"Baiklah. Sebentar lagi kita akan langsung rehearsal!" ucap Director-nim.

Semua crew mulai bersiap diposisi masing-masing, begitu juga dengan ketujuh pria yang akan menjadi bintang diatas panggung itu.

"Dibagian setelah aku, kita harus melangkah dua kali lebih ke kanan." jelas salah seorang yang dikenal sebagai main dancer mereka, Jung Hoseok.

"Tapi kita jangan terlalu cepat, hyung." ujar seorang lainnya, "Bisa-bisa kita akan mendahului beatnya."

Hoseok hanya menganggukkan kepalanya pertanda setuju dengan wakilnya itu, Park Jimin.

Setelah briefing selesai, mereka pun memulai latihannya.

Dimulai dari sub-unit sampai solo stage mereka masing-masing.

Semuanya berjalan lancar, bahkan mereka masih sempat bercanda disela-sela latihannya.

"Coba hyung tirukan lagi." ucap sang maknae, Jeon Jungkook.

Pria muka bebelac badan L-men itu sejak tadi tidak berhenti menyuruh SUGA a.k.a Agust D alias Min Yoongi, untuk menirukan gaya Hoseok yang memperagakan tarian baru mereka.

Dengan kamera yang biasa ia pakai untuk membuat G.C.F itu, Jungkook merekam Yoongi yang sudah bergerak menari dengan gaya yang lucu.

Alhasil, mereka pun tertawa melihat kelakuan pria berkulit pucat itu. Karena ini adalah kejadian langka dari seorang rapper swag sepertinya.

Puas menjadikan Yoongi sebagai bahan lelucon mereka, ketujuh pria itupun menyudahinya dan beranjak dari sana untuk istirahat.

"Jimin-ah!" panggil seorang pria dengan suara baritone khas miliknya.

"Eoh?"

"Kau tidak ikut? Jin-hyung akan melakukan Eat Jin!"

"Ah, Tidak! Aku sedang melakukan sesuatu disini, kau duluan saja, Taehyung-ah!"

"Kau sedang apa?"

Jimin berbalik, menatap sahabatnya itu dari atas sana.

"Ada yang salah disini!"

"Oh iya, bisakah kau panggilkan director-nim?"

"Oke!" Taehyung membuat pola huruf O dengan jari ditangan kanannya.

Iapun bergegas mencari director-nim, meninggalkan Jimin sendirian di area panggung.

Ia tidak mengerti dengan sahabatnya yang satu itu.

Dari dulu, Jimin selalu memperhatikan setiap detail dari penampilan mereka. Apalagi masalah stage. Harus sempurna.

"Wah... Daebak." ucap Jimin saat melihat pemandangan seluruh penjuru dome dari atas.

Ia tidak pernah menyangka kalau mereka akan sampai ke titik ini.

Ini semua berkat kerja keras mereka dan juga dukungan para penggemar yang selalu setia berjalan beriringan bersama mereka.

Entah kenapa saat-saat seperti ini membuat pria kelahiran '95 itu jadi emosional.

Ia jadi membayangkan beberapa tahun kebelakang. Tahun-tahun dimana mereka masih menjadi rookie. Masih terus berjuang untuk mendapatkan lebih. Dan sekarang? Mereka pantas mendapatkan semua ini atas apa yang sudah mereka perjuangkan.

"Jimin-ssi?"

"Oh astaga!" Jimin terlonjak kaget karena tiba-tiba muncul seorang wanita yang datang entah darimana.

"Maaf," wanita itu sedikit membungkuk, "Director-nim memintaku untuk membantumu. Apa ada yang salah disini?" Ia mengedarkan pandangannya kepenjuru dome.

"Ah.. itu.."

Jimin melangkahkan kakinya menuju tiang yang akan menjadi tumpuan solo stagenya sang matnae, Kim Seokjin.

"Bisakah kalian memperbaikinya?" tanya Jimin, "Kurasa ini akan mengganggu kalau dibiarkan."

Wanita itu berjalan mendekat, ia memegang tiang itu dan merasakan kalau memang ada yang salah disana.

"Ah, ya kau benar." katanya, "Baiklah, aku akan memberitahu mereka segera. Apa ada lagi?"

Jimin nampak berpikir, ia mencoba untuk mengingat observasinya saat rehearsal tadi.

"Sepertinya tidak ada." katanya, "Itu saja. Terima kasih, ya noo—"

"Jangan panggil aku noona," ujar wanita itu, "Kita seumuran."

"Benarkah?"

Wanita itu mengangguk.

"Baiklah kalau begitu aku harus bergabung dengan mereka." Jimin pun beranjak pergi.

Daripada orang lain, harusnya kau lebih khawatirkan dirimu sendiri, Park Jimin-ssi.