a/n: *ngumpet dibalik Sweden* Ja-Jangan rajam saya! Aku tahu mestinya aku update Complicated, tapi plotnya tiba-tiba menghilang dari kepalaku. Daripada nanti ceritanya kacau, aku bikin drabble-drabble gaje kayak gini, deh.. Jadi, mendingan dinikmatin aja, ya..
Disclaimer: Hetalia punya Himaruya-sensei ;A;
Warning: Crack, gaje, bahasa nggak jelas, alur berubah-ubah.
Fame
~Sel~
Antonio sedang menunggu di ruangannya dengan tidak sabar. Sudah beberapa jam berlalu sejak dia mengirim sinyal pada Rome, tapi makanan tidak juga datang ke tempatnya. Karena merasa dirinya semakin melemah, dia mengambil gagang teleponnya dan langsung mengubungi bosnya itu.
"Halo?" terdengar suara seseorang dari ujung telepon.
"Umm.. Bos, tolong dong, makanannya cepetan, aku sudah mulai lemah nih.." Suara antonio terdengar lirih. Rasanya untuk bicara saja sudah tidak punya tenaga.
"Hhh.. Baiklah, aku coba lagi. Kamu tunggu sebentar, ya."
~Otak~
Setelah percakapan dengan Antonio, Rome kembali menghubungi Gilbert. Sebenarnya, daritadi dia sudah mendapatkan banyak panggilan yang kurang lebih berisi sama dengan pemuda ceria itu, ingin makan, tapi, mau bagaimana lagi, bukan dia yang mengatur kapan mereka makan. Dia hanya alat untuk mengorganisir bawahannya.
"Gilbert, tolong kamu kasih sinyal lagi bahwa kita sedang kelaparan," ujar Rome.
"Daritadi juga sudah, Bos, tapi tau sendiri, kan, 'Orang nggak AWESOME itu' kayaknya emang sengaja bikin kita laper. Jangan-jangan dia mau kita mati, ya," jawab Gilbert sewot.
"Jangan bicara sembarangan. Sudah, lakukan saja tugasmu."
"Oke, oke. Serahin aja ke Gilbert yang AWESOME ini."
~Lambung~
"Guys, kita mulai lagi, yuk. Bos udah kasih perintah, tuh." Gilbert memanggil teman-temannya setelah menaruh gagang telepon ke tempat seharusnya.
"'Orang itu' benar-benar, ya, lama-lama kutembak juga, dia," ujar Vash dengan kesal.
"Iya, masa kita dikacangin terus, sih.." keluh Elizaveta.
"Ya sudah, lah, kalian. Lebih baik kita kerja aja sekarang, siapa tahu 'Orang itu' mau nanggepin kita kali ini," Ludwig angkat bicara.
"Iya, lebih baik sekarang kita coba lagi," timpal Lili.
Mendengar perkataan adik tersayangnya, Vash langsung bersiap-siap untuk bekerja lagi.
"Oke, deh.. Roddy! Kamu juga dong, ayo!" Elizaveta memanggil pasangannya, sementara yang dipanggil hanya menghela napas.
"Semua sudah siap, ya?" tanya Gilbert. "Satu.. Dua.. Tiga!"
"LAPAR!" seru mereka secara bersamaan.
~Di luar~
Kruukk...
Perutnya bunyi lagi. Entah sudah berapa kali perutnya bunyi. Mungkin sejak tadi siang? Atau kemarin? Entahlah, dia sudah terlalu putus asa untuk mengingatnya.
Bukannya tidak mau mengisi perutnya, biar bagaimana pun Lovino juga sangat ingin menyantap makanan sekarang. Andai saja ia bisa, kentang sekalipun pasti akan ia makan untuk mengurangi rasa laparnya. Tapi, mau bagaimana lagi? Dia sekarang sudah tidak memiliki apa-apa. Makanan terakhir yang ia miliki sudah dia habiskan kemarin.
Pemuda tersebut sedang menunggu kematian menjemputnya. Tapi, karena kematian sepertinya belum mau menghampirinya, akhirnya dia memutuskan untuk menjadi pihak yang mengambil langkah menendang kursi yang dari tadi menjadi pijakannya.
Fine
a/n: Cacat banget, ya.. Jadi, ini tuh urutan kejadian kalo perut kalian bunyi.. Pertama, sel minta makan ke otak, terus otak bikin lambung jadi bunyi, gitu..
Apa ini termasuk nyampah? Tolong kasih tahhu, ya. Kalau iya biar aku hapus aja.
Btw, arti judulnya bukan ketenaran, tapi lapar dalam bahasa Italia, yang diakhir juga artinya bukan baik, tapi tamat ^^
