Gadis SMA yang memakai rok yang sampai di bawah lutut itu banyak membuat laki-laki penasaran. Biasanya, gadis lain memakai rok hanya sebatas setengah paha. Dengan itu, warna apa yang ada dibalik rok itu akan mudah terlihat. Namun, gadis ini membuat apa warna yang ada dibalik roknya menjadi sebuah misteri. Seringkali murid laki-laki iseng mencoba mengintip, dan malah mengalami kejadian naas.

Dia gadis yang sering membuat para laki-laki menjerit sampai menangis karena tendangannya. Bukan tendangan biasa, melainkan tendangan yang langsung melayang lurus ke area vital dan dilakukannya sambil tersenyum atau bahkan tertawa. Namun, ia tidak melayangkan tendangan ke sembarang orang. Dia adalah gadis yang sebenarnya sangat bersahabat dan easy-going.

Teman laki-lakinya tidak sedikit. Mungkin ia justru terbilang sangat mudah dekat dengan laki-laki karena ia tahu apa yang mereka pikirkan dan inginkan. Meskipun dekat dengan laki-laki, tak berarti ia tak memiliki teman perempuan. Jumlah keduanya hampir seimbang. Yah, sebenarnya ia tidak pernah menghitungnya. Dibalik sifatnya yang mungkin terlihat sadis, friendly dan easy-going ini, ia sebenarnya hanyalah gadis biasa yang juga ingin merasakan cinta.

Gadis keturunan Cina ini menjadi gadis yang populer di sekolahnya. Akademiknya memang tidak terlalu bagus. Tetapi, nilainya terbilang stabil sejak memasuki masa SMA. Tetapi, beda kalau masalah olahraga. Dia benar-benar lincah dan bisa diandalkan. Fisiknya kuat, di atas rata-rata fisik seorang gadis SMA biasanya. Juga, dia memiliki tubuh yang berpotensi sebagai model. Namanya Yato Kagura. Usianya masih 16 tahun saat ia naik ke kelas dua sekarang. Ia baru akan menginjak usia 17 tahun pada bulan November nanti. Sekarang masih musim semi dan hari ini adalah hari pertamanya di kelas 2 SMA.

.

.

.

Disclaimer

Gintama milik Sorachi Hideaki

OkiKagu's Fanfiction. Rate T. Alternative Universe. Highschooler!Okita x Highschooler!Kagura.

Sarashina Arisa's present

Tsundistic Princess

.

.

.

Pada hari pertamanya ini, Kagura benar-benar bahagia dan menikmati setiap langkahnya menuju sekolah. Dia sedang seratus persen bersemangat. Kagura menyapa setiap temannya saat mulai memasuki area sekolah. Dan, tentu saja dengan senyuman ikhlas dan hangat. Bahkan, tak tanggung-tanggung ia turut menyapa guru-gurunya di hari pertamanya itu. Kemudian, Kagura berhenti di depan papan pengumuman pembagian kelas. Dengan teliti, Kagura mencari namanya di deretan kelas dua.

"Kagura-chan!" panggil seseorang yang sudah dikenalinya hanya dengan suara saja.

Kagura langsung berbalik, "Soyo-chan!"

Gadis yang bersurai hitam lurus itu berlari mendekati Kagura, "Tahun ini juga kita satu kelas di 2-Z!"

Kedua manik sapphire Kagura berbinar seketika, "Benarkah-aru?!"

"Aku serius. Makanya aku benar-benar gembira!" jawab Soyo yang kemudian tersenyum lebar.

"Syukurlah," ujar Kagura senang. "Tahun ini juga mohon bantuannya, Soyo-chan!"

Soyo menangguk, "Ya. Mohon bantuannya juga, Kagura-chan!"

.

.

.

Kagura dan Soyo berjalan masuk ke dalam kelas 2-Z dengan wajah berseri-seri. Semua orang di kelas langsung menyapa Kagura dan Soyo yang memang sudah seperti artis. Keduanya pun balas menyapa dengan senyum ceria. Populer dan disegani, itulah Yato Kagura dan Tokugawa Soyo. Kagura dan Soyo berniat untuk memilih tempat duduk bersebelahan. Namun, ternyata sudah ada undian tempat duduk di depan kelas.

Soyo mendapat posisi duduk tepat di depan meja guru dan Kagura mendapat posisi di paling ujung belakang. Semangat Kagura hari itu berkurang menjadi sembilan puluh delapan persen.

"Tidak apa-apa lah-aru. Yang penting kita satu kelas, Soyo-chan."

Seperti itulah ucapan yang dilontarkan Kagura ketika menghibur Soyo yang tidak ingin terpisah dari Kagura. Namun, Kagura terus menatap bangku sebelahnya yang masih kosong hingga bunyi bel sekolah terdengar.

"Sudahlah, tidak apa-apa-aru," gumamnya. Kemudian, ia kembali memasang senyum cerianya.

Sampai saat itu, Kagura memang masih bisa tersenyum. Tetapi, semua berubah ketika wali kelas barunya masuk ke dalam kelas. Semangat Kagura pada hari pertamanya di kelas 2 menurun drastis menjadi...

Nol persen.

.

.

.

Pagi itu, wali kelasnya yang berambut perak seperti uban itu tidak masuk ke dalam kelas sendirian. Ada seorang murid baru yang berjalan mengiringinya. Dan, ketika melihat murid baru itu Kagura jadi tidak dapat bernafas. Ingin rasanya ia langsung berteriak di dalam kelas untuk mengumpat murid baru itu. Tetapi...

"Perkenalkan dirimu, nak."

Kagura menelan ludahnya dan menundukkan kepalanya sambil menutup matanya dengan rapat. Lalu, ia mencoba untuk mencubit pipinya dengan keras. Sakit. 'Bohong. Ini pasti hanya mimpi. Sadarlah, Kagura!' batinnya.

"Namaku Okita Sougo, pindahan dari Kyoto. Salam kenal."

Seketika, para siswi di kelas, kecuali Kagura tentunya langsung merespon. "Salam kenal, Okita-kun!" Bahkan, sebagian dari mereka berteriak bahagia. Kagura benar-benar penasaran apa yang dilakukan oleh orang yang membuat moodnya melesat turun. Jadi, dia membuka matanya dan menatap ke depan kelas.

Deg!

Jantung Kagura berhenti berhenti berdetak selama satu ketukan. Seringai dan manik crimson itu tertuju padanya. Kagura jadi tidak memiliki pilihan lain selain memalingkan wajahnya.

"Baiklah, kalau begitu Okita-kun. Duduklah di bangku yang kosong di samping Yato Kagura-kun."

Deg!

'Oi, oi... Ini tidak lucu, sensei...' batin Kagura.

"Ah, padahal aku ingin Okita-kun duduk disampingku saja." "Kagura-san benar-benar hoki!"

'Hoki darimana?! Kalau kau ingin duduk di samping si brengsek ini, katakan saja pada sensei langsung-aru!' batin Kagura lagi.

Kagura mendengar langkah kaki mendekat ke arahnya. Laki-laki yang ia anggap sebagai 'brengsek' itu duduk di sampingnya. Kagura benar-benar tidak mau menoleh atau bahkan hanya sekedar melirik si murid baru.

"Hmpffttt..." Sougo menahan tawanya ketika melihat tingkah laku Kagura yang dianggapnya lucu. Mendengarnya saja, Kagura sudah benar-benar ingin menonjok pipi orang yang duduk di sampingnya ini.

"Nama bapak adalah... Nanti saja. Kalian cukup memanggil bapak dengan Ginpachi-sensei. Baiklah, karena saya yakin kita semua sedah saling kenal, marilah kita mulai pembentukan komite kelas."

Kagura menghela nafas, mencoba untuk menjernihkan pikirannya dan mulai memperhatikan guru yang berdiri di depan. Namun, entah mengapa... dia merasa bahwa Sougo menatapnya terus sejak tadi. Risih, Kagura akhirnya menoleh ke arah Sougo.

Deg!

Seringai dan tatapan menggoda itu tampak menyebalkan di mata Kagura.

"Oh, ketemu kau, tsundere Kagura-chan."

Tangan Kagura yang mulai gemetar. Ia merinding. Baginya, kehadiran Okita Sougo di sekolahnya bagaikan iblis yang menakutkan. Tidak. Itu adalah deskripsi yang salah, karena Kagura sudah membenci Okita Sougo sejak dua tahun yang lalu. Dengan penekanan, 'sangat' benci.

"Cih." Kagura langsung membuang muka.

"Kita mulai mulai dari ketua kelas dan wakil ketua kelas. Ada yang mencalonkan diri?"

"Sensei," panggil Sougo. "Aku mencalonkan diri menjadi ketua kelas dan Yato Kagura-san bilang kalau dia ingin jadi wakilnya." Dengan mudahnya, kalimat itu keluar dari mulutnya.

"Ap—" Kagura mencoba untuk menyangkal. Namun, dipotong oleh pertanyaan dari Ginpachi-sensei.

"Ada lagi yang mencalonkan?"

"It—" Lagi-lagi, ucapan Kagura terpotong.

"Sepertinya tidak ada, ya... Baiklah, Okita Sougo-kun akan menjadi ketua kelas dan Yato Kagura menjadi wakilnya. Selanjutnya..."

Kagura mengumpat dalam hati dan mengucap sumpah serapah pada Sougo yang mencalonkan tanpa izin dan pada Ginpachi-sensei atau bisa disebut sebagai wali Kagura di Jepang ini yang sepertinya tidak ingin berlama-lama dalam sesi ini.

"Hmpfffttt..." Dan, lagi-lagi suara Sougo yang sedang menahan tawa terdengar di telinga Kagura. "Mohon kerja samanya, Wakil Ketua."

"Hah, kau masih saja menyebalkan-aru." Akhirnya Kagura membuka mulutnya, walau hanya terdengar seperti gumaman.

"Kau tidak berniat untuk menyapaku? Sudah lama kita tidak bertemu, Kagura-chan," ujar Sougo yang tampak hanya mempermainkan Kagura.

"Aku tidak mau namaku di tambah honorifik 'chan' olehmu dan aku tidak niat untuk berurusan lagi denganmu, dasar Sadis!" caci Kagura dengan suara pelan, takut seisi kelas dapat mendengarnya. Ia memberi Sougo tatapan kucing liar yang sedang ingin berkelahi.

Sougo hanya menyeringai tipis. "Kau tidak banyak berubah ya, China."

"Hmph! Kau tidak lihat sekarang aku sudah bertambah tinggi dan dadaku—"

Kepala Sougo bertumpu pada tangan kirinya yang juga bertumpu di atas meja dan menatap Kagura usil. "Hmmmm? Ada apa dengan dadamu? Kau ingin aku merasakannya dengan kedua tanganku?"

"Ha— Apa yang kau katakan?!"

Kagura berdiri dan menghentak mejanya tanpa ia sadari. Juga, suara barusan benar-benar keras. Seisi kelas menatapnya bingung.

"Ada apa, Yato Kagura-kun?" tanya Ginpachi-sensei. "Wajahmu merah, kau tidak enak badan?"

"Anu, bukan sep—"

"Sudahlah, jangan sok kuat," potong Ginpachi-sensei. "Okita Sougo-kun, kau ketua kelas. Antarkan dia ke UKS. Kau ingat tempatnya, kan?"

"Ya, sensei. Dengan senang hati."

.

.

.

"Cih, sudah kubilang aku tidak sakit. Dan, kenapa harus kau, Sadis?!" tanya Kagura dengan tatapan ganas.

"Karena aku ketua kelasnya. Kau tidak dengar?" Sougo membuka pintu UKS. "Tidak ada guru penjaga. Tidak apalah."

"Hmph! Aku tidak sakit. Aku akan kembali ke kelas!" Kagura langsung berbalik dan berjalan.

"Bodoh."

Sougo menahan Kagura dengan menggenggam tangannya. Kagura langsung menepisnya dan kembali berbalik menatap Sougo. "Apa lagi?"

"Kau ini tidak bisa memanfaatkan keadaan, ya. Kau tidak ingin bolos?" tanya Sougo.

Kagura terkejut. Kemudian, ia memalingkan wajahnya. Semburat merah muncul di pipinya. "Aku benci mengakui ini. Tapi, kau benar-aru." Sungguh, Kagura saat ini terlihat sangat manis di mata Sougo. Ia menyeringai tipis. Dan sungguh, Sougo tidak dapat menahan dirinya.

"Kagura," panggilnya.

Kagura menatap Sougo, "Ap—"

Mulut Kagura berhasil terbungkam akibat ciuman yang melesat secepat kilat. Sougo menyerang Kagura tanpa ampun dengan ciuman itu. Dia mencengkram bahu Kagura, kemudian mendorongnya dan membuat Kagura terbaring di bawahnya. Kagura hampir kehabisan nafas.

"Mmnnnhhh!" Kagura mencoba memberi perlawanan. Namun, ia tidak dapat bergerak saat itu. Sougo benar-benar tidak dapat menahan dirinya. Akhirnya, Kagura mencapai batas maksimalnya. Matanya yang sudah berair sejak tadi, benar-benar mengeluarkan air mata sekarang.

Sougo baru menyadari, perbuatannya saat ini benar-benar membuat Kagura sakit sampai menangis. Dia melepaskan tautan antara dirinya dan Kagura. Sougo memang sadis. Tetapi, ia tidak pernah bisa menjadi sadis untuk seorang Yato Kagura. Lalu, ia berdiri.

"Dasar sadis bodoh!" umpat Kagura. Setelah itu, dia berlari masuk ke toilet perempuan yang terletak di samping UKS.

Sougo terdiam sejenak. Kemudian, ia berbicara pada dirinya sendiri, "Ah, kau membuatnya menangis lagi, Okita Sougo."

.

.

.

Sougo sudah kembali ke kelas, Kagura meyakini hal itu. Namun, setelah hal itu terjadi, dada Kagura menjadi sesak dan ia menangis tersedu-sedu di toilet.

"Apa lagi yang kau inginkan dariku, Sougo?"

Berkali-kali, ia mengucapkan kalimat itu di sela tangisnya. Kagura gelisah. Sougo muncul kembali setelah hampir tiga tahun ia meninggalkan Kagura. Bukankah itu tidak adil? Kagura sudah hampir melupakan Sougo dengan sempurna. Namun, ia datang dan memberikan sebuah ciuman yang sangat berdampak bagi luka di hati Kagura. Bukan terobati, malah menyakitkan seperti ditabur garam di atasnya.

Kagura tak kunjung tenang. Namun, sepertinya ia harus segera keluar. Kepalanya jadi sedikit pusing. Mungkin, ia akan istirahat saja di ruang UKS.

.

.

.

Kagura baru kembali ke kelas saat jam istirahat. Soyo langsung menghampirinya, "Kagura-chan, kau membuatku cemas!"

"Maaf," ucap Kagura. "Tapi aku sudah merasa agak mendingan-aru." Lalu, Kagura duduk di bangkunya.

Kagura melirik ke arah Sougo yang sepertinya tidur dengan posisi kepala bertumpu pada tangan yang menyilang di atas meja dan wajahnya mengarah padanya. Kemudian, ia menunduk dan menyentuh bibirnya sendiri. Tanpa ia sadari, wajahnya memerah.

Sougo sejak awal tidak tertidur, hanya mencoba untuk tidur. Ia menatap Kagura dalam diam. Apa yang di rasakannya saat ini mungkin adalah rasa senang. Ia bertanya dalam hati, 'Kenapa Kagura menyentuh bibirnya sendiri dengan wajah memerah? Apa yang tadi itu cukup berpengaruh?'

Tak lama kemudian, Kagura menyadari bahwa Sougo memperhatikannya. Kagura juga baru saja tersadar. Dia berhenti menyentuh bibirnya sendiri dan memalingkan wajahnya agar tidak terlihat oleh Sougo. 'Oh, apa yang aku lakukan?'

Soyo, orang ketiga diantara keduanya hanya kebingungan. Ia memang memperhatikan Kagura dan Sougo sejak tadi. Namun, ia tidak pernah tahu apa yang sebenarnya terjadi.

.

.

.

Kagura sengaja pulang agak telat hari itu. Setelah semuanya keluar dari kelas, ia baru membereskan peralatan sekolahnya dari meja. Ia baru menukar sendal khusus di gedung sekolah dengan sepatunya setelah tidak ada lagi orang di sekitarnya. Seharusnya dia tidak sendiri. Tetapi, gadis yang bernama Tokugawa Soyo itu malah menghilang setelah bel pulang berbunyi. Tidak ada alasan khusus sebenarnya. Kecuali, Kagura tidak ingin bertemu dengan Sougo lagi untuk hari itu. Ya, seharusnya begitu. Namun, rencana Kagura gagal saat melihat Sougo bersandar di pagar sekolah.

'Aku harus terlihat seperti biasa. Aku harus mengabaikan Sougo. Aku tidak boleh berlebihan,' pikirnya.

Ia berjalan melewati Sougo. Berhasil? Sepertinya. Kagura sudah senang. Tetapi, rasa senang itu di robek dengan mudahnya ketika Sougo memanggil namanya. Kagura berhenti berjalan dan berbalik, menghadap Sougo.

"Apa... maumu?" tanya Kagura, mencoba untuk tidak menatap Sougo. Sougo terdiam sejenak. Kemudian, ia berinisiatif untuk langsung mengatakan maksudnya.

"Semuanya adalah salahku. Maaf..."

Kedua manik sapphire Kagura yang menerima terpaan cahaya langit sore itu melebar. Maksudnya...

"Hah?" Hening. Kagura menatap Sougo yang ternyata menundukkan kepalanya. "Kau sudah kehilangan sifat sadismu, ya? Aku mengerti, aku mengerti. Kalau begitu, aku pulang dulu, Masokis."

Kagura berbalik lagi dan kemudian berlalu dengan cuek. Melihat itu, Sougo tak tinggal diam.

"Kau ini ya..." Tangan kiri Sougo menarik bagian kiri rambut Kagura yang ikat twintail sampai cepol di atasnya terlepas. "Ah, kesadisanku bertambah 10 poin. Akhirnya poin masokisku menjadi minus sepuluh juta."

Persimpangan merah muncul di dahi Kagura. Ekspresinya berubah kesal dan ia langsung berbalik untuk meninju wajah Sougo dengan tangan kirinya. Namun, tangan Sougo yang masih belum terlepas dari rambut Kagura malah membuat keadaan menjadi awkward. Posisi mereka saat ini... terlihat seperti Sougo sedang memeluk Kagura dengan tangan kirinya.

Posisi mereka tidak berlangsung dalam waktu yang lama. Baik Kagura maupun Sougo kehilangan keseimbangan. Mereka jatuh dengan Kagura yang berada di bawah. Namun, Sougo langsung melindungi kepala Kagura agar tidak membentur permukaan semen. Sougo juga menahan tubuhnya agar tidak menindih tubuh Kagura yang masih lebih kecil darinya.

Soyo yang manakala baru selesai dari mendaftar ekskul dan berniat untuk langsung pulang tak sengaja melihat hal itu. Kagura dan Sougo menyadari keberadaannya. Soyo terlihat sangat kaget.

"Anu, maaf. S-sepertinya aku mengganggu kalian," ucap Soyo yang kemudian berlari pulang.

"A-ah, Soyo-chan! Jangan salah paham!" teriak Kagura. Namun, Soyo malah mempercepat larinya.

Sougo pun berdiri dan membantu Kagura untuk berdiri. Kagura tidak menolak. Tetapi, ia malah berkata, "Ini salahmu-aru."

"Ya, ya... Bukankah aku sudah bilang 'semuanya adalah salahku'? Jadi, maafkan aku," ujar Sougo yang menurut pada keadaan. "Maafkan aku untuk kesalahanku dari dua tahun yang lalu sampai sekarang."

Kekesalan Kagura menghilang. Ya, memang hilang. Tetapi, ia tetap memukul Sougo. "Tadinya aku ingin memaafkanmu-aru. Tetapi, kalau kau ingin memintanya untuk memaafkan semua kesalahanmu, bukankah itu terlalu berat?"

Sougo tak menatap Kagura dan memilih untuk diam saja.

"Kau pikir, kesalahanmu itu sedikit dan aku bisa memaafkan semuanya?" tanya Kagura. "Sayangnya, kau membuatku terlalu sakit sampai aku merasa ingin membunuhmu."

Kagura benar-benar menekan Sougo. Sougo tak dapat berkutik. Tapi, ia masih bertahan di sana. Ya, karena Sougo sudah siap menanggung segala konsekuensinya setelah berani menyakiti hati seorang gadis.

"Aku tidak akan memaafkanmu," ucap Kagura. "Tapi, mulai saat ini... biasa. Ya, bersikap seperti biasa saja."

Kali ini Sougo yang dibuat terkejut. Manik crimson-nya terlihat seperti buah ceri sekarang. Saat ini, Sougo menjadi bingung dengan perkataan Kagura.

"Seperti biasa saja, loh! Kau bisa bertindak sesukamu!" seru Kagura kesal. "Kenapa kau masih tidak mengerti-aru?"

"Maksudmu... Kau ingin akrab denganku?" tanya Sougo.

Kagura melengos, "Hmph! Kau ini benar-benar bodoh-aru."

"Hmmpfffttt..." Sougo menahan tawanya lagi. Sosok Kagura yang tsundere benar-benar membuatnya merasakan sedikit nostalgia.

"Hentikan! Aku pulang!" seru Kagura yang akhirnya ngambek.

Sougo tersenyum menyebalkan ketika melihat tingkah Kagura. "Tidak apa-apa sendiri, China?"

Merasa diremehkan, Kagura menatap Sougo dengan kesal. "Aku tidak apa-apa! Aku juga sudah berusia 16 tahun-aru."

"Ya, sudah kelihatan, kok," ujar Sougo sambil menyeringai.

"Apa yang kau maksud? Dasar mesum!" teriak Kagura.

"Bersikap seperti biasa, kan?" Sougo tersenyum penuh kemenangan.

Kagura mendengus kesal. Ia tidak mau menerima kekalahannya dalam berdebat kecil seperti ini. "... Aku pulang!" Dan, ia langsung pergi meninggalkan Sougo.

"Oi, oi..." panggil Sougo. Maksudnya, untuk mengingatkan Kagura kalau cepolnya masih terjatuh di tanah. Tetapi, saat dipikir sekali lagi mengenai kata-kata Kagura beberapa waktu yang lalu...

"Kau bisa bertindak sesukamu!"

Sougo menyeringai dan tertawa licik, "Mungkin ini akan jadi menarik."

.

.

.

Kagura baru menyadari bahwa ia kehilangan salah satu cepolnya pada keesokan paginya. Untunglah ia masih memiliki cepol yang lain. Kagura berangkat ke sekolah dan menjalaninya seperti biasa. Namun, ia tidak lupa untuk berhati-hati terhadap Sougo dan mencari cara agar Soyo tidak salah paham lagi dengan kejadian kemarin.

Kagura harus tetap was-was walaupun tidak ada hal aneh yang terjadi di pagi hari bersama Sougo. Namun, Kagura juga belum bisa menyapa dan berbicara seperti biasa dengan Soyo. Kagura berpikir keras sampai di kantin, saat istirahat. Ia menghabiskan uang jajan yang diberikan Ginpachi alias Sakata Gintoki yang merupakan ayah angkatnya tadi pagi untuk membeli beberapa porsi makan siang.

Selama Kagura memikirkan cara untuk kembali berbaikan dengan Soyo, ia tak sadar bahwa seseorang telah duduk berhadapan dengannya. Kagura baru sadar ketika gadis yang duduk di depannya itu memanggil namanya berkali-kali.

"Eh?" Kagura terkejut. "S-Soyo-chan?"

"Ah, kau tampak murung hari ini Kagura-chan. Sebenarnya kemarin ada apa?" tanya Soyo to the point.

Kagura masih belum selesai loading saat mendengar pertanyaan dari sahabatnya itu. Maksudnya, kenapa Soyo biasa-biasa saja? Bukankah dia menjauhi Kagura karena adanya kesalahpahaman?

"Etto..." Kagura masih bingung dengan apa yang terjadi, sedangkan Soyo masih menunggu jawaban Kagura. "Kemarin..."

Soyo masih menunggu jawaban Kagura dengan antusias, "Ya?"

"K-kemarin Soyo-chan pasti salah paham! Itu semua h-hanya ketidaksengajaan-aru!" jawab Kagura dengan gugup dan malah seperti setengah berteriak.

"Ketidaksengajaan?!" Soyo malah terkejut. "Kalian tidak sedang dalam hubungan spesial?!"

"Sstttt!" Kagura mengingatkan Soyo untuk mengecilkan suaranya.

Soyo menutup mulutnya dengan telapak tangannya dan berbicara dengan suara yang lebih pelan, "Kalian benar-benar tidak sedang berpacaran atau masa-masa pendekatan?"

"Mana mungkin aku ma—"

"Sayangnya kami sudah tidak melakukannya lagi," potong Sougo yang tiba-tiba merangkul pundak Kagura dari belakang. "Kami sudah putus."

"Kyaaahhh!" teriak Kagura yang terkejut. Seisi kantin langsung menujukan perhatian pada Kagura dan Sougo.

Soyo juga terkejut akan kehadiran Sougo. Tetapi, ia kembali bertanya, "Okita-san dan Kagura-chan... benar-benar pernah pacaran?"

Kagura jadi paranoid, "A-apa yang k-kamu tanyakan Soyo-cha—"

"Benar," jawab Sougo enteng dengan ekspresi datar. "Bahkan kami sudah beberapa kali berciuman."

Muncul persimpangan merah di pelipis bersama semburat merah di pipi Kagura, "APA YANG KAU KATAKAN, DASAR SADIS?!"

Pukulan panas Kagura mendarat tepat di dagu Sougo. Alhasil, Sougo jatuh terduduk di lantai. Seisi kantin yang masih menonton berteriak kagum. Beberapa diantaranya mulai menggosipkan tentang Kagura dan Sougo. Dan, sebagian besar dari seisi kantin mendukung Kagura dan Sougo untuk kembali berpacaran.

Kagura terdiam. Ia berdiri dan menatap Sougo yang masih belum pingsan akibat pukulannya tadi. Sougo menyeringai dan kembali menatap Kagura, "Masih sadis dan tsundere seperti biasa ya, Ore no Tsundistic Princess-chan."

.

.

.

To Be Continued

.

.

.

Author's note: Hai, Sarashina Arisa kembali lagi dengan proyek fanfic multi-chapter kedua *padahal Mizu-Kagami belum kelar* yang berjudul Tsundistic Princess ^^ Tadinya mau dibuat Rate M, tapi kayaknya 'ga banget' kalau ditulis oleh author muda *eh* dan bahkan sebenarnya masih belum layak untuk membaca fanfic rate segitu di usia saya yang segini :'v *bisa dilihat di profil*. Terus kenapa 2-Z, bukan 3-Z? Karena kelas 2 SMA itu fase paling enak karena ga se-kaku kelas 1 dan se-serius kelas 3. Aish -,- intinya chapter 1 fanfic ini dah kelar. Tungguin aja dah, kalo misalnya update-nya kelamaan PM aja di facebook. Ntar keluar sendiri kalo dicari pake keyword 'Arisa Sarashina' :3 Okelah, Mind to send a Review and Follow this story? ^^