Kinonymous Proudly Present
[Admirer]
:..:
Jimin diam-diam menaruh pandangannya pada lelaki yang duduk disampingnya –melirik dari ujung matanya. Berlembar-lembar soal dihadapannya tidak diindahkannya. Sudah sebulan ini perhatiannya sudah terbagi (Ia berencana untuk fokus pada kelas tambahannya). Semenjak ia tak sengaja bertemu dengan lelaki yang kini duduk disebelahnya, ia sudah tak bisa fokus pada kelasnya lagi.
Sejak sebulan yang lalu, saat Seokjin (Senior yang kebetulan merangkap sebagai tetangganya) mengajaknya untuk sekedar hang out bersama teman-teman dari pacarnya, si nyentrik berambut mint (Si jenius musik Kim Namjoon). Disana awal mula ia bertemu dengan sang pujaan. Tak banyak yang dapat ingat memang, karena sepanjang ingatannya bisa mengingat ia bahkan tidak mempunyai history percakapan dengan sang pujaan.
Katakan Jimin tidak waras, karena dengan hanya lirikan dari ujung mata saja sudah membuat dadanya berdebar-debar lebay. Malam itu ia habiskan dengan berguling-guling dikasur empuknya.
Well, entah sebuah keberuntungan atau sebuah kesialan, ia dipertemukan dengan sang pujaan keesokan harinya dikelas tambahannya. Rezeki emang gak kemana. Ia seperti mendapat undian sebesar seluruh saham SME, rasanya luar biasa. Jadi begini rasanya jatuh cinta?
Sayangnya, mungkin keberuntungan belum sepenuhnya berpihak pada Jimin karna ya, hingga saat ini mereka bahkan belum bertegur sapa. Jimin berpikir orang itu bahkan tidak mengingatnya sama sekali, malang sekali nasibmu Jim.
Mereka memang sempat beberapa kali bertemu pandang, tapi secepat ia memandang secepat itu juga Jimin mengalihkan pandangannya. Sedetik mereka berpandangan, dada Jimin sudah seperti terkena serangan bom atom, dagdigdugser.
Hari ini adalah hari terakhir kelas tambahan, berarti juga hari terakhir ia sekelas dengan sang pujaan. Tidak ada pelajaran karena hari ini hanya ada tes evaluasi. Jimin cepat-cepat duduk disebelah lelaki itu ketika ia melihat kursi disebelahnya masih kosong. Hitung-hitung ia bisa modus melirik sedikit nantinya.
Sebenarnya Seokjin sudah berniat membantu Jimin untuk berkenalan atau setidaknya bertemu kembali dengan sang pujaan, namun Jimin menolak. Jodoh tak kemana, ujarnya. Klise.
Berlembar-lembar soal sudah tersaji didepan matanya. Ia menghela napas, memutuskan untuk sejenak fokus pada soal dihadapannya. Matanya memang terlihat fokus pada soal-soal itu, tetapi nyatanya pikirannya tak sejalan dengan matanya. oleh karna itu, sesekali ia terlihat melirik dengan hati-hati pemuda disebelahnya. Setiap pergerakan yang dilakukan pemuda itu mengundang lirikan dari Jimin.
Lembaran soal dihadapannya tak lagi dipedulikannya. Ia benar-benar seperti penguntit sekarang. Waktu untuk mengerjakaan soal itu sudah berakhir. Pemuda yang asik dilirik oleh Jimin terlihat bersiap untuk keluar dari ruangan itu.
Inilah akhirnya. Batin Jimin ngenes. Ia memasukkan semua barangnya dengan lemas. Tak ada gairah hidup. Ia menyampirkan tas dipunggungnnya tak niat, yang penting nempel. Kakinya ia gunakan untuk berjalan dengan lunglai disertai bahu yang terturun. Ck, tak ada gairah hidup sekali Park.
Sampai digerbang sekolah, tangannya tiba-tiba saja dicekal oleh seseorang. Ia seketika ingin mengumpati seseorang yang sedang mengganggu aktifitas menyesali kisah percintaannya. Segala sumpah serapahnya harus kembali tertelan kedasar tubuhnya ketika melihat siapa pelaku pencekalan itu.
"Umm. Jimin-ssi, ayo kita berkencan!"
Ya. Tentu saja iya, Jeon Jungkook.
:..:
[Ki's Note]
[1] Well cerita ini terinspirasi dari pengalaman pribadi. Tentunya gak semua yak. But I know, my life is such fanfic-able.
[2] Dibuat dalam waktu sesingkat-singkatnya. Jadi kalo ada typo tolong dimaafkan.
[3] Buat seminggu kedepan sepertinya aku gak bisa updet FF aku yang satunya, jadi mohon bersabar ^^
[4] Well thanks for everybody, yang udah menyempatkan waktunya untuk review ff aku. Love you muah.
27 Mei 2016
XOXO
