Ketemu lagi bersama saya Sang pemula!
Ini karya saya yang kedua di dunia fanfic dan saya mulai memberanikan diri membuat cerita berbau rated M. Maklum author kalo udah dapat inspirasi tidak bisa dibendung lama-lama di otak.
Hati-hati yang di bawah 16th dilarang membaca!
Selamat membacaaaa!
Chapter 1
Hari sudah mulai pagi, jam weker berbunyi begitu kerasnya. Namun, kenapa seorang Sawada Tsunayoshi tidak terbangun juga dari tidurnya? Akhirnya sang home tutorpun turun tangan. Reborn menendang Tsuna sampai ia jatuh tersungkur dari tempat peraduannya.
"REBORN! Bisakah kau hentikan cara membangunkanku yang buruk itu?!", Tsunapun ngomel.
"Waktunya bangun Dame-Tsuna! Kau tau sekarang sudah jam berapa?"
"Jam…?", Tsunapun melirik kea rah jam wekernya yang menunjukkan pukul 7 pagi.
"GAWAT! Aku bisa terlambat!", Tsuna langsung bergegas keluar kamar dan ia terjatuh saat menuruni tangga secara terburu-buru.
Selesai bersih-bersih di kamar mandi, ia bergegas menyantap sarapannya sampai ia tersedak sebanyak tiga kali. Setelah menyantap sarapan ia langsung berlari menuju sekolah tercintanya. Sudah taukan sekolahnya Tsuna di mana…? Di mana lagi kalo bukan Namimori-Chuu.
Aduuh kalau aku terlambat aku akan kena hukuman!, gumamnya dalam hati.
Dan… ternyata keberuntungan masih berada di tangan Tsuna. Pintu gerbang belum ditutup, artinya ia masih bisa masuk dan bebas dari hukuman bukan? Tapi kesialan selalu terjadi di akhir. Saat jarak Tsuna hanya tinggal beberapa centi lagi, gerbangpun tertutup secara tiba-tiba. Dan Tsuna memperlihatkan ekspresi terjeleknya seumur hidupnya. Di balik gerbang sudah ada seorang Hibari Kyoya dengan senyuman yang seperti biasanya ia perlihatkan kepada herbivore-herbivor yang suka melanggar peraturan.
"Ternyata mangsaku kali ini hanya kau seekor, Sawada Tsunayoshi.", Hibari mulai mengeluarkan death glarenya.
"A-a-a-aku mohon… HI-Hi-Hi-Hibari-san… ja-jangan beri aku hu-hukuman yang berat lagi…", memangnya Hibari saja yang memiliki jurus death glare? Tsuna juga punya jurus moe facenya.
Hibaripun luluh dengan wajah yang memang tidak dibuat-buat Tsuna itu, "Baiklah… untuk hari ini aku beri kau hukuman khusus. Tapi kalau kau terlambat lagi… kamikorosu!"
"I-i-iya! Aku mengerti! Jadi… apa hukumannya…?"
"Sepulang sekolah datang ke ruanganku!", merasa sudah selesai dengan urusannya, Hibari langsung pergi meninggalkan Tsuna. Akhirnya Tsuna masuk ke sekolah dan mengikuti pelajaran jam kedua.
Bel pulang berbunyi, dan Tsuna merasa penyakit struk akan datang menimpanya. Karna sepulang sekolah Tsuna tidak boleh pulang sampai urusannya dengan sang ketua komite kedisiplinan selesai. Entah memang Tsuna yang penakut atau memang dia hanya takut kepada Hibari, perasaannya sangat tidak enak sekali selama perjalanannya menuju ruang penyambutan. Apalagi saat ia sudah berdiri di depan pintu ruangan tersebut, perasaannya semakin tak karuan.
Tsuna menghela nafas dan memberanikan diri untuk membuka pintu, setelah pintu terbuka,"Permi-", Tsuna langsung menutup pintu lagi. Kenapa di tutup? Ya bagaimana ia tidak terkejut, ia baru saja melihat Hibari berciuman dengan seseorang. Tapi kenapa Tsuna terlihat semakin ciut? Tak butuh waktu lama, orang yang tadinya ada di dalam ruangan bersama Hibari akhirnya keluar dan menampakkan sosoknya kepada Tsuna.
"E-eh, Dino-san?! Sedang apa kau di sini?", terus terang Tsuna tidak tau apa-apa.
"Aku? Tentu saja aku kemari untuk menemui Kyoya. Dan untuk menjenguk adik kecilku..", Dino mengelus kepala Tsuna.
"Sudah ku bilang, aku bukan adikmu."
"Lalu kau ada urusan apa datang ke ruangannya? Apa kau kena hukuman lagi?"
"Ya, hari ini lagi-lagi aku terlambat, dan aku dapat hukuman dari Hibari-san."
"Hahaha. Sayangnya aku tidak bisa membantu kalau soal itu. Baiklah aku doakan semoga kau baik-baik saja. Sampai jumpa!", Dino melambaikan tangannya dan pergi.
Tsuna hanya memperhatikan Dino yang semakin lama semakin jauh. Tiba-tiba pintu ruangan terbuka dan muncullah sosok Hibari.
"Sedang apa kau di situ, herbivore. Cepat masuk!"
"Ba-baik!", Tsunapun langsung masuk.
Sampai di dalam, "Ja-jadi… aku harus apa?", Tanya Tsuna.
"Karna kau sudah berkali-kali terlambat, sepertinya aku akan memberimu hukuman permanen."
"Apa?! Hukuman permanen?!"
"Jangan mengeluh, herbivore. Salahkanlah dirimu yang tidak pernah bisa bangun pagi." Hibari mendeath glare Tsuna.
"I-iya… jadi aku harus berbuat apa?"
"Hukumannya mudah, setiap pulang sekolah kau harus mebersihkan ruangan ini. Aku tidak ingin ada debu di manapun, bahkan di tempat yang tak terjangkau sekali pun. Kalau kau kabur… kamikorosu!"
"Hieeee…! Baik akan aku bersihkan!"
"Jadi kau tunggu apa lagi? Cepat bersihkan!"
"Ba-baik!", Tsuna langsung berlari keluar ruangan untuk mengambil alat-alat kebersihan.
Setelah mendapat alat-alat yang dibutuhkan, Tsuna langsung memulai ritual hukuman permanennya di hari pertama. Hibari langsung meninggalkan Tsuna di ruangannya itu. Tsuna memulai pekerjaannya dengan membersihkan debu-debu di tempat yang mudah ia jangkau, lalu membersihkan debu di sudut-sudut ruangan, di sudut meja. Selesai membersihkan debu, ia menyapu lantai, dan mengepelnya.
Hari sudah semakin sore, Hibari mulai jenuh dengan pemandangan yang ia lihat dari atap sekolah. Akhirnya ia memutuskan untuk melihat ruangannya. Sampai di ruangannya, ia melihat Tsuna yang sudah terlelap karna kelelahan di meja kerjanya. Hibari mendekati Tsuna dan melihat wajah tidurnya yang begitu damai dan… manis menurutnya. Dengan baik hatinya, Hibari menggendong Tsuna yang masih tertidur dan memindahkannya ke sofa.
.
.
.
Hari sudah mulai pagi. Tsuna mulai membuka matanya, ia memerhatikan sekitar. Ia menyadari bahwa dia sedang tidak di rumah. Tapi ia ada di mana? Ya, karna kelelahan Tsuna tertidur di ruangan Hibari sampai pagi. Saat ia melihat jam dinding, waktu menunjukkan pukul 7 pagi.
"Gawat! Aku ketiduran!", Tsuna langsung bangkit dari posisi berbaringnya.
"Sepertinya tidurmu nyenyak sekali ya, herbivore."
Tsuna langsung menengok ke belakang. Ia mendapati Hibari sedang duduk manis di meja kerjanya.
"Hi-Hibari-san! Maaf aku tertidur.."
"Awas saja kalau kau tertidur lagi di ruangan ini."
"I-iya aku mengerti! Aku akan ke kelas sekarang!", Tsuna langsung berlari keluar.
Karna Tsuna sadar dia baru saja bangun tidur, ia memutuskan untuk ke kamar mandi terlebih dahulu. Ia mencuci mukanya sampai mukanya tidak terlihat seperti orang bangun tidur lagi. Kemarin kan aku tertidur di meja kerja Hibari-san, tapi kenapa saat aku bangun aku ada di sofa?, Tsuna bergumam dalam hati lalu berpikir sejenak. Apakah… Hibari-san yang memindahkanku…? Aku di gendong Hibari-san…!, Tsuna merasa senang sampai-sampai ia melihat semburat merah di pipinya dari pantulan cermin.
Setelah mencuci muka, Tsuna langsung saja pegi ke kelas, tapi kelasnya masih sepi. Tsuna memutuskan untuk berjalan-jalan mengelilingi sekolahnya, ya sekalian olahraga pagi. Tsuna menyusuri koridor sekolahnya itu, tak lama kemudian perhatiannya beralih kepada jendela yang terbuka. Ia berniat untuk menutup jendela itu, dari situ Tsuna melihat seseorang yang tak asing baginya masuk ke daerah sekolahnya itu. Di-Dino-san…! Sedang apa dia di sini?, Tanya Tsuna dalam hati. Dan Tsuna baru sadar akan sesuatu, tentu saja Dino-san ingin menengok Hibari-san, betapa bahagianya mereka bisa bersama-sama… ,Tsuna tersenyum hambar dan menutup jendela yang terbuka itu.
Waktu menunjukkan pukul setengah 8 pagi. Tsuna langsung bergegas ke kelasnya. Sampai di kelas ia disapa oleh dua temannya Gokudera dan Yamamoto.
"Ohayou, Tsuna!", sapa ramah Yamamoto.
"Ohayou, Yamamoto.", Tsuna tersenyum.
"Jyuudaime, apa anda baik-baik saja?", Tanya Gokudera.
"Tentu saja. Memangnya kenapa?"
"Anda terlihat kelelahan."
"A-aku tidak apa-apa tenang saja.", Tsuna senyum maksa. Ia baru ingat kalau kemarin ia tidak pulang ke rumah.
"Baiklah, jika ada apa-apa bilang saja padaku."
Tsuna hanya mengangguk. Tak lama kemudian guru yang mengajar masuk ke kelas. Dan mereka kembali ke tempat duduk masing-masing.
Bel pulang pun berbunyi. Waktunya Tsuna melakukan ritual hukuman permanennya di hari kedua. Tsuna mulai berjalan ke ruangan di mana Hibari berada. Lagi-lagi ia merasakan perasaan yang tidak enak. Saat sudah di depan pintu, Tsuna mendengar ada suara-suara aneh dari dalam. Karna penasaran Tsunapun menguping dan yang terjadi di dalam,
"Ahn- Dino… hah.. hah…"
"Se..sedikit lagi… ngh… aahh…"
Tsuna langsung menjauhkan diri dari pintu dan berlari sejauh-jauhnya dari situ. A-apa yang terjadi…?, gumam Tsuna. Perasaannya antara takut, panik, dan… cemburu. Beberapa lama kemudian, Tsuna melihat Dino keluar dari ruangan Hibari dari kejauhan. Setelah sosok Dino sudah tidak terlihat lagi, Tsuna memberanikan diri untuk masuk ke ruangan itu. "Perm-", Tsuna melihat Hibari tertidur di sofa diselimuti gakurannya. Daripada Tsuna membangunkannya, lebih baik ia mulai bersih-bersih.
Sudah 10 menit Tsuna bersih-bersih, tiba-tiba ia mendengar suara orang yang terbatuk-batuk. Tsuna langsung mengalihkan perhatian kepada orang yang terbatuk-batuk itu, dan orang itu baru saja bangun dan terduduk di sofa, dan yang sedang tidur di sofa itu tadi adalah Hibari. Hibari langsung menatap tajam Tsuna dan Tsuna juga terpaku melihat Hibari yang bertelanjang dada.
"Hi-Hi-Hibari-san! Di-di mana bajumu?!", jelas Tsuna kaget.
"Baju…? Aku tidak tau. Cepat bersihkan dan cepatlah pulang!"
"Ba-baik!"
Hibari beranjak dari sofa dan memakai gakuran untuk menutupi tubuhnya sementara. Lalu ia pergi keluar ruangan meninggalkan Tsuna. Tsuna sempat membatu, a-aku… melihat tubuh atletis Hi-Hibari-san…? Ya ampun beruntung sekali aku hari ini, Tsuna hanya bersenang dalam hati karna mendapat kesempatan dapat melihat tubuh atletis Hibari. Tsuna langsung tersadar bahwa dia harus menyelesaikan pekerjaannya secepatnya dan melanjutkan pekerjaannya.
Setelah semua pekerjaannya selesai, Tsuna bersiap-siap ingin pulang. Saat ingin keluar dari ruangan, sepertinya Hibari menghalangi jalan keluar. Tapi kalau dia melewatinya sama saja dia membangunkan macan tidur.
"A-ano… Hibari-san, pekerjaanku hari ini sudah selesai aku ingin pulang.", jelas Tsuna jadi minta izin dulu.
"Lalu untuk apa kau masih di sini?", Hibari menatap Tsuna tajam.
"I-iya, aku akan pulang.", kenapa Tsuna jadi panik?
Tidak sengaja Tsuna melihat leher Hibari dan ia menemukan sebuah tanda kemerahan di sana. Entah kenapa rasa cemburu Tsuna muncul lagi. Tsuna tau persis tanda apa yang ada di leher Hibari itu dan membuat Tsuna terdiam. Hibari jadi geram melihat Tsuna yang tidak bergerak sedikit pun untuk pulang.
"Oi herbivore, kau menunggu tonfaku mendarat di wajahmu..?", Hibari mendeath glare Tsuna.
"Tidak… aku akan pulang. Sampai bertemu besok Hibari-san..", nada bicara Tsuna terdengar pasrah. Lalu Tsuna berlari keluar ruangan.
Ada apa dengan herbivore itu hari ini? Aneh, gumam Hibari.
Tsuna terus berlari menuju rumahnya. Sampai di rumah, Tsuna seakan lupa orang-orang di sekitarnya. Ia mengabaikan pertanyaan ibunya, ia mengabaikan sapaan Lambo, I-pin, dan Fuuta. Tsuna langsung menuju kamarnya dengan langkah yang lemah. Ia langsung menghempaskan dirinya ke tempat tidur dan membenamkan wajahnya ke bantal. Sang home tutorpun seakan mengerti keadaan Tsuna, dan ia membiarkan muridnya untuk beristirahat. Setelah beberapa lama ia membenamkan wajahnya ke bantal, ia baru saja menangis. Tapi, apa yang ia tangisi? Tsunapun juga bingung mengapa ia menangis saat melihat tanda kemerahan di leher Hibari. Akhirnya Tsuna terus berbaring di tempat tidur sampai ia terlelap.
.
.
.
Esok pagi, Tsuna bangun tepat waktu. Entahlah apa yang membuatnya bangun tepat waktu. Ia pergi ke kemar mandi dan memberihkan diri. Setelah itu, ia pergi ke ruang makan untuk menyantap sarapan. Di ruang makan ibu, Lambo, I-pin, Fuuta, Bianchi dan Reborn sudah menunggunya di meja makan.
"Ohayou, Tsu-kun..!", sapa ibunya sambil tersenyum.
"O-ohayou…", i-ibu tidak marah padaku karna sudah tidak pulang semalaman?, gumam Tsuna.
"Apa kau tidak lelah, Tsu-kun? Reborn bilang kemarin kau tidak pulang karna mengerjakan tugas sekolah dengan teman sekelompokmu."
"E-eh?! I-iya aku tidak apa-apa kok.", Reborn…?
"Ya sudah, kalau begitu cepat makan sarapannya selagi hangat."
"I-iya..", Tsuna menarik kursi meja makan dan mendudukinya. Lalu ia memakan sarapan yang sudah disediakan.
Setelah menyelesaikan sarapannya, "Aku berangkat…!", Tsuna berlalu dari balik pintu.
Sampai di depan sekolah, betapa tumbennya Tsuna datang ke sekolah tidak terlambat dan pintu gerbang masih terbuka dengan lebarnya. Sebenarnya Tsuna memiliki alasan tersendiri mengapa ia bangun tepat waktu hari ini agar tidak terlambat masuk sekolah.
Sampai di kelas, ia langsung disapa oleh dua sahabatnya,
"Yo! Tsuna, bagaimana keadaanmu?", sapa Yamamoto dengan senyuman yang seperti biasa.
"Selamat pagi, Jyuudaime! Kami dengar anda tidak pulang semalam kemarin? Apa anda baik-baik saja?", Tanya Gokudera dengan nada khawatir.
"Yamamoto, Gokudera-kun.. aku baik-baik saja kok. Tidak ada yang perlu dikhawatirkan.", Tsuna tersenyum maksa.
"Hei Tsuna, kalau kau ada masalah kau bisa ceritakan pada kami kan?", ucap Yamamoto.
"Ya… lebih baik aku ceritakan saat istirahat saja."
Tak lama kemudian, bel tanda masuk sudah berbunyi. Mereka kembali ke tempat duduk masing-masing dan mengikuti pelajaran dengan saksama.
Waktu istirahat sudah tiba. Seperti biasa Tsuna, Gokudera, dan Yamamoto makan siang di atap sekolah.
"Oh iya Tsuna, katanya kau ingin menceritakan apa yang terjadi kemarin.", Tanya Yamamoto di sela-sela acara makan mereka.
"Ba-baiklah, akan aku ceritakan. Sebenarnya kemarin aku terlambat datang ke sekolah. Lalu aku dihukum oleh Hibari-san untuk membersihkan ruangannya setiap sepulang sekolah. Sepulang sekolah kemarin aku langsung membersihkan ruangannya sampai aku ketiduran di ruangannya sampai pagi hehe…", Tsuna menggaruk kepalanya yang tidak gatal.
"Dasar… tapi dia tidak melakukan sesuatu yang aneh kepada anda kan?", Tanya Gokudera dengan nada emosi.
"Te-tenang saja Gokudera-kun, dia tidak mungkin melakukan yang aneh-aneh…", entah kenapa suara Tsuna terdengar… rapuh.
"Jadi, setiap sepulang sekolah kau harus membersihkan ruangannya? Setiap hari?", Tanya Yamamoto.
"Ya… begitulah.", jawab Tsuna.
"Kalau begitu, kami akan menunggumu Tsuna.", Yamamoto tersenyum.
"Terima kasih… maaf kalau merepotkan kalian langsung pulang saja.", Tsuna merasa tidak enak.
"Tentu saja tidak, Jyuudaime!", ucap Gokudera.
Lalu bel masuk berbunyi. Mereka bergegas membereskan bekal mereka dan kembali ke kelas. Sampai di kelas mereka melanjutkan pelajaran.
Bel pulang berbunyi, Tsuna langsung membereskan buku-bukunya dan bergegas pergi ke ruangan Hibari untuk melaksanakan hukuman permanennya di hari ke tiga. Saat jarak Tsuna sudah tidak jauh dari ruangan Hibari tiba-tiba, "SIALAN!", Tsuna mendengar suara keras seseorang. Entah kenapa ia sangat yakin sumber suara itu berada di ruangannya Hibari. Tsuna mempercepat langkahnya menuju ruangan Hibari dan langsung membuka pintu,
"Hieee! Ruang resepsi di serang angin topan?!", teriak Tsuna yang terkejut melihat keadaan ruangan itu seperti kapal pecah akibat ombak. Sumber suara yang ada dihadapan Tsuna yang sedang membelakanginya, langsung mengalihkan perhatiannya kepada Tsuna. Membuat Tsuna bergidik ketakutan.
"Hi-Hibari-san! Ada apa ini?", Tsuna takut dan panik melihat penampilan Hibari yang sangat-sangat berantakan. Ditambah lagi Hibari menatapnya penuh emosi.
"Herbivor…", Hibari mendekati Tsuna.
"Hibari-san, pipimu terluka…", Tsuna melihat luka yang terukir di pipi Hibari.
"Cepat bereskan semuanya!"
"Ta-tapi lukanya-"
"Minggir!", Hibari mendorong Tsuna yang menghalangi jalan keluarnya hingga terjatuh dan pergi.
Ada apa dengan Hibari-san…? Kenapa dia terlihat marah sekali., gumam Tsuna. Ia bangkit dan masuk ke dalam ruangan itu. Ia melihat ruangan yang seperti kapal pecah itu dan mau tak mau ia harus membereskannya sebelum tonfa Hibari melayang ke wajahnya. Tsuna memulai pekerjaan perlahan tapi pasti. Ia bereskan saja tempat itu sebisanya agar terlihat lebih baik.
Hari sudah hampir malam dan Tsuna baru saja menyelesaikan pekerjaannya. Karna terlalu lelah, ia duduk di sofa dan sedikit merenggangkan tubuhnya. Beberapa lama kemudian, Tsuna membereskan barang-barangnya dan bersiap untuk pulang. Tiba-tiba ada seseorang yang memeluknya dari belakang dan tentu saja Tsuna terkejut. Orang yang memeluknya itu membenamkan kepalanya di pundak Tsuna. Dilihat dari rambutnya yang hitam dan halus, orang ini sangat tidak asing bagi Tsuna.
"Hi-Hibari-san…?"
Hibari tidak menjawab. Ia malah membalikkan tubuh Tsuna dan mendorongnya hingga Tsuna terduduk di sofa. Hibari mendekatkan wajahnya ke telinga Tsuna dan berbisik,
"Jangan memberontak."
Tsuna melebarkan matanya. Hibari menatap Tsuna dengan tatapan ia menginginkan sesuatu dari Tsuna. Hibari mendekatkan lagi wajahnya ke wajah Tsuna sampai akhirnya melekatkan bibir mereka berdua. Entah mengapa Tsuna seakan tersihir dengan bisikan Hibari tadi. Rasanya ia tidak bisa bergerak dan sangat pasrah dengan apa yang dilakukan Hibari padanya. Hibari menggigit bibir bawah Tsuna dan membuat Tsuna membuka mulutnya sedikit. Lidah Hibari langsung menjulur ke dalam mulut Tsuna dan meraba-raba rongga mulut yang basah itu dengan lidahnya.
"Ngh… ahh…", Tsuna tak bisa menahan erangannya.
Tanpa melepaskan ciumannya, Hibari melonggarkan dasi Tsuna dan membuka kancing kemejanya satu persatu. Setelah semua kancing terbuka, Hibari melepaskan ciumannya. Bibirnya turun ke leher Tsuna, sampai ke dada. Ia menjilat dada Tsuna dengan sensual.
"Akh… Hibari…san…"
Sensasi anehpun menjalar ke seluruh tubuh Tsuna. Lalu bibir Hibari terus turun hingga ke perut dan kegiatannya berhenti saat menyadari Tsuna masih mengenakan celananya. Hibari langsung saja membuka resleting celana Tsuna dan menggenggam sesuatu yang ada di balik celana itu.
"Ugh!", Tsuna terkejut Hibari memegang alat vitalnya.
Hibari mulai melakukan hand jobnya. Ia memijat milik Tsuna membuat Tsuna merasakan kenikmatan tersendiri. Desahan nikmat pun mulai keluar dari mulut Tsuna seakan mengendalikan Hibari untuk melakukannya terus dan terus. Setelah puas dengan hand job, Hibari mengulum milik Tsuna.
"A-aaahhh…."
Tsuna mulai merasa akan ada sesuatu yang keluar dari kepunyaannya itu. Benar saja, tak lama kemudian cairan putih kental yang kita sebut dengan sperma keluar dari kepunyaan Tsuna. Hibari tanpa ragu menelan cairan itu. Setelah puas dengan milik Tsuna, Hibari menidurkan Tsuna di sofa dan Hibari berada di atas Tsuna. Hibari membuka sendiri kemejanya dan membuka resleting celananya dan mengeluarkan miliknya yang sudah berdiri tegak. Ia langsung memasukan miliknya ke mulut Tsuna dan menggerakkannya maju mundur. Memberikannya kenikmatan tersendiri sampai ia klimaks di dalam mulut Tsuna. Ia mengeluarkan miliknya dari mulut Tsuna dan langsung membekap mulut Tsuna.
"Telan semuanya.", Hibari tau Tsuna sangat ingin memuntahkan cairan itu.
Akhirnya Tsuna menurutinya dan menelan habis cairan itu. Tsuna terengah-engah karna salah satu saluran pernapasannya di sumbat oleh milik Hibari. Hibari melepas Tsuna dan membuang celana Tsuna. Tsuna mulai panik.
"Ja-jangan… Hi-Hibari-san…"
Hibari memasukkan jari tengahnya perlahan ke lubang Tsuna dan menggerekkannya maju mundur.
"A-ahh… sa-sakit…"
Tsuna merasakan perih. Tapi Hibari tidak menghiraukan dan terus melakukan kegiatannya. Tanpa mengeluarkan jarinya, Hibari melumat bibir Tsuna lagi. Dan ia mempercepat pergerakan jarinya di lubang Tsuna.
"Mmmhh!"
Sepertinya Hibari sudah menyentuh sweet spot Tsuna. Tanpa melepaskan ciumannya, Hibari mengganti jarinya dengan miliknya. Ia memasukannya perlahan dan menggerakannya maju mundur.
"Mmmhhh…. Hah… hah…."
Hibari tau Tsuna sudah sangat membutuhkan oksigen, akhirnya ia melepaskan ciumannya dan mempercepat gerakannya. Ditambah lagi Hibari sudah menghantam sweet spot Tsuna berkali-kali. Membuat Tsuna tak dapat menahan desahan nikmatnya.
"Ahh… ahh.. mmhh…"
Gerakannya pun semakin cepat. Sampai mereka berdua klimaks secara bersamaan.
Hibari langsung lemas dan menjatuhkan diri di atas tubuh mungil Tsuna. Tsuna melihat Hibari ternyata tertidur di atas tubuhnya. Dan ia baru menyadari kalau tubuh Hibari lebih berat daripada tubuhnya. Demi agar Hibari tidak terbangun Tsuna berusaha menahan tubuh Hibari. Tsuna juga memeluknya, berharap Hibari dapat tidur dengan nyaman dan berbisik,
"Aku… menyukaimu Hibari-san…", Tsuna mengecup kening Hibari dan ikut tertidur bersamanya.
.
.
.
To be continued
Akhirnya chapter 1 selesai!
Doakan saja semoga bisa update chapter berikutnya. Diperkirakan baru akan update lagi seminggu kemudian
Maaf jika adegan M nya tidak begitu seru, karna saya hanya seorang PEMULA
Yang mau review silahkan, yang hanya membaca saja silahkan, dan yang tidak membaca dan tidak review juga silahkan.
Arigatou untuk yang sudah membaca. Sampai bertemu di chapter berikutnya!
