Hi! Kisah ini terjadi setelah ending dari novel The Death Cure. Aku entah kenapa sedikit heran kenapa Thomas bisa happy end sama Brenda. Karena itu, ada kejutan yang mungkin akan mengejutkan kalian.

Selamat menikmati.


CHAPTER 1

ooOoo

THOMAS kini bersama Brenda, menatap matahari yang terbit di pagi hari—tepatnya jam 7.00; terlihat di arloji anak lelaki itu.

"Sungguh indah, bukan begitu?" tanya Thomas.

"Iya, Thomas," Brenda menjawab sembari menempelkan kepala gadis itu ke pundak Thomas. "Sungguh—bahkan sangat—indah. Aku ingin selamanya seperti ini."

Thomas memandangi kepala—tepatnya rambut—gadis itu. "Bukankah kau sudah bilang bahwa semuanya telah selesai?"

"Ya—memang. Semuanya sudah selesai."

Thomas melingkarkan tangan kiri ke leher Brenda.

"HEI!" seseorang memanggil. "Ayo kita sarapan!"

Thomas dan Brenda menoleh ke arah asal suara itu.

"Baik, Minho," Thomas membalas.

ooOoo

Sandwitch dan pancake yang dibuat Frypan sangatlah enak. Memang tidak salah bahwa Frypan adalah salah satu koki yang bertugas memberi Manusia-Manusia-Kebal makanan. Bahkan, kini Frypan adalah guru yang bertugas untuk mengajari beberapa Manusia-Kebal untuk memasak makanan. Murid-Murid-Manusia-Kebal itu terdiri dari dua puluh orang yang sebagian berkelamin laki-laki dan perempuan, sebagian berumur muda dan hampir yang mendominasi dari mereka adalah yang berumur tua; sekitar dua puluh lima sampai tiga puluh lima tahun.

Thomas yang makan di Ruang Makan dan duduk diantara Brenda dan Minho entah kenapa merindukan Teresa, Chuck, dan Newt. Betapa pentingnya mereka bagi anak lelaki itu, seakan-akan dia merasa sendiri dari tempat Manusia-Manusia-Kebal makan bersama. Dia telah berjanji kepada Chuck bahwa Thomas akan menyelamatkannya dan keluar dari Maze bersama-sama, namun janji itu sia-sia belaka karena Chuck telah tewas ditembak Gally yang kini telah selesai memakan sarapan anak lelaki itu. Tapi, kini Thomas sudah memaafkan Gally. Thomas juga sudah menewaskan Newt dengan senjata yang seharusnya dia gunakan untuk melindungi dirinya. Teresa tewas karena reruntuhan. Rasanya ... Thomas ingin menangis mengingat mereka bertiga. Namun, dia tahu bahwa memikirkan mereka bertiga tidak akan mengubah situasi yang kini tenang dan damai tanpa masalah kembali. Mereka adalah sejarah. Sejarah yang menyedihkan, pikir Thomas.

Selesai makan, Thomas menginginkan untuk keluar dari Ruang Makan. Dia berada di depan pintu yang terbuat dari gabungan-gabungan kayu yang sudah disatukan. Membuka pintu, dia melhat sesuatu yang terlihat di kejauhan padang rumput itu. Refleks, Thomas berlari menghampiri apa yang dia lihat.

Berlari. Terus berlari.

Yang dia lihat kini jelas. Seseorang yang berjalan dengan sempoyongan.

Thomas semakin dekat dengan orang itu. Dia adalah seorang gadis.

Hanya beberapa meter saja, dia terkejut melihat orang itu.

Teresa. Itu Teresa!

Dia hidup! []