya.
"Yasudah kalau tidak mau." Sasuke akan beranjak.
Tapi,-
"Aku tidak bilang 'Tidak'."
-demi Itachi. Dia harus melakukannya. Dia memegang prinsip bahwa dia harus menepati janjinya. Itulah Lelaki sejati.
'Tapi apakah setelah bersamanya aku masih bisa disebut 'Lelaki sejati', ya?' Batin Naruto sweatdrop. Sebulir keringat pun mengalir di pelipisnya.
'Lagipula-'
Sasuke menyeringai. Dia akan mendekati Naruto sebelum Naruto mencegah dengan mendorong pundaknya.
"Jam 9 malam. Ku tunggu di apartemenku. Tapi berjanjilah bahwa kau akan berhenti dari pekerjaanmu."
Sasuke menghela nafas.
"Hn." Sasuke beranjak pergi.
'-aku tidak mungkin bisa bersamanya lagi.' Tatapan Naruto pun kembali menjadi sendu.
Flashback
Naruto sedang duduk di sebuah padang rumput bersama Gaara. Suasana begitu canggung setelah Temari –kakak Gaara- menelpon dan memberi kabar yang membuat mereka membatu. Hanya satu kalimat yang melintas di pikiran mereka.
'Inikah akhirnya?!'
'Gaara. Segeralah pulang ke Suna, besok! Kau akan bertemu dengan calon suamimu. Maaf. Aku melakukan ini semua demi kebaikan kita. Perusahaan kita bangkrut dan kita harus meminta bantuan perusahaan lain. Dan.. Kankuro sedang kritis. Dia harus segera dioperasi."
Kalimat tersebut terngiang-ngiang di pikiran mereka.
"Aku tak apa, Gaara. Sebaiknya kita akhiri saja." Ujar Naruto memecah keheningan.
Gaara yang emosi segera menarik Naruto menuju mobilnya dan membawanya menuju apartemen Naruto.
"Ahh.."
Desahan dan erangan menggema di kamar sebuah apartemen. Membuat siapapun bisa menebak apa yang dilakukan sang pemilik kamar. Tapi sayang, kamar ini kedap suara. Sehingga, apapun yang dilakukan sang pemilik kamar tidak akan terdengar dari luar.
Apartemen milik siapa ini? Tentu saja ini adalah apartemen tokoh utama kita. Apartemen Naruto.
"Nghh.. Ahh.. G-Gaara!"
"Ohh, Shit! Ghh.." Gaara mendongakkan kepala sambil menghentak-hentakkan kejantanannya di rektum Naruto.
Baju berserakan, seprai ranjang yang kacau balau, serta guling yang terlempar di pojok kamar membuat kamar Naruto tadinya rapi sekarang berantakan. Tapi sepertinya, dua pemuda yang sedang diliputi nafsu tersebut tak menghiraukan keadaan sekitar mereka. Yang ada dipikiran mereka hanyalah nafsu belaka.
"Ahh.. Ahh.. Ga-Gaara!"
Desahan erotis Naruto membuat Gaara semakin gencar memaju-mundurkan pinggulnya. Gaara menambah kecepatannya saat dirasa klimaks mereka akan segera datang. Desisan terus menerus keluar dari belahan bibirnya. Menikmati tubuh berpeluh di bawahnya.
"Khh.. Na.. Na.. Ru-to.. OHH.. FUCK!"
"AAHHH!"
Gaara menyemburkan spermanya ke dalam tubuh Naruto, sedangkan Naruto menyemburkannya di atas dada dan perut Gaara serta dada dan perutnya sendiri. Gaara menjatuhkan tubuhnya di atas tubuh Naruto. Kepalanya yang berada tepat di atas dada Naruto -yang bergerak naik turun- membuatnya dapat mendengar detak jantung Naruto yang berdegup dengan kencang. Nafas keduanya masih memburu. Mereka telah selesai mencapai puncak dari kegiatan mereka.
Setelah beberapa menit, Gaara menarik tubuhnya lalu membaringkan tubuhnya di samping Naruto. Mereka masih mengatur nafas mereka. Gaara lalu menarik selimut untuk menutupi tubuh polos mereka berdua.
Naruto memiringkan tubuhnya membelakangi Gaara. Mencoba memejamkan mata. Gaara pun menghadap punggung Naruto.
Deg.
'A-Apa yang aku lakukan?!'
Dia beringsut mendekati Naruto. Sambil memeluk pinggang Naruto, dia meletakkan kepalanya tepat di tengkuk Naruto.
"Maaf."
Satu kata memecah keheningan.
"Maafkan aku, Naruto." Gaara mengeratkan pelukannya di pinggang Naruto. Merasa bersalah telah mengambil keperjakaan Naruto. Apalagi dalam keadaan emosi seperti tadi.
Ya. Emosi membutakan pikiran Gaara. Dia tanpa sadar telah memperkosa Naruto hanya karena takut kehilangan Naruto. Padahal selama ini, Gaara tak pernah menuntut lebih dari sekedar ciuman dari Naruto.
'Hahh.. Aku benar-benar brengsek! Mengapa aku mengambilnya disaat aku sebentar lagi akan meninggalkannya?!'
"Tidak apa, Gaara." Naruto meletakkan tangannya di atas tangan Gaara. Membalas pelukan kekasihnya –yang sebentar lagi akan jadi 'mantan'-.
Hening.
"Tak apa. Lagipula aku bukan seorang gadis-ttebayo. Aku tidak cengeng. Tidak usah dipikirkan!" Gaara tau, hati Naruto tak setegar ucapannya.
"Oyasumi, Naruto." Menghirup aroma citrus menenangkan yang menguar dari tubuh tersebut membuatnya mengantuk.
Naruto tak menjawab. Namun setitik air mata pun jatuh dari kedua bola Shappire Naruto tanpa diketahui oleh Gaara.
'Selamat tinggal, Gaara. Semoga bahagia.'
End of Flashback
Ingatan tersebut membuat Naruto emosi. Ingatan dimana dia kehilangan orang yang dicintainya. Ingatan dimana dia kehilangan keperjakaannya untuk pertama kali. Dan karena pengaruh alkohol, ingatan tersebut membuatnya terangsang.
Sial! Dia butuh pelampiasan.
Naruto tidak tau dan tidak mau tau apa yang terjadi sebelumnya. Salahkan nafsunya yang datang tiba-tiba. Salahkan dirinya yang menolak tawaran 'bercinta' Sasuke saat di klub tadi sore.
Yang Naruto tau, sekarang ini dia sedang terlentang dengan posisi mengangkang lebar.
"Uhh.." Pria -yang sedang memaju-mundurkan pinggangnya- ini menghisap lehernya dengan sangat beringas.
"Khh.. A-Ahh.. Ahh.. Neji-san.. Ohh.. M-Mo-More!" Dan tidak tanggung-tanggung, dia mendesah menerima permainan hebat pria yang dia sebut Neji tadi.
Neji. Hyuuga Neji. Pria dengan mata lavender dan memiliki rambut coklat panjang ini adalah seorang direktur perusahaan Hyuuga Corp. Perawakan Neji hampir sama dengan Sasuke. Namun, Neji tentu saja lebih dewasa daripada Sasuke. Karena Neji adalah senpai Naruto sewaktu di bangku sekolah dulu.
Naruto berpapasan dengan Neji saat di pintu keluar klub.
Neji stress karena dijodohkan. Sama hal nya dengan Naruto, Neji membutuhkan pelampiasan. Dan entah apa penyebabnya, mereka sama-sama tertarik dan memutuskan untuk 'bersama' malam ini.
"Ghh.. Fuck! Na-Naru.. Sshhh.. Si-Sial! Kau Semph- Ohh.. Sempit sekali.."
"Nghh.. Ne-Neji.. A-Aku.. Hampir.."
"Ahh.. Together.. Ohh.. Naruto.."
"OOHHH!" Mereka mengeluarkannya disaat yang bersamaan.
Mereka terengah. Neji membungkuk dan mencium bibir Naruto yang sudah membengkak karena perbuatannya.
Tiba-tiba..
BRAK!
"NARUTO!"
Serentak mereka menoleh ke samping. Dimana seorang Uchiha Sasuke sedang memandang mereka dengan tatapan membunuh.
Buagh!
Dengan gerakan cepat, Sasuke menghantam wajah Neji dengan pukulan.
Sret!
Sasuke menarik lengan Naruto dan membawanya menuju apartemennya yang tepat di sebelah apartemen Naruto. Menghiraukan Naruto yang terus memberontak kesakitan. Cengkraman dan tarikan Sasuke yang begitu kuat membuat Naruto terpaksan mengikutinya sambil tertatih.
Yah. Sekali tebak, semua orang juga tau bahwa Sasuke cemburu.
Bagaimana tak cemburu saat memergokki orang yang kau cintai sedang 'bercinta' di apartemennya dengan pria lain. Padahal beberapa jam lalu dia menolak 'bercinta sore' denganmu dan menyuruhmu datang ke apartemennya saat malam saja. Dan saat kau datang ke apartemennya, kau 'disuguhi' pemandangan yang sungguh sangat membuat 'panas', baik hatimu maupun tubuh bagian bawahmu.
Setelah sampai di apartemennya, Sasuke segera mengunci apartemennya. Sasuke membanting Naruto ke atas ranjang dan menindihnya. Malam ini dia akan meng'hukum' uke nakalnya.
Bagaimana dengan Neji?
Oke, mari kita cek keadaan suami Author *Plak!* yang tadi diberi bogem mentah oleh Sasuke.
Neji bangkit dari tersungkurnya(?) dengan memegang pipinya yang sedikit lebam.
Hey, dia hanya melepas masa lajangnya dengan melakukan One Night Stand dengan Naruto, tapi tiba-tiba datang seorang pemuda dan langsung memukul pipinya. Ayolah, kekuatan orang cemburu itu sungguh sangat cetharr ulala melebihi badai halilintar.
Seandainya tadi dia tidak dalam keadaan 'lemas', dia pasti sudah membalas pukulan pemuda tadi.
Memungut pakaian dan memakainya kembali, Neji segera mengambil kunci mobilnya dan segera meninggalkan apartemen Naruto. Tak lupa juga dia mengirimi Naruto E-mail sebagai ucapan terima kasih karena telah 'menemaninya tidur' malam ini.
Dan sebentar lagi, dia akan memusatkan pikirannya hanya pada satu orang. Calon suaminya. Orang yang akan 'menemaninya tidur'. Orang yang sempat menjadi Ukenya dulu. Mantan kekasihnya, Sabaku no Gaara.
Hahh.. Andai orang cakep ini tau bahwa setelah putus dengannya –dulu-, Gaara pernah menjadi kekasih Naruto.
Dan juga,
Andai Gaara tau bahwa calon suaminya 'bercinta' dengan mantan kekasihnya, mungkin Gaara tidak akan memberi Neji 'jatah' selama setahun penuh. Ckckck.. *Author geleng-geleng*
.
.
.
E N D
Hello, Minna.
Hajimemashite. :3
Watashi wa Yuura Shiraku desu. Douzo Yoroshiku. Onegaishimasu. ^^
Fic ini adalah fic pertama Yuu.
Sebenernya Yuu sedikit aneh, masa' fic pertama langsung Rated M? Yaoi pula!
Salahkan otak mesum Yuu.. :3 #Plak!
Yuu inget pesan pelatih Silat Yuu. Katanya "Kegagalan itu adalah saat dimana kita tak berani mencoba dan menolak untuk berusaha."
3 tahun lebih bergelut dengan dunia fanfic a.k.a baca fic membuat Yuu juga ingin bikin fic buatan sendiri.
Jadi, Yuu bikin nih fic abal. *Nyengir*
Maaf kalau jelek.
Yuu sudah berusaha semampu Yuu.
Yuu bakal nerima semua Kritik dan Saran dari para Senpai. Apalagi kalau nantinya bermanfaat bagi fic Yuu kedepannya. ^^
Sekian curcol Yuu.
Ah, satu lagi..
Fic ini oneshoot.
Yuu bakal bikin sequel kalau banyak yang minta.
Akhir kata,
.
.
.
Review Please? ^^
