Summary :naruto adalah seorang kutu buku dan tidak terlalu banyak memiliki teman tiba-tiba kehidupanya berubah drastis saat dia menemukan sebuah buku dan perkenalan dengan seorang gadis yang secara tak terduga...

Disclamer: semua tokoh di sini hanya milik paman Masashi khisimoto... saya Cuma pinjam...

What you want...

Suatu sabtu..

Tiada saat terindah yang lebih ibdah bagi Naruto kecuali saat bubaran sekolah hari sabtu. Keindahan itu bahkan melebihi rasa yang ia dapatkan pada kehadiran pelangi. Ya, walaupun sebenarnya pelangi juga adalah sesuatu yang ia sukai keindahannya. Bukankah semuanya adalah keindahan yang melalui proses penungguan yang cukup lama dan menegangkan? Sehingga, kehadiranya membuat ia terkesima dan akhirnya sensasi tertentu singgah dihatinya. Keindahan, pelangi, dan apalagi sekolah hari sabtu.

Seperti saat itu, ia merasakan kemeriahan yang luar biasa, bahkan tanpa sadar ia berucap "amazing!" ia selalu memperhatika bagaimana keindahan itu muncul dari kesenangan dirinya dan kecerahan wajah teman-temannya, atau tepatnya sahabat-sahabatnya. Rasa yang nyaman singgah dihatinya. Lalu taburan warna-warna ceria mengisi ruang imajinasinya. Tapi warna ceria itu bukan berasal dari bunga-bunga yang kebetualan nongkrong di depan sekolahnya.

Warna ceria itu seperti warna cat minyak ia sapukan di kanvas putih, yang kemudia membentuk sebuah tema kehidupan.

Dan keceriaan itu sangat ia nikmati.

"Elo, ngapain seneng ama hari sabtu? Lo kan ngga punya pacar, bahkan gebetan aja ngga punya," sapa sapa sasuke berbinar.

"iya sih," Naruto menjawab singkat.

"kenapa sih elo ngga mau punya pacar? Gue tawarin si shion elo geleng kepala. Gue tawarin si karin elo nyengir kuda. Udhlah, nar lo ngga usah minder. Masih banyak yang lebih jelek dari lo tapi ceweknya cantik... ha... ha... ha...!" kali ini gaara tertawa renyah.

"Iya, sih," Naruto masih menjawab dengan sederhana. Hanya senyumnya penuh makna.

Naruto memang sangat menikmati canda teman-temanya. Ia bahkan tidak akan sakit hati bila canda teman-temanya lebih parah dari itu, karena ia tahu mereka tak punya maksud lain selain bercanda. Jadi, Naruto sudah sangat mengenal bagaimana sahabat-sahabatnya satu per satu. Ia tahu bagaimana playboy-nya Sasuke. Ia tahu kesetiaan Gaara pada Matsuri yang imut itu. Ia pun hapal wajah Shikamaru saat bete atau ceria. Namun, mereka semua nggak tahu tentang dirnya.

"Udahlah, nar. Bagaimana malam ini elo main kerumah gue? Kitakan sama-sama jomblo, nih. Ngapain pusing-pusing? Kalo lo kerumah gue lo bisa hepi, man! Kita bisa main catur, kalo bosan, kita main-game, kalo bosen lagi kita bisa nonton film. Cap jempol itu. Ayo, man." Shikamaru kali ini ikut nimbrung.

"Iya, sih...,?" belum selesai kalimat Naruto, semuanya memotong.

"Iya, sih... iya sih, apa ngga ada kata-kata lain lagi? Elo tuh, harus belajar berkomunikasi dengan benar, nar. Elo Cuma ngeluarin kata yang itu-itu aja. Basi tau!" sasuke sewot.

"Ya, iya... sih."

"tuh, kan."

"ma...mak...sud gue... iya gue sepakat-sepakat aja sama elo elo pada, tapi ya gue ngga mau memaksain diri gue untuk jadi kaya elo elo semua. Ngapain gue berubah jadi bukan gue. Buat gue itu ngga asyik. Gue senang sama gue yang sekarang. Ya, gue adalah gue. Inilah gue." Ucap naruto panjang plus lebar.

"Gue... apa goa? Lo itu kaya goa, dalam, gelap dan sepi. Ihhh..., pasti banyak hantu dan kelelawarnya," gaara nyambung.

"Iya, nar, lo harus membuka diri. Jangan kayak gua atau goa yang tak pernah ada pengunjungnya itu. Itu menakutkan sekali. Eh... tapi,mungkin aja elo menyimpan rahasia lo pada kita-kita. Padahal lo, aaaaahh, naga-naganya sih... aire beriak tanda tak dalam, air tenang banyak buayanya! Hahahahahahahahaha...!" shikamaru nyerobot.

Itulah keceriaan sabtu siang, saat langkah kaki mereka meninggalkan kelas yang sumpek dan penuh bangku itu. Kelas yang pemandangannya hanya papan tulis, peta geografi, gambar para pahlawan *yang pastinya gambar author ngga termasuk di sana...*

bagi Naruto keberadaan kelas itu terasa sebagai sebuah sekat kehidupan. Sebuah pengotakan yang sangat jelas.

Sementara itu, sahabat-sahabatnya terus berbincang, perbincangan tak luput dari perhatianya, padahal dialah yang menjadi topik. Perbincangan itu bahkan telah seperti gaung suara lebah atau hiruk pikuk suara mesin-mesin mobil di sebuah perempatan. Naruto terus disibukan oleh segala-sesuatu yang berseliweran di hadapanya, Tepat di bagian bawah.pada sepatu siapa saja. Dan akhirnya...

"Aduh, maaf." Naruto menabrak seseorang. Cewek. Itu ia tahu dari sepatunya dan warna kaos kakinya, tapi Naruto masih tertunduk saat cewek itu memaki-maki.

"heh, lo taro di mana mata lo? Kalo jalan liat-liat dong! Masa orang segede gue ngga keliatan. Lagian ngapain lo nunduk terus. He... lo norak banget, ya. Heh... liat gue!" cewek itu membentak Naruto yang terus tunduk dan menebak-nebak bagaimana wajah si pemilik sepatu. Wajah si pemilik suata itu.

Kaos kaki pink bertabur bunga warna-warni, lalu sepasang kaki yang tak bisa disebutkan keindahannya, lalu lima senti dari atas lututnya rok abu-abu yang rapi lipatanya. Rok yang terawat dan tampak baru, lalu baju putih yang dikeluarkan, tepatnya baru saja dikeluarkan setelah sekolah usai. Hal itu terlihat dari sedikit kusutnya ujung baju itu. Kemudian semakin ke atas ia semakin tak kuasa mendeskripsikannya. Wajah itu. Si meg Ryan itu.

"heh... lo ngapain sih, memendang segitunya ke gue? Lo mau... lo... bla...bla...bla...," rentetan kata-kata dari emosi si meg ryan itu tiba-tiba terhenti saat Naruto justru cuek-cuek aja.

Gila! Apa tampang gue ngga membuatnya pingsan? Batin cewek itu.

"oh... oh... nggak-nggak... eh... iya... iya... sih, eh.. nggak , ding" Naruto yang gugup luar biasa, tapi ia segera memalingkann wajahnya dan pura-pura cuek.

"ya udah, lain kali kalo jalan kudu hati-hati. Coba kalo bukan gue, lo bisa di dampart ama orang!"

"emang lo siapa?" jawab naruto lempeng.

Gila!... apa cowok ini pura-pura ngga tahu atau memang kuper?

"heh... lo jangan main-main, pake pura-pura ngga tahu segala!" sergah Hinata.

"ka...lau elo tahu ngga siapa gue?" balas Naruto.

"ya... ngga, lah!"

"ya berarti sama aja, kan. Ngga ada yang istimewa di antara kita. Kenapa gue mesti tahu siapa elo?"

"tap..."

"tapi, gue mau bilang bahwa lo.. nnng.. cantik, menarik, gitu? Nnng... bagi gue sama aja tuh. Ngga ngaruh..." Naruto agak gugup, tapi ia telah menemukan dirinya lagi. Setidaknya ia jujur dengan apa yang ada di pikiranya.

Apa dia bilang? Busyet... beraninya, nih, cowok! Hinata hanya bisa membatin.

"ya udah, maafin gue suer, gue ngga sengaja," kata Naruto yang siap berlalu.

"eh, nama lo siapa?" akhirnya hinata yang penasaran dengan sikap Naruto "(ceritanya mereka belum saling mengenal, jadi agar mudah saya langsung menyebut nama mereka langsung)"

"emang perlu lo tahu nama gue?"seru Naruto seraya pergi.

"aku Hinata hyuuga, kelas 2-4...eloo..?" hinata setengah berteriak karena Naruto sudah berjalan agak jauh.

"Namikaze naruto... 2-1," jawab Naruto dengan tergesa.

sebenarnya Naruto tahu siapa cewek yang baru saja ia tinggalkan, tapi ia ngga mau terlibat lebih jauh dengan seseorang, apalagi setaraf Hinata, bisa-bisa ia kehilangan kebebasanya. Seperti kata Shikamaru "merepotkan". Siapa yang tidak kenal dengan cewek terfavorite di SMU konoha. Cewek cantik, kaya, kreatif, dan pintar. Pokonya segalanya.

"kok, gue ngga tahu, sih? Elo emang ngga gaul, ya?

Gue Cuma kenal gaara, si teme sasuke, dan si ngntukan shikamaru," hinata masih setengah berteriak. Naruto menghentikan langkahnya setelah gabung dengan teman-temannya. Hinata ikut mendekat ke kelompok itu.

"Ya, it u sahabat-sahabat gue. Ini mereka." Naruto kemudian memperkenalkan teman-temannya satu per satu.

Mereka seperti sedang melihat pemandangan super. Menganga, atau tepatnya ternganga-nganga. Mungkin kalau ada lalat-lalat iseng masuk ke dalam mulut, mereka pun akan membiarkan lalat itu menghuni tenggorokan mereka. Kecuali Shikamaru karena ia sedang ada di dalam mimpinya.

"hey, ngapain kalian benggong?" Naruto menyadarkan "keterngangaan" mereka yang berlangsung sekitar 30 detik itu. Mereka tersadar oleh suara Naruto yang mencoba menyadarkan mereka, dan seketika wajah mereka merona.

"eh... Hinata-chan... helloooo." Hampir bersamaan mereka menyapa. Wajah mereka seperti wajah laki-laki mata keranjang yang sudah sekian tahun tak melihat keindahan perempuan.

"hellooo, juga," jawab Hinata dengan sedikit menyunggingkan senyum.

Sahabat-sahabat Naruto berkelojotan seperti sekarat. Pasalnya, mereka seperti bermimpi disapa oleh cewek yang tak tersentuh itu. Cewek menara gading. Cewek utipia bagi mereka, karena dari awal mereka sudah sadar posisi. Dan yang paling penting, Hinata di jemput sama cowok keren yang hobinya nyetir jaguer. Siapa yang ngga minder, lah?

"kok bisa sih ngobrol sama si Naruto?" hampir bersamaan juga mereka bertanya seperti ngga percaya. Dan baru saja mereka sekilas melihat binar mata Hinata saat memandang Naruto.

"Iya, nih. Temen lo yang norak ini nabrak gue. Bisa... kayak di sinetron-sinetron itu. Mungkin ingin kenalan kali, ya," jelas hinata.

"eh, nggak-enggak... gue lagi konsentrasi, tadi,"Naruto tergagap.

"konsentrasi? Kalo lu konsentrasi, yang jelas nggak akan nabrak gue lah. Ngaku aja lo sengaja, kan?" Ucap hinata.

"nggak... nggak..." Naruto nggak bisa menjelaskan. Lagian, dia pikir, Hinata nggak bisa menerima alasan yang aneh itu. Apalagi teman-temannya.

"ya, udah... dahhh. Daaah semua." Hinata pergi tapi di menyimpan senyum di mata Naruto, dan semua sahabat Naruto tahu.

Mereka ramai membicarakan kejadian tadi. Naruto nampa jadi bulan-bulanan. Pada langkah dekat gerbang itulah sesuatu tiba-tiba jatuh di kepala pirang Naruto.

"aduh... siapa yang nimpuk gue?" gumman Naruto. Namun, suara itu tak terdengar oleh teman-temannya yang seperti biasa selalu beberapa langkah lebih dibanding Naruto.

Bersambung...

Leader666 : bagi para reads, yang udah baca tolong "ummm... Reviewnya ya...!