Haloo, Nia disini \(^O^/)
Ini fanfic saya yang pertama lho xD *so?*
Kalau kurang menarik atau bagaimana tolong di-comment ya, maklum, masih pemula banget nih, hehe. Beberapa istilah masih dalam bahasa Inggris karena takut salah translate. (_;;)
Saya sukaaa banget FMA Brotherhood, terutama Roy Mustang. (/) Makanya nyoba buat dia jadi MC, sebenarnya saya belum sempat baca komik FMA lho, Cuma nonton anime ver 2009-nya aja hehee..(*u*)b
And of course, all character belong to Hiromu Arakawa-sensei *\(*∀*)/*
Selamat membaca! (^0^)7
Part 1
Sayembara
Roy Mustang POV
"Lieutenant colonel, apakah dokumen yang diberikan kemarin telah diselesaikan?"
"...,hmm..."
"Lieutenant colonel Mustang..."
"...ah! Maaf, aku sedang memikirkan sesuatu. Apa yang kau katakan?"
"...Dokumen yang kemarin telah saya berika—"
"Ma-maafkan aku! Aku perlu pergi sebentar—tolong taruh saja berkas-berkas itu di atas meja.."
"Tu-tunggu dul-Sir!"
Aku segera meninggalkan Riza dan pergi ke kamar kecil terdekat. Membasuh wajahku, lalu melihat ke arah cermin. Wajahku terlihat pucat di bawah mata onyx-ku yang tajam.
Apa berat badanku turun lagi ya...
Jika diingat-ingat, dokumen itu..dokumen yang Riza berikan adalah laporan tentang penyerangan di Ishval 4 bulan yang lalu. Melihatnya saja membuatku mu—
"Yo, Roy!" Hughes menepuk (memukul) bahuku dari belakang dengan sangat tiba-tiba.
"Hugh-hughes..!" Apa yang kau lakukan di sini?" aku sangat terkejut, tidak biasanya Hughes pergi ke East HQ.
"Hah? Tentu saja untuk buang a—"
"Bukan di tempat ini! Maksudku apa yang kau lakukan di East HQ..?" tanyaku ketus. "Setahuku orang dengan jabatan sepertimu juga mendapatkan banyak 'tugas', bukan..? Bisa-bisanya kau bersantai dengan mengunjungiku.." kataku keheranan.
"Masih sangat naif rupanya kau, Roy.." Hughes mencuci tangannya di wastafel sebelahku. "Masih memikirkan hal itu,hah?"
"...cukup sulit untuk melupakan apa yang telah kuperbuat," aku memakai jasku lagi.
"Untuk menjadi Fuhrer kau harus bisa melupakan hal yang sudah terjadi! Apa yang terjadi pada rakyatnya jika mempunyai raja pengecut yang selalu melihat ke belakang? " Hughes menepuk bahuku, lalu pergi keluar.
Aku tersenyum, Hughes selalu memberiku dorongan dari belakang untuk terus maju, walaupun ia tak selalu mengatakannya langsung. "Jadi..ada urusan apa hari ini? Bukan ulang tahun pacarmu lagi bukan?" kataku sambil berjalan di sebelahnya.
"Ahaha, sebenarnya seminggu lagi aku berniat melamarnya—ah—bukan hal itu..apa kau sudah dapat surat edaran yang berisi sayembara itu,Roy?"
"Surat edaran? Sayembara?" Kalau dipikir-pikir, sudah 3 hari aku mengabaikan semua dokumen di atas mejaku, aku sangat lelah melihat semuanya yang sebagian besar adalah dokumen tentang Ishval dan surat pengunduran diri. Setidaknya Riza pasti akan memberitahuku bila ada dokumen sepenting itu.
"Astaga..apa kau sedang galau, lieutenant colonel Mustang? Apa yang ada dipikiranmu hingga mengabaikan pekerjaan dan hal penting lainnya,hah?" Hughes menggodaku dengan meniru gaya Riza.
"Diamlah! Setiap orang memiliki hal privasi sendiri!" jawabku jengkel.
"Nah, yang terpenting adalah..kau tahu sendiri kan, setelah kejadian di Ishval, ratusan surat pengunduran diri menumpuk di meja kerjaku. Bahkan kebanyakan dari mereka adalah State Alchemist yang sangat kuandalkan kau tahu.."
"Yak, tidak jauh berbeda dengan keadaan disini.."kataku sambil melihat ke arah jendela.
"Fuhrer mengijinkanku juga beberapa petinggi headquarters lainnya untuk merekrut State Alchemist, saat itu ia juga mengatakan agar aku menginformasikan hal ini padamu, Roy." bisiknya.
"...mencari State Alchemist,ya.."aku menahan tawaku. "Setelah menyuruh semua tentara untuk membunuh orang-orang Ishval dan tidak memberitahu sedikitpun alasan dibalik semua itu, sekarang ia memerintahkan kita untuk merekrut State Alchemist...Menjadi seorang Fuhrer memang sangat menyenangkan ya, Hughes.." kataku. Namun Hughes balik melihatku dengan wajahnya yang sewot. "Yak, baiklah..aku akan mencoba mencari seseorang."lanjutku lagi.
"Aku mengandalkanmu, Roy." Hughes melihatku sambil menyeringai dan memperbaiki letak kacamatanya. "Aku dengar kau memiliki banyak informan, usahakanlah mencari State Alchemist yang kemampuannya diatas rata-ra—"
"Apa yang kau katakan? Tentu saja aku akan mencari wanita-wanita yang cantik dan hebat untuk menjadi kaki tanganku kau tahu!" aku lalu berjalan mendahuluinya, Hughes hanya menghela nafasnya lalu berbisik, "Kau tidak pernah berubah,Roy.."
Malam itu juga, setelah aku (sedikit) berusaha untuk menyelesaikan semua dokumen di meja kerjaku ditemani oleh omelan Riza dan Havoc, 'Seharusnya kau mengerjakan ini lebih awal! Jangan menunda pekerjaanmu!', 'Jangan coba lari dari masalah!','Sebelum bekencan dengan wanita-wanita itu setidaknya kau menyelesaikan ini semua!' dan sebagainya. Terhitung kira-kira lebih dari 20 orang mengundurkan diri dari East Headquarters bulan ini. Kejadian di Ishval benar-benar membuatku ingin muntah.
"Kita akan pergi kemana, Lieutenant Colonel? Aku punya janji dengan pacarku jam 9 nanti!" Havoc berjalan disebelahku sambil menggerutu.
"Rapikan bajumu dan matikan rokokmu yang bau itu, Havoc.."aku membakar habis rokok yang dipegangnya, hampir mengenai syalnya dan membuatnya sangat kaget. "Bukankah kau suka bertemu wanita-wanita cantik? Aku tahu tempat bagus." Aku menghentikan langkahku di depan sebuah bar kecil.
"Madam Christmas?" Havoc terlihat kecewa melihat papan nama bar kecil itu. "Aku tahu tempat lebih bagus dengan nama Madam Fortuna atau Madam Love..dan bahkan Madam Happy- Go- Lucky!" gerutunya lagi. Aku tidak menghiraukannya dan segera membuka pintu.
Dalam bar kecil itu, aku melihat Vanessa dan beberapa temannya sedang duduk dan mengobrol. Havoc terlihat sangat terkejut hingga rokok yang baru saja diambilnya terjatuh dari mulutnya yang menganga.
"Hah..? Bukankah itu.."salah satu dari 4 gadis cantik itu melihatku dengan tersenyum.
"Astaga..!Roy-kun!" Vanessa langsung berlari dan memelukku, Havoc terlihat shock.
"Ahahaha, Vanessa, kau keilhatan baik hari ini.."kataku sambil menyeringai ke Havoc.
"Selamat datang Roy-kun. " Vanessa tersenyum melihatku. "Sudah lama kau tidak berkunjung kemari! Sekarang kau datang tiba-tiba dan langsung membawa lelaki tampan rupanya." Vanessa mengedipkan matanya ke Havoc yang kelihatan senang.
"Kelihatannya kau tambah kurus, Roy..apa perkerjaanmu setelah naik pangkat bertambah banyak, hah?"
Seorang wanita tua (berbadan tidak kecil) dengan dandanannya yang khas keluar dari pintu belakang bar itu. Orang-orang memanggilnya Madam Christmas, namun sebenarnya itu hanya nama samaran, nama aslinya adalah Christ Mustang, ia singkat menjadi Christmas. Adik dari ayah yang sudah merawatku sejat kecil serta membantuku hingga sekarang dan kuanggap sebagai ibuku sendiri.
"Aah, lama tak berjumpa, Madam Christmas." kataku, lalu duduk di kursi kecil bar itu, sementara Vanessa dan yang lainnya sibuk dengan Havoc.
"Kau kelihatan bertambah sibuk sekarang,Roy..banyak hal yang terjadi ya.."katanya sambil menuangkan anggur ke gelas kecil dihadapanku. "Apa yang kaubutuhkan hari ini?"
"Seperti biasa, sesuatu yang spesial."kataku sambil tersenyum. Aku memberikan sepucuk kertas kepadanya. Madame Christmas membaca kertas itu dan langsung mengeluh.
"Haaah, kau selalu memberikan permintaan yang sangat menyusahkan dan merepotkan orang, Roy-chan!"Madame Christmas menghela nafasnya. "State Alchemist ya..kau sendiri sudah tahu setelah apa yang Army lakukan di Ishval sudah membuat penilaian masyarakat terhadap kalian semua berubah 180°! Alchemist hebat yang bekerja di Army pun banyak yang tidak tahan dan mengundurkan diri kudengar. Sekarang kau memintaku untuk mendapatkan Alchemist hebat, hah.."Madame Christmas menatapku sambil menggerutu lalu wajahnya menjadi serius. "Kenapa kau masih bertahan menjadi State Alchemist, Roy?"
"...aku punya ambisi dan aku tidak ingin lari dari semua ini."kataku cepat. "Alasan selalu se-simple itu, kan?
"Ya ampun...ternyata masih dengan mimpi kekanak-kanakan itu rupanya. Baiklah, aku akan berusaha membantumu." Madame Christmas memasukkan kertas itu ke kentongnya.
"Aku minta orang-orang yang lebih muda dariku, jika bisa tolong carikan Alchemist yang cantik ya, Madam."kataku sambil meneguk anggur, Madam Christmast pergi ke belakang barnya sambil bergumam 'cih!'.
Setelah menarik Havoc dari Vanessa dan kawan-kawannya, aku segera keluar dari bar. Havoc terlihat kecewa.
"Ah, tega sekali kau, Lieutenant Colonel! Lihat sudah jam berapa sekarang? Pacarku akan membunuhku besok!" Havoc memperlihatkan jam tangannya yang menunjukkan pukul 11 malam.
"Bukankah kau bersenang-senang disana?" Kataku jengkel. Havoc menyalakan rokoknya dan menggerutu.
"Aku tidak menyangka orang sepertimu sering ke bar juga..rupanya kau mencari pelarian dari Hawkeye ya.."godanya. Aku hanya diam jengkel. "State Alchemist seperti apa yang kauinginkan sebenarnya, Lieutenant Colonel?"
"Aku ingin yang lebih muda dan lebih berambisi dariku, juga kemampuan diatas rata-rata. Perubahan selalu datang dari orang-orang muda, kau tahu.."kataku tersenyum. "Kalau dipikir-pikir aku juga ingin orang yang banyak bicara agar kantorku bisa lebih ramai lagi.."
"Susah bila hanya berdua saja dengan Hawkeye kutebak..aku bisa bayangkan bagaimana keadaanmu sehari-hari, Lieutenant Colonel.."Havoc melihatku dengan wajah prihatin.
"Yak..begitulah."jawabku sambil melihat silver-watchku. Aku tidak sabar menunggu adanya orang lain yang juga akan memegang benda ini nanti di kantorku.
To be continued...
Maaf ceritanya agak kaku (,;;)
Terima kasih sudah dibaca ya! m(_)m
Chapter 2 nanti janji bakalan lebih seru deh, hehe.. \(∀;;)
Next Chapter : Brotherhood
RnR ya minna.. (/3)/
