\(^.^\) \(^.^)/ (/^.^)/
LONG LASTING
Chapter 1
Disclaimer: Naruto Masashi Kishimoto
Maaf jika ada typo.
Enjoy!
\(^.^\) \(^.^)/ (/^.^)/
Kelas begitu gaduh.
Ada yang bercanda, sibuk menyalin PR, saling jahil dengan melempar kertas, bahkan ada juga siswi-siswi yang sibuk berdandan. Berbanding terbalik dengan Naruto yang saat ini tengah molor di bangku pojok paling belakang.
Naruto ngantuk berat hari ini, sebab kemarin malam dia hanya tidur tiga jam. Ini karena salah dia sendiri main video game tidak kenal waktu. Baru sadar ketika dia berhasil menamatkan gamenya, jarum jam sudah mengarah ke pukul tiga malam. Alhasil, kelopak matanya sekarang tidak mau terbuka, seolah-olah digantung oleh batu yang tak kira beratnya.
Bahkan kegaduhan di kelas ini pun tidak memberikan efek berarti kepada Naruto yang tetap tidur pulas.
Sekarang memang sedang jam kosong, karena Kakashi-sensei, guru Biologi, yang sekarang seharusnya mengajar, sedang absen. Katanya 'sih sedang menjenguk Ayahnya yang sakit, sedangkan guru penggantinya juga tidak bisa mengajar karena sedang sakit demam. Yah, tak heran juga, mengingat sekarang sedang musim dingin.
Dan Naruto memanfaatkan peluang emas ini untuk memejamkan matanya, memenuhi hasrat tidurnya yang tertunda akibat video game sialan itu.
"Naruto, bangun."
Kiba mengguncang-guncangkan bahu Naruto, berusaha membangunkan si empunya, tapi sama sekali tidak ada reaksi dari Naruto. Melihat Naruto yang masih memejamkan matanya, Kiba tidak tinggal diam. Percobaan pertama gagal, dia mencoba lagi, kali ini dengan cara yang berbeda.
Kiba bangkit dari duduknya—yang dari semula sudah duduk tepat di depan bangku tempat Naruto menyenderkan kepalanya—mencondongkan wajahnya, memposisikan bibirnya tepat di indra pendengaran Naruto. Dengan menghela nafas kuat-kuat, Kiba berteriak.
"NARUTO, AYO BANGUN!"
Teriakan lantang Kiba otomatis membangunkan Naruto. Naruto mendengus jengkel. Disambarnya buku tulis yang semula jadi alas kepala Naruto dan memukul kepala Kiba dengan buku tersebut. Kiba itu benar-benar—kenapa suka sekali Kiba mengganggunya, tidak membiarkannya tenang barang sedetik pun.
"APA MAUMU, BRENGSEK! TIDAK LIHAT AKU LAGI TIDUR?!" teriak Naruto. Jengkel bukan main.
"Ayolah Naruto, tidak ada yag menemaniku ngobrol,"
"Terus—", Naruto menghela nafas panjang-panjang, "Aku harus merelakan waktu tidurku ini hanya untuk mendengarkan ocehanmu, begitu?"
"Nanti pulang sekolah akan kutraktir kau Ramen."
Oke, hilang sudah rasa jengkel Naruto.
\(^.^\) (/^.^)/
"Kau tahu, Naruto," Kiba memulai percakapan usai Naruto meregangkan tubuhnya setelah bangun tidur yang dipaksakan tadi, "Dengar-dengar, akan ada murid pindahan hari ini."
"Ya, aku sudah tahu, dari sejak tadi pagi cewek-cewek banyak yang membicarakannya," balas Naruto sambil menguap. Kali ini matanya sudah terbuka lebar, terutama setelah mendengar ajakan Kiba untuk traktiran Mi Ramen di Kedai Ichiraku.
"Tapi—," sambung Naruto, "—kok si murid pindahannya tidak datang-datang? Dimana-mana ya, kalau ada murid pindahan, datangnya selalu pagi. Lihat, sekarang sudah jam berapa," reflek Kiba menoleh ke arah jam tangan yang dipakainya setelah mendengar komando Naruto. "Ini sudah tengah hari, ya 'kan?"
Kiba mengangguk.
"Ah, mungkin sekolah ini milik nenek moyangnya kali ya, jadi dia bisa datang ke sekolah ini seenak jidatnya?" kekeh Naruto, yang otomatis membuat Kiba tertawa.
Dasar, ada-ada saja.
"Aku harap murid pindahannya gadis yang cantik. Kau berharap begitu juga 'kan Naruto?"
"Ya, kau benar Kiba. Memang di sini ada siswi cantik, tapi dia galak." Tanpa Naruto jelaskan, Kiba sudah tahu siapa yang Naruto maksud.
Siapa lagi kalau bukan Sakura? Dia merupakan siswi yang paling cantik, tapi jangan tanya kalau dia sedang marah, bisa habis semua satu sekolah.
Percakapan Naruto dan Sasuke usai setelah mereka mendengar bel istirahat yang berbunyi nyaring, salah satu suara yang sangat mereka sukai. Tanpa diperintah, mereka langsung melesat ke kantin untuk mengisi perut mereka yang meraung-raung minta asupan, terutama Naruto yang sempat molor di kelasnya.
Bangun tidur hal lumrah yang dirasakan adalah lapar. Tak ingin juga salah satu sandwich kesukaannya habis diserbu orang lain.
\(^.^\) (/^.^)/
"Hei—hei, murid pindahannya sudah datang, tadi aku sempat melihatnya!" oceh Sakura antusias, mengabaikan Naruto dan Kiba yang sedari tadi menatap nyalang dua botol minuman yang tak segera berpindah dari tangan Sakura.
"Dia membuka pintu mobilnya, melongokkan kepalanya keluar, dan—kalian tahu apa yang membuat jantungku hampir berhenti?" Sakura memeluk dua botol minuman yang masih belum berpindah tangan seraya memutar badannya kekanan dan kekiri,
"Dia tampan sekali! Cara dia keluar dari mobil dengan wajah kerennya, bak seperti penyanyi ganteng yang keluar dari mobil menuju karpet merah!" (*)
"Ayolah Sakura, berikan minumannya!" raung Naruto tanpa menggubris ocehan Sakura. "Kami kehausan."
Akhirnya dua botol minuman tersebut sudah berpindah tangan, masing-masing ke Naruto dan Kiba. Peluh mengucur deras dari kepala mereka, membuat baju mereka setengah basah. Mengingat mereka habis main bola basket dengan teman-teman yang lain.
Dari cerita Sakura, kini, baik Naruto maupun Kiba sudah tahu kalau murid pindahan adalah seorang pemuda, bukan gadis seperti apa yang mereka harapkan.
Ah, ya sudahlah.
"Ngomong-ngomong," Kiba berceletuk, "Katamu Sakura, dia datang naik mobil? Berarti dia dari keluarga orang kaya."
"Mobilnya limousin?" timpal Naruto.
"Tentu saja bukan, bodoh!" Sakura memukul kepala Naruto.
"Sakit, Sakura! Kenapa memukulku!" Naruto memegang kepalanya yang berdenyut, "Aku bisa bodoh beneran kalau setiap hari kamu memukul kepalaku!"
Kiba menepuk bahu Naruto. "Jangan berpura-pura berlagak bodoh, kau itu memang bodoh," dengan ekspresi yang sok prihatin.
Sakura tertawa, disusul Kiba yang ikut tertawa, apalagi setelah melihat Naruto yang memanyunkan bibirnya tanda jengkel.
"Tapi serius," Sakura menyambung, "Dia mempesona. Ketika dia keluar dari mobilnya dan berjalan masuk ke sekolah, semua mata tertuju pada dia. Seolah-olah dia bukan makhluk Bumi saking tampannya."
Ya ampun, Sakura hiperbola.
"Apa segitunya?" Kata Naruto di sela-sela tegukan minumannya.
"Iya benar! Tidak hanya kami para perempuan. Kalian pasti tidak akan percaya kalau para cowok juga ikut memperhatikan murid pindahan itu." Sakura menopang dagu, bak detektif yang menyelidik. "Yah... Entah para cowok memperhatikan karena mereka iri akan ketampanan murid pindahan itu atau apa—tapi yang jelas dia mempesona."
Kalau saja mereka bertiga sekarang ada di layar anime, bisa dilihat dengan jelas kalau kedua pupil mata Sakura berubah menjadi simbol hati.
Yang dilihat oleh Kiba sekarang malah Sakura seperti akan meneteskan air liurnya setelah menceritakan murid pindahan itu.
Mau tak mau Naruto menjadi penasaran akan sosok tampan yang diceritakan Sakura.
"Kira-kira dia ditempatkan di kelas mana, ya? Ya Tuhan, aku harap dia ditempatkan di kelas kita!" Kembali Sakura histeris. Sementara Naruto dan Kiba hanya melengos. Naruto tidak begitu mempermasalahkan, tapi tidak dengan Kiba.
"Susah kalau dia benar-benar tampan seperti yang dibicarakan Sakura, bisa mampus aku. Bisa jadi siswi di sekolah kita habis oleh dia, dan aku tidak akan bisa punya pacar!" Kiba meremas kepalanya frustasi.
"Ingat Naruto, jangan sekali-kali kamu mengajak dia waktu kita karaoke, paham? Kalau siswi di sekolah kita habis oleh dia, setidaknya tolonglah temanmu ini dengan tidak mengajak dia ke karaoke, temanmu ini nanti tidak akan kebagian!"
Karaoke yang dimaksud Kiba di sini, tempat yang biasa Naruto, Kiba dan teman-teman lainnya bertemu dengan siswi dari sekolah lain.
"Iya, iya. Aku tahu."
Bel tanda masuk berbunyi. Tidak seperti suara bel yang tadi, suara bel yang ini tidak begitu disukai oleh Kiba, terlebih Naruto, dimana dia harus berkutat dengan buku pelajaran yang tak kira tebalnya dan rumus-rumus yang setelah ini harus Naruto hafalkan.
Karena setelah ini adalah pelajaran Matematika. Dengan Kurenai-sensei yang terkenal killer.
Naruto menghembuskan nafas panjang. Berjalan menuju kelasnya dengan langkah gontai. Menyusuri sepanjang koridor kelas yang ramai akan suara derap langkah penghuni sekolah yang berusaha berdesak-desakan memasuki kelas.
Naruto berhasil mendaratkan bokongnya di kursinya seraya menguap lebar, seolah-olah manusia bisa tersedot masuk saking lebar mulutnya terbuka. Rasa kantuk kembali menyerang. Entah karena terlalu capai usai bermain bola basket atau karena beberapa menit yang akan datang Naruto harus berhadapan dengan mata pelajaran yang tidak disukainya, yang membuat rasa malas datang dari antah berantah.
Suasana kelas mulanya riuh menjadi hening ketika Kurenai-sensei datang. Penghuni kelas berdiri memberi hormat. Kembali duduk di kursi masing-masing setelah Kurenai-sensei membalas salam. Pandangan kelas seketika teralihkan ke pintu masuk kelas saat Kurenai-sensei menyuruh seseorang untuk masuk.
"Silahkan masuk. Jangan lupa perkenalkan dirimu."
Kalimat singkat dari Kurenai-sensei sukses menyita perhatian seisi kelas. Seseorang yang dimaksud Kurenai-sensei akhirnya memasuki kelas. Sedari awal Kurenai-sensei memasuki kelas suasana sudah hening, tidak ada bedanya dengan suasana sekarang. Hanya saja, jika mereka—murid-murid yang ada di depan Kurenai-sensei—bisa melihat wajahnya masing-masing, mereka pasti akan menyangkal ekspresi wajah apa yang saat ini terpampang.
Singkat kata mereka terpengarah. Apalagi murid perempuan yang tampak menahan nafas saking terkejutnya.
"Perkenalkan. Nama saya Uchiha Sasuke. Asal dari Tokyo. Senang berkenalan dengan kalian."
Benar ternyata apa kata Sakura, murid pindahan itu mempesona. Sakura tidak hiperbola.
\(^.^\) (/^.^)/
Apa yang dijelaskan oleh Kurenai-sensei di depannya agaknya tidak ada gunanya. Masuk telinga kiri keluar telinga kanan. Dengan kata lain sama sekali tidak ada yang masuk ke dalam otaknya.
Mata sapphirenya refleks memperhatikan sosok penghuni baru yang tengah duduk di bangku nomor tiga dari depan, tepatnya di baris nomor tiga sebelah Naruto duduk.
Murid pindahan itu yang bernama Uchiha Sasuke. Dia bersurai hitam, memiliki sepasang kelereng onyx yang menghiasi wajah tampannya, berkulit putih cenderung ke pucat. Postur tubuhnya tinggi tegap. Kalau dibandingkan dengan tinggi badan Naruto, sepantaran lah.
Perhatian Naruto terusik oleh kehadiran sosok Uchiha Sasuke.
Terlihat dari belakang bentuk bahunya yang ideal, tidak terlalu lebar ataupun kecil. Tangan pucat itu menyisihkan poni depannya ke belakang telinga, memperlihatkan rahang tegas sang pemilik, berakhir dengan tumpuan ke sisi wajahnya. Jari-jarinya menyusup ke belakang tengkuknya yang tertutup oleh helaian hitam yang tak tahu kenapa malah terlihat—menggoda?
Ya Tuhan, apa ini? Dadanya berdesir halus.
Tatapan Naruto ke Sasuke diinterupsi oleh spidol yang melayang bebas menghantam kepala Naruto, sukses membuat si pemilik kepala mengaduh kesakitan. Penghuni kelas pun tertawa. Agaknya Naruto sama sekali tidak dengar ketika namanya dipanggil berulang kali oleh Kurenai-sensei untuk mengerjakan soal di papan.
Sebab, Naruto tengah sibuk memperhatikan bagian belakang tubuh Sasuke yang menggoda itu.
\(^.^\) (/^.^)/
"Hobimu apa, Sasuke?"
"Suka sandwich ini? Ini untukmu."
"Habis pulang sekolah ayo kita ke karaoke bersama!"
"Ya ampun Sasuke, kamu tampan sekali!"
"Sudah punya pacar?"
—dan pertanyaan-pertanyaan lain yang tidak sanggup ditangkap satu per satu oleh telinga Naruto saking banyak dan cepatnya pertanyaan-pertanyan itu terlontar. Belum ada sepuluh menit sejak bel tanda pulang sekolah berdering, kursi tempat Sasuke duduk sudah dikerumuni oleh siswi-siswi yang menghujani Sasuke dengan pertanyaan-pertanyaan.
Persis seperti wartawan yang tengah mewawancarai sang aktor tenar. Plus pandangan kagum.
Bahkan untuk bangkit dari kursinya saja Sasuke kesulitan.
Pemandangan ini membuat Naruto risih. Sungguh, apa cewek-cewek ini mau memakan Sasuke hidup-hidup?
"Ayolah, nona-nona cantik, biarkanlah Sasuke pulang dengan tenang. Kan masih ada besok. Kalian tidak lihat kalau Sasuke tidak nyaman dengan perlakuan kalian?"
Sepertinya perkataan Naruto ampuh. Perlahan gerumbulan kaum hawa itu memberikan ruang bagi Sasuke untuk berdiri dan berjalan meninggalkan kelas. Tidak lupa sebelum meninggalkan kelas, Sasuke mengarahkan pandangannya sekilas ke Naruto seraya mengangguk pelan dan memberikan senyuman, senyuman yang tipis, yang Naruto yakin hanya Naruto seorang yang menyadari senyuman itu. Pertanda rasa terima kasih Sasuke ke Naruto.
Melengganglah Sasuke dari kelas. Diiringi tatapan kecewa para kaum hawa itu.
"Apa-apaan kau Naruto?"
"Kau tidak asyik, Naruto."
"Mengganggu saja."
"Bilang saja kamu iri."
—dan umpatan-umpatan lain yang digencarkan mereka ke Naruto. Naruto melengos. Mana peduli Naruto dengan itu.
"Kenapa Tuhan tidak memberikan aku wajah tampan setampan wajah Sasuke?!"
Lagi—Kiba meremas kepalanya.
"Kamu lihat 'kan tadi, Naruto? Tanpa berbuat apa-apa, cewek-cewek sudah memadati Sasuke. Ini sungguh tidak adil!"
Belum habis umpatan teman-teman perempuannya reda, kini Naruto dipusingkan dengan pekikan Kiba tentang betapa tidak adilnya takdir yang menghantam dirinya. Membuatnya migrain saja.
\(^.^\) (/^.^)/
Lambat laun kelas perlahan kosong. Para murid berhamburan keluar dari sekolah. Sementara di kelas masih ada Naruto dan Kiba saja. Tidak segera meninggalkan sekolah seperti temannya yang lain. Alasannya, setelah ini mereka akan berlatih basket untuk mengikuti kejuaraan nasional.
"Kamu tidak lupa baju gantimu 'kan, Naruto?"
Naruto tidak bergeming. Masih dengan posisinya bertopang dagu memandang luar jendela.
"Hei—Naruto, kamu dengar tidak apa kataku?"
Tidak ada reaksi dari Naruto.
Naruto sibuk memperhatikan seseorang dari luar jendela. Sungguh, Naruto sama sekali tidak bermaksud untuk memperhatikan Sasuke. Sasuke yang saat ini tengah berjalan meninggalkan sekolah dengan menyampirkan tas di bahu nya. Hanya saja diantara ratusan murid yang keluar dari halaman depan sekolah, refleks Naruto memandang dia. Seakan auto fokus. Semua blur kecuali Sasuke seorang.
Kembali Naruto teringat akan senyum tipis yang sempat Sasuke perlihatkan padanya sebelum meninggalkan kelas.
Dadanya berdesir lagi. Perasaan aneh memenuhi dadanya. Dengan lancang mengacak degup jantungnya.
Kiba yang sudah menyerah memanggil Naruto yang sibuk berkutat dengan dunianya sendiri dan berniat meninggalkan Naruto, tiba-tiba mendelik kaget setelah mendengar pernyataan Naruto dengan posisi yang masih tidak berubah.
"Bukankah Sasuke itu rupawan?"
\(^.^\) \(^.^)/ (/^.^)/
To Be Continued
\(^.^\) \(^.^)/ (/^.^)/
(*) Car Door Guy Jin, ilustrasi di sini seperti itu di benak saya :D
A/N:
Saya kembali :D Syudah lama syekalee saya tidak nongol di FFN, hehe #plak
Pertama, saya sibuk dengan kuliah saya, apalagi menjelang lulus dengan segala tugas yang menumpuk. Kedua, saya terjerumus di lembah hitam dengan godaan manga-manga, movie-movie, dan series-series BL yang membuat saya terhanyut makin dalam sehingga melupakan FFN. Dan yang terakhir, saya sekarang mendedikasikan diri saya menjadi seorang ARMY, yang otomatis membuat saya hunting reality show, V-live dan apa saja yang berhubungan dengan tujuh cowok gantengnya Big Hit :D
Maka dari itu maafkan saya yang hina dina ini :'(
Berbagai pairing sudah saya kenal. Mulai dari AlexanderXHephaestion, AgronXNasir, AlecXMagnus, JungkookXV, dan lain-lain. Tapi entah kenapa saya gak dapat feel nya ketika menulis fic tentang pairing2 itu.
And then finally, kembali lah saya ke Naruto hehe.
Saya ucapkan terimakasih kepada teman-teman yang sudah menyempatkan diri membaca fic saya. Kritik dan saran dibuka dengan lebar selebar landasan bandara :D
Tengkyu veri mach, minna-san. Lop yu oll :*
