Story By: Rue Arclight Sawatari.

Disclaimer: Kazuki Takahashi & Naohito Miyoshi.

Rate: T

Warning: OOC, Sho-ai, AU, Typo, some mistakes EYD.

Pair: Counterpart.

Main Chara: Yuuto & Yuuya.

A/N: Fans Yuuto, silahkan tendang saya jika bisa mencapai ...

xXx

Kenyataan = Menyebalkan

xXx

.

.

.


Banyak yang bilang, kenyataan itu menyakitkan. Ya, itu benar. Di saat kita terbuai dalam euphoria semu, kita merasakan rasa senang yang teramat sangat. Namun, saat kita mengetahui kenyataannya, seringkali kita akan meneteskan butiran mutiara bening. Itu bukanlah hal yang jarang terjadi, siapapun tahu dan mengalaminya.

Termasuk padaku, walaupun ... menurutku ini lebih tepat disebut menjengkelkan ketimbang menyakitkan. Telingaku memerah berkali-kali saat mengetahui kebenaran ini ..., dan, yang paling menjengkelkan, AKU HARUS TERPERANGKAP SELAMA TIGA HARI DI SITUASI YANG MENJENGKELKAN INI!

"... Future Fighter ..."

Aku menoleh, terlihat dalam pandanganku, sosok seorang pemuda yang kurang lebih seumuranku yang kini tengah asyik mengetikkan sesuatu pada keyboard. Sesekali, ia berhenti dan menonton sesuatu pada monitor Laptop di hadapannya. Sebuat headphone terpasang di telinganya, menyambung pada Laptop-nya. Heran, sudah empat jam dia berada dalam posisi itu, apa tidak capek?

Dia melirik ke arahku, saat itu juga langsung dialihkan arah pandangannya kembali ke layar monitor. Kurasa dia sekedar memastikan bahwa aku masih berasa di sini. Ck, ada tamu, tapi malah dicuekin. Dasar sial!

Ups, maaf. Aku lupa memperkenalkan diri, namaku Yuuya Sakaki, umurku 16 tahun, siswa You Show High School di Maiami City. Saat ini, aku berada di Heartland City karena suatu hal.

Kejadiannya berawal dari percakapan di Internet. Yuzu, teman sekelasku sekaligus teman masa kecilku, memperkenalkan salah satu teman chatting-nya padaku. Sejujurnya, aku sudah biasa. Maksudku, Yuzu sering memperkenalkan teman chatting-nya padaku. Walau jarang kupedulikan, aku tak terlalu suka dengan percakapan yang sering orang lakukan di Internet. Walau aku punya account pada salah satu situs, aku hanya menggunakannya jika dipaksa Yuzu.

Namun, untuk kali ini berbeda. Yuzu bilang bahwa wajah teman chatting-nya tak pernah muncul di semua account miliknya. Bahkan di situs lain, tak ada wajahnya. Ya, aku tahu, jika wajahnya tak terlihat, pastilah dia ini mencurigakan. Bahkan menurutku hanya nama samarannya saja yang diketahui, Kuro no Duelist. Anehnya, dia membeberkan semua informasi pribadinya, kecuali alamatnya. Terbukti dari ungkapan beberapa orang yang pernah bertemu dengannya, tapi mereka tak memiliki fotonya, lebih tepatnya, tak berhasil mendapatkannya.

Inilah daya tariknya, banyak yang penasaran akan hal itu. Hal yang sama terjadi padaku. Lagipula, kurasa dia bisa menghilangkan kebosananku. Meskipun sekarang ..., aku menyesalinya ...

Dari pengungkapan beberapa orang yang pernah bertemu dengannya, nyaris semuanya mengaku tidak ingin lagi berteman ataupun mengingat Kuro no Duelist. Kalaupun ditanya kenapa, mereka hanya menyuruh untuk menemuinya sendiri. Seolah-olah menginginkan orang lain merasakan apa yang terjadi pada mereka saat bertemu dengannya.

Itulah faktor yang membuatku penasaran ..., aku mulai mencari informasi tentangnya.

Salah satu teman Yuzu, Masumi, dia pernah mendapatkan alamat Kuro no Duelist. Beberapa waktu setelahnya, Kuro no Duelist menyangkal itu bukan alamatnya. Tentu ada yang mengira bahwa ia hanya mencoba mengelak karena takut identitas dan wajah aslinya diketahui. Namun, saat didatangi, hanya ada rumah kosong. Siapa yang salah? Entahlah ...

Aku mencoba berteman dengannya, mendekatinya, mengorek banyak informasi darinya. Dari namanya, kukira dia tipe orang yang kalem atau kasar. Ternyata ..., dia humoris dan PENGGOMBAL TINGKAT DEWA yang seringkali membuatku ingin melemparkan kursi besi padanya ...

Sadar tidak kalau aku ini pria?! Cih, bahkan ia terlalu pintar untuk disalahkan ...

Jika Tuhan mengizinkan, aku ingin menonjok wajahnya, walau hanya di alam mimpi. Cih, pantas list friend-nya sedikit, dia terlalu menyebalkan untuk di-add. Pastilah banyak yang menyesal karena telah berteman dengannya. Begitu pula aku!

Setelah tepat satu bulan berlalu, di saat aku nyaris menghilangkan namanya dari list friend-ku. Dia, Kuro-kuso no Duelist, mendadak mengumumkan bahwa ada cara lain untuk melihat wajahnya.

Tentu ini membuatku heran, kenapa mendadak dia malah membeberkan wajah aslinya? Dan ..., sekali lagi kukatakan ...

Dia sangat menyebalkan.

Bagaimana tidak? Dengan seenak JIDATNYA, dia mengatakan dan memperlihatkan kalimat yang membuatku ingin membunuhnya ...!

'Lihatlah foto Yuuya Sakaki, wajahnya mirip denganku.'

ARGH! TIDAK BISAKAH TAKARAN MENYEBALKANNYA ITU DIKURANGI?! CIH! DIA MEMBUATKU GILA KARENA KALIMAT ITU!

Ya ..., gara-gara kalimat itu, aku mulai dipusingkan dengan banyaknya E-mail, list notif friend, hingga ada orang yang tidak kukenal mendadak menanyakan tentang Kuro-kuso padaku. Berlangsung berhari-hari pula! Seterkenal apa, sih, dia?

Tepat seminggu setelahnya, aku mendapatkan E-mail berisikan sebuah alamat dari seseorang. Sebelumnya aku mengira itu hanya E-mail iseng, sampai aku menyadari adanya inisial KnD.

Kuro no Duelist.

Itulah alasan kenapa sekarang aku berada di sini, ya, di kamar apartemen miliknya yang lebih tepat disebut TEMPAT SAMPAH!

Haha ..., sungguh menjengkelkan sekali ...

Sampah bekas snack dan minuman berserakan, bahkan masih ada sisa-sisa di lantai. Pakaian bekas pakai dan yang habis dijemur bertebaran di dekat kasur, sejujurnya aku tak tahu sudah berapa lama dibiarkan. Bau menyengat campuran pengharum ruangan dan sampah menyatu, bau yang tidak enak sama sekali.

Lalu, sang empunya, dengan santainya duduk di kasur dan memainkan Laptop-nya. Bahkan ia tak perlu meja lagi untuk menaruh Laptop. Sekeliling matanya menghitam, wajahnya suntuk, rambutnya teracak tak beraturan. Hanya menggunakan kemeja simple dan celana pendek selutut, ah, ia juga menggunakan bando berwarna hitam, mungkin untuk menghalangi rambutnya yang mengganggu.

Yang membuatku kesal, KENAPA AKU DAN DIA BAGAI PINANG DIBELAH DUA?!

Pantas dia bilang wajahnya mirip denganku, yang membedakan hanya warna rambutnya saja yang berwarna hitam dan poninya berwarna indigo. Ah, kedua matanya juga berwarna hitam onyx. Uh ..., aku tak tahu bagaimana aku bisa menyalahkannya ...

"Tak kusangka kau benar-benar kemari ...," dia berucap seraya melirik ke arahku.

Aku meremas ujung lengan jaketku, memaksakan diri untuk tersenyum. Walau bagaimanapun, aku adalah tamu di sini, 'kan?

"Ya ..., kebetulan aku diajak temanku berlibur ke villa keluarganya ..., dan kebetulan alamatmu dekat dengan villa-nya ... Sialnya, aku lupa meminta tumpangan kembali ke rumah. Jadilah sekarang aku terdampar di sini selama ... tiga hari." balasku perlahan, sedikit mendesis menahan kekesalan.

"Hee ...," gumamnya sebelum kembali mengalihkan pandangannya pada layar Laptop.

Ukh! Ada tamu di kamarmu! Pernah dengar istilah 'Tamu adalah Raja' atau tidak, sih?! Setidaknya rapikan tempat ini atau sediakan jamuan untuk tamu di kamarmu ini!

Nyaris saja aku berharap dia bisa membaca pikiranku. Kenyataannya, dia justru mengambil sebotol cola kemasan yang baru, membukanya, dan meminumnya tanpa menawarkannya padaku. Ck, bukannya aku berharap ia akan membaginya, TAPI TOLONG BERSIKAPLAH SOPAN PADA TAMU KAU INI!

"Kau ini benar-benar tidak memiliki sopan santun, ya ...?" tanyaku seraya meremas ujung lengan bajuku, kadar kekesalanku sepertinya sudah di ambang batas.

"Sudah tahu, kenapa bertanya?" sahutnya santai.

BUK!

Melayanglah bantal ke wajahnya, habis sudah kesabaranku.

"Auuh~~ sakit tahu," protesnya seraya menutup Laptop-nya dan menaruhnya di lantai. Tak lupa ia menyingkirkan bantal yang tadi kulempar.

Aku menyeringai, "Sakit? Heh~ lemah sekali kau," cibirku.

"Lantas? Ada UUD yang bilang kalau manusia tak boleh lemah?" cetusnya kalem sembari merebahkan diri. Eh! Anak ini! Malah tiduran!

"Gah! Kau ini! Jangan seenaknya tiduran saat ada tamu di kamarmu!" omelku sambil mengarahkan jari telunjukku padanya.

Dia melirik ke arahku, "Tomat, kau ini berisik sekali, ya," komentarnya.

Hah? Apa dia bilang ...?

"AKU BUKAN TOMAT!" tudingku kasar padanya.

"Hee ..."

"Oi! Dengarkan!"

"Daritadi aku dengar, kok ..."

"Dengar apanya?! Kalau dengar, mestinya ka—"

Bruk!

Aku tersentak kaget, mendadak saja ia bangun, menarik tanganku, dan merebahkanku di kasurnya. Kabar buruknya, kini dia seenaknya menindihku.

"Hoi, hoi. Kau ini benar-benar tidak bisa diam, ya," tuturnya seraya bertopang dagu, namun masih menindihku. Aku mengerjap-ngerjap, masih mencoba untuk merespon.

"Kenapa diam? Mau dicium layaknya di Shoujo Manga, ya?"

Duak!

Tepat saat ucapannya selesai, punggungnya mencium dinding.

"KONO! HENTAI-YAROU! APA YANG KAU LAKUKAN?!"

"Auuh~~ sakit~"

Dia kembali mengaduh sakit, tangan kanannya mengelus punggungnya. Sementara aku, masih menudingnya dengan tatapan kesal.

"Heh ..., daritadi kau tak mau diam. Berapa banyak staminamu, sih?" keluhnya. Hoi, hoi, dia ini benar-benar hobi memancing amarah orang, ya?

"Sepertinya kau memang harus diberi pelajaran, ya ..." Aku menarik napas, lalu meniup kepalan tanganku.

"Ck. Sopan sedikit pada yang lebih tua," tegurnya.

Hah? Tua? Aku mengernyit

"Aku lebih tua dua tahun darimu, tahu. Dasar ...," sambungnya.

Dua tahun? Yang benar saja, masa iya umurnya sudah 18 tahun?

"Kau? 18 tahun?" tanyaku tak percaya. Dia menjawab dengan anggukan sambil menguap.

"Yaa~ itu kenyataannya. Memang daritadi kau tidak sadar aku lebih tua?"

"Hoo ..." Perempatan muncul kembali di keningku. "Lantas ..., kenapa kau tak bersikap baik untuk mencontohkannya pada yang lebih muda darimu?" tanyaku, berniat menyindirnya.

"Malas. Toh, tanpa harus kucontohkan juga kau tentu tahu yang mana yang baik. Kau bukan anak SD, 'kan?" tolaknya kalem.

Twitch!

"Ho ..., ho ... Kau ini malah membantah, ya ..." Sekali lagi aku meniup kepalan tanganku.

"Jika iya, kenapa? Ada masalah?"

BUK!

"Aw~ bisa tidak berhenti melempar bantal padaku?"

Aku tersenyum jengkel dengan mata tertutup sambil bersidekap, "Sampai kau berkata sopan," balasku ketus.

"Hmp. Selamanya tak akan berhasil," cibirnya spontan.

TWITCH!

"HAH?! KAU MEREMEHKANKU?!" Bagus, aku sampai membentak kasar padanya.

Ia tersenyum sinis, "Kuulangi, jika iya, kenapa?"

"HEH! BRING IT ON! AKAN KUBUAT KAU MENARIK UCAPANMU!" Aku kembali menudingnya sebal.

"Masa iya? Aku tak percaya." Ia mengangkat bahu tanpa menghilangkan senyumannya.

"Heh! Akan kubuktikan!" ucapku mantap, yakin pada ucapanku sendiri.

"Buktikan itu, Yuuya Sakaki."

Klik!

Eh?

Aku mengerjap saat ia mengangkat tangannya, terdapat sebuah alat perekam di tangannya. Tunggu! Jangan-jangan ...!

"Akan segera ku-upload. Kita lihat, Yuuya Sakaki. Apa kau benar-benar akan menepati ucapanmu? Saksi, semua teman chatting-mu. Kau tak ingin nantinya mendapat cibiran karena ternyata ucapanmu tadi hanya bualan semata, 'kan?"

Yang kuingat selain teriakanku saat itu, hanyalah senyuman liciknya ...

... yang sangat menyebalkan.

xXx

TBC

xXx


A/N: Berhubung akan memasuki bulan puasa, ini fic MC yang saya publish sebelum pulkam. Kelanjutannya, saya publish sehabis pulkam, ya.