Pair: KrisHan
Disclaimer: milik diri mereka sendiri
Genre: romance
Rate: T
WARNINGS:
Typo, OOC, pendek, gak terlalu bagus, dan mohon maaf buat kekurangan-kekurangan lainnya
#Kris POV
Aku hanya diam, memakan makanan di hadapanku dengan tenang, dan hanya memperhatikan teman-temanku yang bercanda dengan riang –ribut-. Mereka, Luhan, Chanyeol dan Baekhyun mereka adalah teman terdekat yang aku punya.
Banyak orang mungkin tidak habis pikir kenapa aku bisa berteman baik dengan mereka, aku pendiam, sedangkan mereka adalah orang yang tidak bisa diam. Sudah banyak orang yang terang-terangan mengatakan kalau sifat-ku tidak cocok dengan mereka, tapi menurut pendapatku sifat mereka justru sangat cocok denganku.
Walaupun mereka berisik dan suka saling menyudutkan satu sama lain, tapi mereka sangat tahu batasan yang tidak boleh mereka lewati, dan itu membuat aku sangat menyukai mereka. Selain itu mereka juga dapat mengerti aku, banyak orang yang tidak bisa mengerti maksud perkataanku karena sifat dingin yang aku punya, tapi tidak dengan mereka, mereka bisa mengerti kalau aku bukanlah orang dingin, aku hanya tidak bisa menyampaikan perasaanku sebaik beberapa orang lain.
Belum lagi diantara mereka ada orang yang spesial bagiku, dan orang itu adalah Luhan. Aku tidak tahu ini dimulai sejak kapan, dan bagaimana. Mungkin karena senyumnya yang manis, atau karena tutur bahasanya yang lembut, atau karena sifatnya yang baik hati. Yang aku tahu hanyalah fakta bahwa aku sudah cukup lama jatuh cinta padanya.
Sekarang aku hanya tersenyum menonton mereka, makanan-ku sudah habis, tapi tidak dengan mereka bertiga. Yah, bagaimana mereka bisa menghabiskan makanan mereka, jika mereka lebih tertarik pada bercanda dari pada makan?
Aku melirik sekilas pada jam yang tergantung di dinding kantin sekolah, sekitar 10 menit lagi waktu istirahat akan habis.
"Hei, apa kalian tidak ingin menghabiskan makanan kalian? Istirahat sebentar lagi selesai." Mereka berhenti bercanda dan menatap-ku dengan pandangan, lagi-dan-lagi-Appa-Kris-menceramahi-kita, tapi begitu mereka melihat jam, aku hanya bisa menahan tertawa melihat ekspresi kaget mereka, terutama Luhan, dia sungguh imut.
"Kris, kenapa kau baru mengingatkan kami?" aku tidak menjawab pertanyaan Luhan yang datang diantara ketergesa-gesaannya, karena aku tahu menjawab pertanyaannya hanya akan membuat dia tambah tergesa-gesa dan mempersulit Luhan.
Aku yakin Luhan tidak akan suka jika aku mengatakan dia imut, tapi itu memang kenyataannya. Walaupun sifatnya memang tidak se-imut itu dan justru lebih ke arah manly tapi agak jail, tapi lagi dia sering menunjukan muka imut bahkan saat dia berkata serius, dan aku menyukai hal itu.
Dia tidak perlu repot-repot memohon atau beraegyo seperti Baekhyun, cukup hanya dengan sedikit nada meminta pertolongan maka semua orang akan merasa segan untuk menolak keinginannya, atau setidaknya itu yang aku rasakan.
.
.
.
Saat ini aku sedang dalam perjalanan pulang bersama Luhan dengan jalan kaki. Rumah Baekhyun dan Chanyeol memang berlainan arah dengan kami, oleh karena itu setiap pulang sekolah adalah waktu favorite aku dalam 24 jam yang aku punya dalam satu hari, karena pada saat ini lah aku memiliki kesempatan untuk berdua-an dengan Luhan tanpa baekhyun dan Chanyeol.
Aku juga sangat menyayangi mereka berdua seperti menyayangi saudara-ku sendiri dan aku sangat suka memperhatikan interaksi mereka bertiga. Tapi, aku tidak bisa menyangkal bahwa aku lebih menyukai waktu di mana aku hanya berdua dengan Luhan.
Seperti biasa, kami selalu berjalan dalam diam, aku yang lebih banyak memperhatikan Luhan dan Luhan yang lebih banyak memperhatikan langit. Apakah aku sudah mengungkitnya? Luhan sangat menyukai langit, entah langit di siang hari dengan awannya atau langit di malam hari bersama bulan dan bintang, Luhan sangat menyukai keduanya.
"Kris, apa kau tahu? Aku sangat menyukai langit sore. Aku selalu takjub pada warna merah yang muncul di saat sore hari, begitu indah dan memukau." Ucap Luhan dengan pandangan yang masih terpaku pada langit dan semburat merah yang sudah menyebar cukup luas dengan senyuman di wajahnya.
Aku tahu, tentu aku tahu. Dia sudah sering mengatakan padaku betapa indah dan takjubnya dia terhadap langit sore. Tapi aku tidak mengatakan apa pun, aku tahu Luhan tidak sedang bertanya tapi dia hanya ingin mengatakan hal yang ingin dia katakan padaku.
Setelah tidak ada lagi kata-kata yang keluar, baik dari Luhan atau dariku. aku kembali melamun dan Luhan kembali memperhatikan langit. Sampai akhirnya hanya tinggal sekitar 5 menit lagi kami akan mencapai rumah Luhan sebelum aku pulang menuju rumahku.
Sebenarnya jika aku mengantar Luhan sampai ke rumahnya maka aku harus mengambil jalan memutar untuk mencapai rumahku, tapi itu sama sekali tidak menghalangiku mengantar Luhan pulang.
Pada awalnya Luhan memang menolak keras karena dia tidak mau dianggap lemah dan aku yang mengantar dia pulang dia artikan seperti aku menggapnya lemah. Tapi mungkin karena aku tidak terlalu menanggapi protesan yang dikeluarkan olehnya, akhirnya Luhan menyerah dan membiarkan aku terus mengantarnya pulang.
Aku mengantarnya pulang bukanlah karena aku menganggap dia lemah, aku tahu dengan pasti walaupun Luhan berbadan kecil dan imut, tapi kekuatan yang dia miliki lebih dari cukup untuk melindungi dirinya sendiri. Aku mengantarnya pulang hanya karena aku ingin lebih lama berdua bersamanya.
"Kris!" Aku terkejut dan hampir terjatuh karena terkejut dengan seruan Luhan. Aku melirik ke belakang, ke tempat di mana Luhan berdiri dan menampakkan ekspresi kesal, kemudian aku melihat kawasan sekitarku. Ah, rupanya aku terlalu larut dalam lamunan-ku dan tidak menyadari jika sekarang aku sudah mencapai rumah Luhan.
"Maaf, aku tidak sadar." Ucap-ku dengan nada menyesal. Luhan hanya meresponnya dengan memutar bola matanya. Dan aku membalasnya dengan tersenyum canggung dan berjalan ke arahnya sambil menggaruk tengkuk-ku.
"Kau dan kebiasaanmu. Ya sudah, yang pasti terima kasih sudah menemani aku pulang." Dia selalu menggunakan kata 'menemani' bukan 'mengantar' dan aku tidak keberatan dengan itu, walaupun bagi Luhan kata 'mengantar' akan menyakiti harga dirinya tapi bagiku keduanya tidak ada bedanya.
Hanya beberapa saat selanjutnya Luhan berbalik dan berjalan memasuki rumahnya, namun saat itu, saat aku melihat punggungnya, entah kenapa tiba-tiba ada suatu keinginan kuat yang muncul di hatiku. Dan tanpa sempat mencerna kenapa itu bisa terjadi, tubuhku sudah bertindak lebih dahulu.
"Luhan." Aku bisa melihat Luhan berbalik dan menatap bingung padaku, jarak antara aku dan Luhan belum terlalu jauh, sehingga aku bisa melihat ekspresi Luhan dengan jelas. "Aku ingin menyampaikan suatu hal padamu. Aku mencintaimu."
Aku bisa melihat keterkejutan yang sangat besar muncul di wajah Luhan. Dan saat itu aku tahu kalau Luhan mengerti maksud dari kalimat-ku. Dan jujur semua reaksi Luhan saat ini tidak membuat aku terkejut, aku sudah bisa menduga kalau reaksi Luhan akan seperti ini, oleh karena itu aku tersenyum menanggapi kekagetan Luhan.
"Aku hanya ingin kau tahu hal ini, kau tidak perlu merasa terbebani oleh apa pun. Dan aku berharap kau tidak akan berubah, aku akan sangat senang jika kau tidak menjauhi-ku." Aku bisa melihat Luhan masih belum bisa mengucapkan satu kata apa pun, tapi aku tahu jika Luhan masih bisa mengerti semua perkataan-ku.
"Hanya itu yang ingin aku katakan. Masuklah, dan aku pulang sekarang." dan dengan itu aku berbalik dan kembali melanjutkan perjalanan pulang-ku.
.
.
.
Tbc
a/n: FF ini ff, KrisHan pertama aku, dan jujur aku pribadi suka banget sama ff ini, lebih dari beberapa ff aku yang lain. Chap selanjutnya dah ada, kalau ternyata reaksinya positif, aku update chap selanjutnya secepatnya, begitu ada waktu dan pulsa di saat yang sama lagi ya~
Maaf buat typo, aku gak sempet ngedit 100%, dan terima kasih buat yang dah baca, apa lagi buat yang mau review...,
