FALL ONCE AGAIN
Disclaimer: Mr. Masashi Kishimoto
Ide : originally made by my me.
Rated : T
Warning : typo,gaje,dan lain sebagainya.
.
.
.
Suka adalah hal yang wajar. Jatuh cinta merupakan peristiwa yang istimewa. Cinta bisa saja datang karena terbiasa, seperti itulah kata orang. Akankah Hinata membuktikan bahwa kata pepatah itu benar? DLDR.^^ don't judge the story just based on 1st chapter.
CHAPTER 1
Hinata Hyuga, bersekolah di Konoha Senior High School, berada dalam kelas 2-4, berusia 16 tahun, merupakan type orang yang agak pendiam, terkadang suka menyendiri, pintar, manis, baik, dan dia memiliki paras menawan. Memiliki satu adik, yaitu Hanabi Hyuga, dan seorang sepupu, Neji Hyuga.
Jatuh cinta adalah hal yang aneh baginya, dan ia sangat tidak ingin untuk jatuh cinta. Tapi cinta bisa datang dimanapun, kapanpun, dan dengan siapapun. Cinta adalah hal yang indah,tetapi jatuh cinta adalah hal yang menyakitkan sekaligus menyenangkan. Siapa sangka ia akan jatuh cinta dengan orang yang bahkan tidak ingin ia lihat pada awalnya, namun sangat ia rindukan pada akhirnya?
Senin, yap hari ini adalah hari senin, hari yang benar-benar menyebalkan bagiku, bisa dibilang menyebalkan karena aku harus pergi sekolah setelah libur. Tapi inilah rutinitasku tiap hari, minggu, bulan, bahkan tahun. Datang kesekolah adalah hal yang menyenangkan bagi beberapa orang, tetapi bagi orang lainnya, ini adalah hal yang menyebalkan, bayangkan saja, mereka senang pergi kesekolah karena ingin bertemu dengan pacarnya masing-masing. Sementara aku? Hanya akan bertemu pelajaran yang membuatku sedikit pusing, seandainya saja aku bisa seperti mereka, tapi siapa yang mau menyukai orang aneh sepertiku? Kurasa jika ada yang menyukaiku, orang itu sudah kehilangan akalnya.
Ah sudahlah aku tak peduli dengan itu semua, tapi bagaimana jika aku bercerita sedikit? Aku pernah menyukai seseorang, dan ketika dia meninggalkanku, itu benar-benar menyakitkan, kata orang perasaan cinta itu lebih mendalam daripada perasaan suka, hal inilah yang membuatku takut untuk menyukai orang, aku takut jika aku akan mencintainya. Tak terbayangkan lagi bagaimana hancurnya hatiku nanti. But, I don't know what life could bring. Sudahlah hanya ini saja yang dapat aku ceritakan, selebihnya kalian bisa menyaksikan bagaimana dan sejauh apa takdir bisa membawaku.
.
.
"Hinata, ayo cepat, sebentar lagi bel akan berbunyi, percepat sedikit gerakan! Aku tak mau kau terlambat dan dihukum!" kata Neji khawatir. "Iya baik nii-san, aku juga sudah berusaha secepat mungkin untuk menyelesaikan ini semua." Balas Hinata terburu-buru. 5 menit kemudian Hinata baru selesai mengerjakan pekerjaannya dan akhirnya berangkat diantar oleh kakaknya, Neji.
"Kau ini memang orang yang lambat, dasar wanita, benar-benar membingungkan."
"Maafkan aku Neji nii-san, aku tak bermaksud untuk bergerak lambat, aku juga tidak mau terlambat, namun aku juga tak mau dihukum karena tidak menyelesaikan tugas ini, hari Senin adalah hari yang memang agak sial bagiku!" Hinata benar-benar kesal.
"Sudah sampai, cepat turun, dan hati-hatilah" Neji melirik adiknya. "Cepat sekali! Kau memang bisa diandalkan nii-san! Aku mencintaimu nii-san! Jaa ne! Nanti tak usah menjemput ku!" Hinata langsung berlari menuju pintu gerbang, dia sudah benar-benar terlambat, ia melihat jam tangannya dan waktu nya tinggal 1 menit lagi sebelum bel, Hinata mempercepat langkahnya, namun dari arah berlawanan, orang lain berlari juga untuk mencapai gerbang sekolah, ia nampak tak kalah khawatir sama seperti Hinata.
Hinata hampir melangkahkan kakinya menuju gerbang, tapi orang tadi itu memotong jalan Hinata, dan badannya menyenggol Hinata, ia berhasil masuk kedalam sekolah, bertepatan dengan itu, bel berbunyi, sementara Hinata masih terduduk dilantai karena badan orang tadi menyenggolnya hingga terjatuh, buku yang ia bawa ditangan berserakan di depan gerbang, gerbangnya juga sudah tertutup, ingin rasanya Hinata menangis melihat keadaannya yang benar-benar sial ini. Orang tadi yang menabrak Hinata lari begitu saja, dan hanya melihat kebelakang sebentar untuk memastikan apa yang terjadi, lalu lanjut berlari lagi. Mata Hinata tak berhenti mengikuti arah lari orang sialan yang sudah menyenggolnya tadi.
"Oh Kami-sama berbuat jahat apa aku semalam hingga kau menghukumku seperti ini. Orang tidak tahu diri itu, ah! Karena dia aku jadi berada diluar gerbang ini! Seharusnya aku yang berlari menuju kelas, bukan dia! Dia benar-benar tak tahu diri! Aku membencinya!" ujar Hinata dalam hati, ia sangat kesal kepada orang itu.
Hinata pun berdiri dan membersihkan rok nya yang menjadi agak kotor, ia mengambili bukunya, ia memohon kepada penjaga gerbang agar membukakan gerbangnya, ia menjelaskan bahwa ini bukan salah nya, seharusnya ia sudah masuk tepat sebelum bel tadi, tapi karena orang tidak tahu diri itu, Hinata jadi terlambat, namun penjaga gerbang itu tak mau menerima alasan apapun.
"Ini adalah resiko bangun telat, yang menyebabkan kau lama untuk berangkat sekolah, seharusnya kau bisa mengatur waktu mu, dasar perempuan, benar-benar membingungkan" penjaga gerbang itu membalas perkataan Hinata dengan sinis.
"Dia.. anak itu.. ah! Dia seperti membawa kesialan bagiku. Kami-sama tolong jangan pernah biarkan aku berurusan dengannya lagi, aku mohon sekali, sudah cukup pagi ini dihancurkan olehnya." Batin Hinata.
Setelah banyak anak terlambat terkumpul, gerbang pun dibuka, mereka diarahkan menuju ruang BP. Dan bertambah rumitlah urusan Hinata.
Setelah keluar dari ruangan itu, Hinata langsung berlari menaiki tangga menuju kelasnya, untuk mengejar pelajaran musik. Ia sangat menyesal karena terlambat, karena terlambat ia harus ketinggalan 2jam pelajaran musik yang sangat disukainya. Hinata mengetuk pintu kelasnya, syukur sekali guru pelajaran ini sangat baik sehingga membiarkan Hinata masuk dan duduk begitu saja. Hinata segera membuka buku dan mengikuti pelajaran itu.
Bel tanda istirahat berbunyi. Mendengar bel ini bagaikan mendengerkan musik yang begitu indah bagi Hinata, bel inilah yang ditunggu-tunggu Hinata daritadi, ia ingin pergi ke kantin dan mengisi perutnya yang lapar setelah berlari-lari pagi tadi. Ia bergegas mengajak teman-temannya untuk ke kantin. Sampai di kantin, Hinata langsung memesan makanan favoritnya, yaitu ramen. Hinata sangat menikmati ramen itu. Setelah ia dan teman-temannya kenyang dan puas mereka pun kembali ke kelas, tapi mereka kembali ke kelas dengan rute yang berbeda dari rute mereka pergi tadi, mereka mengambil rute melewati lapangan basket karena salah satu teman Hinata mendadak ingin pergi ke toilet, namun ada satu masalah yaitu lapangan basket sedang dipakai oleh para senpai.
Mereka terlihat sangat bersemangat bermain basket, Hinata dan teman-temannya terpaksa melewati pinggir lapangan basket tersebut. Tanpa Hinata sadari, orang yang tadi pagi menyenggol Hinata bermain basket juga, Hinata pun dengan santai melewati pinggir lapangan. Tapi, lagi-lagi kejadian tadi pagi terulang kembali, bola basketnya hampir keluar lapangan, orang tak tahu diri itu mengejarnya dengan semangat tanpa memperdulikan sekitarnya.
"Naruto, hati-hati didepanmu!" kata temannya.
Ya, namanya adalah Naruto, lebih jelasnya, Naruto Uzumaki, kelas 3-2, dan ya bisa ditebak bahwa yang sedang bermain dilapangan sekarang adalah teman-temannya. Kembali ke kejadian tadi, Naruto bahkan tak mendengarkan apa yang temannya katakan. Ia hanya fokus pada bola basket tersebut, Hinata juga sedang melihat kedepan tanpa peduli apa yang terjadi disampingnya, hingga pada akhirnya mereka bertabrakan lagi. Kali ini keduanya jatuh, bola basketnya pergi entah kemana. Hinata sangat terkejut, begitu juga dengan Naruto, teman-teman Naruto dan Hinata.
Inikah yang namanya takdir untuk dipertemukan kembali atau hanya pertanda sebuah kesialan akan menimpa Hinata lagi seperti tadi pagi? Entahlah.
Yang pasti Hinata tak suka menghadapi keadaan seperti ini, apalagi dengan orang yang sama.
"Ah! Sakit sekali bagian belakangku!" rintih Hinata kesakitan.
Ia pun melihat orang yang telah menabraknya, disaat yang bersamaan Naruto menatapnya, mereka berdua saling beradu tatapan.
Hinata kaget sekali melihatnya, begitu pula Naruto. Naruto tak menyangka akan menabrak orang yang sama, ia tak tahu harus bagaimana, Naruto terdiam sesaat, Hinata juga terdiam sesaat.
"Oh Kami-sama sebenarnya apa rencana-Mu untukku hari ini? Kenapa Kau mempertemukanku dengan orang ini lagi, apa salahku" batin Hinata.
"Kau! Kenapa kau lagi! Sebenarnya apa masalah mu denganku? Kenapa kau hari ini sangat menyusahkan ku!" bentak Hinata seraya berdiri dibantu salah satu temannya.
Naruto dan teman-temannya kaget mendengarnya, tapi teman-teman Hinata tersenyum melihat kelakuan Hinata ini, mengapa ia tak bisa santai terhadap lawan jenisnya? Padahal jika bersama mereka, bisa dibilang Hinata lah yang paling kalem.
"Hey! Kenapa kau tak sopan sekali, aku tak sengaja melakukan ini, jika aku tahu, aku tidak akan sengaja menabrak orang sepertimu!" kata Naruto. Naruto pun berdiri.
"Dan, ya, tadi pagi aku tak sengaja. Jangan berpikir aku sengaja melakukannya, apa kau tahu bahwa bel tinggal beberapa detik lagi akan berbunyi, jadi aku berusaha secepat mungkin, walaupun itu menghalangi orang lain, akan kuterobos semua rintangan, dan jika kau tadi diposisiku, aku yakin kau juga akan melakukan seperti yang kulakukan!" balas Naruto sedikit emosi.
"Tapi kau setidaknya kau tahu diri, kau telah membuat orang lain menderita, kau telah membuatku menyentuh aspal pagi-pagi, dan kau masih terus berlari tanpa mengucapkan kata maaf sama sekali! Kau sudah melihat ku tadi pagi, tapi mengapa kau tak berhenti hanya sekedar untuk minta maaf, sopanlah kepada wanita!" balas Hinata tak kalah sinis.
"Baiklah kuakui aku memang salah, tapi.." kalimat Naruto langsung dipotong oleh Hinata
"Kau memang salah dan seharusnya kau sadar akan itu dari tadi pagi!" potong Hinata.
"Iya iya, baiklah, terserah apa katamu, ku akui aku memang salah, dan ya aku minta maaf, maaf karena tlah menabrakmu tadi pagi dan sekarang, maaf telah membuatmu terlambat, dan ya.. maaf tidak tahu diri tadi pagi, aku langsung lari karena ada janji yang harus kutepati. Maaf. Sudah? Aku sudah minta maaf, kuharap kau mau merespon permintaan maafku ini." Ucap Naruto agak malas.
"Dasar, laki-laki memang membingungkan, aku mau memaafkanmu tapi tak sepenuhnya. Setidaknya aku sudah mau memaafkanmu, inilah responku, terima atau tidak, kau harus menerimanya. Karena ini semua adalah salahmu." Ucap Hinata ketus.
"Oh Kami-sama, anak ini tak tahu diuntung!" batin Naruto kesal.
"Jadi apa maumu sekarang? Kau kira aku adalah prajuritmu? Yang harus slalu menuruti segala permintaanmu agar kau tak marah lagi padaku? Setidaknya ini sudah cukup, aku tak pernah berbicara sebanyak ini kepada orang yang baru ku kenal. Dan kau harusnya bersyukur, karena insiden ini, kau jadi kenal orang tampan sepertiku." Naruto berusaha agak mencairkan suasana.
Teman-teman Naruto hanya bisa mengeluarkan wajah bodoh nya melihat pertengkaran antara Naruto dan Hinata.
"Cih! Apa-apaan kau ini! Kau mau mencari masalah lagi? Aku tak suka dengan semua perkataanmu! Karena perkataan mu yang terkesan menyombongkan diri itu, aku tak mau memaafkan mu! Sudah sampai disini saja!" Hinata langsung pergi tanpa melihat wajah Naruto yang sudah memanas.
Suasana semakin panas ditambah dengan kepergian Hinata.
See Ya in chapter 2!
