Love Disease

'Aisy Park

Cast :

-Cho Kyuhyun (SJ)

-Kim Nara (OC)

-Jang Mirae (OC)

-Kim Ryeowook (SJ)

-Kim Heechul (SJ)

-Kim Jongwoon/Yesung (SJ)

-Choi Minho (Shinee)

-Other cast

Genre :

Romance, Hurt, Marriage life

Rating :

T

Happy reading!

Part 1: Mianhae

Membutuhkan waktu yang cukup lama untukku melupakanmu, tapi bagaimana bisa aku melakukannya jika saat ini takdir mengikat kita dalam sebuah hubungan yang dinamai pernikahan.


Pernikahan adalah saat di mana seharusnya dua insan manusia merasa bahagia karena terikat dalam sebuah hubungan yang akan mempersatukan keduanya sampai akhir hayat mereka. Namun tidak halnya dengan pasangan yang hari ini akan melangsungkan upacara sakral tersebut. Karena pernikahan mereka bukanlah hal yang diinginkan oleh keduanya, atau lebih tepatnya pernikahan mereka adalah karena perjodohan yang berdasarkan pada akan bersatunya bisnis dua keluarga. Bisnis keluarga Cho yang cukup berpengaruh di Korea dan bisnis keluarga Kim yang satu tingkat di bawah bisnis keluarga Cho. Perjodohan yang juga akan mengikat persahabatan antara dua keluarga tersebut

Di ruang pengantin, gadis bernama Nara tengah berdiri menatap ke luar jendela yang menghadap taman. Gadis itu tampak murung dengan keadaannya sekarang yang tengah memakai gaun putih ala pengantin. Hingga seorang gadis memasuki ruangan tersebut dan membuat Nara menoleh.

Gadis itu tersenyum dan menghampiri Nara. "Kau cantik."

"Terima kasih, dan.. Aku minta maaf." Jawab Nara lemah.

"Tidak apa-apa. Aku tahu ini bukan keinginanmu. Kau hanya menuruti permintaan ayahmu. Bukan begitu?"

"Mm." Angguk Nara. "Aku sungguh tak tahu kalau pria yang dijodohkan denganku adalah—"

"Shuuuuttt!" Belum sempat Nara melanjutkan kalimatnya, perempuan itu langsung membungkam mulut Nara dengan jarinya. "Jangan terus merasa bersalah padaku. Aku tahu semuanya. Jadi jalani saja semua ini sebagaimana mestinya."

"Mirae-ya, terima kasih." Ucap Nara.

"Sudahlah."

"Pengantin wanita! Apa kau sudah siap?" Ucap seorang wanita yang tiba-tiba muncul dari balik pintu.

Nara mendongak, "A~ ya." Sahut Nara.

"Waktumu sudah tiba dan aku harus pergi. Jangan kau jatuhkan cincin pernikahan kalian jatuh ke arahku. Mengerti?!" Ucap perempuan bernama Mirae itu dengan selingan candaan. Alih-alih ingin membuat Nara terhibur malah membuat Nara semakin merasa sedih dan merasa bersalah.

"Hu-umm." Keduanyapun berpelukan dan sama-sama menitikkan air mata.

"Berhentilah." Mirae menatap Nara lalu menghapus air mata yang jatuh di pipi putihnya. "Make up-mu bisa luntur kalau terus menangis. Aku harus pergi sekarang sebelum ayahmu datang." Mirae melepas pelukannya lalu pergi.

Nara benar-benar merasa bersalah pada temannya itu. Seharusnya yang akan mengucapkan janji pernikahan dengan calon suaminya adalah Mirae, bukan dirinya.

*Flashback*

Hari itu adalah hari di mana Nara akan memulai pengalaman barunya di universitas. Untunglah dia sudah mempunyai teman yang akan satu kelas dengannya setelah beberapa hari yang lalu mereka saling bertukar nomor telefon. Jika tidak, mungkin hari ini Nara akan merasa sendirian saat memulai hari barunya di bangku universitas.

Nara sudah sampai di universitas, ia melirik ke kanan dan ke kiri, mencari seseorang yang sedari tadi menghubunginya. Kedua maniknya menangkap banyak orang yang lalu lalang lewat di hadapannya. Hingga ada seorang gadis yang memandanginya dengan memasang tatapan tanya. Nara berbalik memandanginya. Gadis itu kemudian menghampiri Nara.

"Kim Nara?" Tanyanya.

"Ya. Jang Mirae?" Nara balik bertanya. Gadis di hadapannya itupun tersenyum. Mereka berdua memang tidak saling mengenali wajah masing-masing atau lebih tepatnya tidak mengingat wajah masing-masing karena pertemuan pertama mereka saat itu begitu singkat.

"Apa kau menunggu lama?" Tanya Nara.

"Tidak. Aku baru sampai beberapa menit yang lalu." Jawab Mirae. "Ja! Kita ke kelas." Mirae langsung mengaitkan lengannya pada lengan Nara. Nara memandang Mirae dengan heran. Mereka baru saja bertemu, tapi cara Mirae memperlakukannya sudah seperti teman akrab.

Beberapa minggu kemudian.

"APA?!" Teriak Mirae secara tiba-tiba di tengah heningnya suasana perpustakaan. Banyak orang mengarahkan pandangannya pada Mirae, terkecuali Nara yang berada di sampingnya. Karena bagi Nara, hal tersebut sudah terbiasa terjadi semenjak ia berteman dengan Mirae.

"Bisakah kau tidak berisik?!" Tegur seseorang.

"Maafkan aku." Ucap Mirae pelan. "Nara-ya!" Panggilnya kemudian.

"Mm?" Sahut Nara tanpa mengalihkan pandangannya dari buku yang ia baca.

"Aku baru saja mendapatkan pesan dari kekasihku kalau dia sedang berada di taman universitas saat ini." Ucapnya senang.

Nara mengangkat wajahnya. "Benarkah?" Tanyanya memastikan, Mirae mengangguk

Nara tahu betapa bahagianya Mirae saat ini. Ia sudah sering mendengar temannya itu bercerita tentang kekasihnya yang selalu hebat di mata Mirae. Di mana Nara terkadang merasa iri saat mendengar cerita-cerita Mirae tentang kekasihnya itu karena Nara merasa kalau Mirae adalah orang yang beruntung dalam hal percintaan. Berbeda dengan dirinya yang harus menjalin hubungan dengan pria yang tak ia cintai. Pria yang merupakan seniornya di sekolah menengah atas yang masuk ke dalam kehidupan Nara beberapa bulan yang lalu dan meminta Nara untuk menjadi kekasihnya.

Awalnya Nara menolak permintaan pria itu karena Nara tak memiliki perasaan apapun terhadapnya, juga karena ia menyukai salah seorang temannya di sekolah menengah atas sejak tiga tahun yang lalu secara diam-diam. Namun karena sikap pria itu yang kukuh dalam meminta Nara untuk menjadi kekasihnya membuat Nara berpikir kalau pria itu akan serius dalam menjalin hubungan dengannya, hingga akhirnya Narapun menerima permintaan pria tersebut. Hal itu juga ia lakukan agar ia dapat melupakan pria yang dicintainya. Namun setelah mereka menjalin hubungan, pria itu malah bersikap acuh pada Nara.

"Ja! kita pergi untuk menemuinya dan akan kuperkenalkan kau padanya." Ajak Mirae dengan semangat.

"Umm…. Kurasa tidak. Sebaiknya aku di sini saja." Tolak Nara.

"Tidak. Kau harus ikut denganku." Mirae menarik tangan Nara dengan kuat. Jika sudah seperti ini Nara hanya bisa menghempaskan napas pasrah mengikuti ke mana Mirae akan membawanya.

Tak perlu waktu lama bagi mereka berdua untuk menuju taman karena jaraknya yang tidak terlalu jauh dari perpustakaan.

Mirae mengedarkan pandangannya di sekitar taman, mencari sosok kekasihnya.

"Itu dia." Mata Mirae mengarah pada dua orang pria yang duduk di rerumputan, lalu ia menarik tangan Nara dan berjalan ke arah yang dimaksudnya.

Nara mematung seketika saat Mirae berhenti di belakang dua pria tersebut. Dia menyadari kalau sepertinya ia mengenali punggung salah seorang dari mereka. Postur tubuh dan gaya rambutnyapun begitu mirip dengan orang yang Nara maksud walau dia sedang duduk saat ini.

"Ehheem…" Mirae berdehem, menyadarkan Nara dari lamunannya sekaligus membuat kedua pria yang tengah duduk di depan mereka menoleh.

Kedua mata Nara membulat. Dia tersentak dan jantungnya seperti akan berhenti saat itu juga. Pria yang dia maksud, yang kini menoleh ke arah mereka berdua adalah pria yang selama tiga tahun dicintainya secara diam-diam. Bagaimana ini bisa terjadi? Apakah dia kekasih yang Mirae maksud? Tanya batin Nara.

"Nara-ya?" Tanya seorang pria yang juga menoleh pada mereka berdua. Nara menoleh ke arah pria itu.

Nara kembali dibuat terkejut karena pria di hadapannya. Pria itu adalah kekasih Nara. Nara tidak akan menyangka kalau apa yang tengah dialaminya adalah nyata. Bagaimana bisa pria itu bisa berada di sana? Dan dia bersama pria yang Nara cintai selama tiga tahun. Sungguh sebuah kejutan besar. Otak Nara dibuat membeku, tak mampu memerintahkan organ tubuhnya bergerak dan tak mampu membuat bibirnya bersuara satu patah katapun.

"Kau mengenalnya?" Tanya Mirae yang kembali menyadarkan Nara dan membuatnya segera menoleh pada Mirae.

"A, y-ya." Jawab Nara terbata-bata.

"Tentu dia mengenalku. Tak mungkin dia tidak mengenali kekasihnya sendiri." Ujarnya yang membuat Mirae menatap Nara tak percaya. Sedangkan pria yang dicintai Nara juga ikut mengarahkan pandangannya ke arah Nara, namun dengan tatapan datar. Nara merunduk pasrah seperti seseorang yang baru saja ketahuan melakukan kesalahan.

Segera Mirae menarik Nara untuk duduk di depan kedua pria tersebut.

"Kau? Kekasihnya?" Tanya Mirae kemudian. Pria itu mengangguk mengiyakan.

"Choi Siwon-imnida." Ucapnya seraya mengulurkan tangan pada Mirae. "Apa kau kekasih Kyuhyun?" tebak Siwon kemudian.

"Ya. Jang Mirae-imnida." Angguk Mirae seraya menjabat tangan Siwon. "Kau kenal Kyuhyun?"

"Dia adalah juniorku di sekolah menengah atas."

"Owh. Keren! Aku bertemu dengan kekasihku dan Nara juga bertemu dengan kekasihnya. Kau mengenal kekasihku dan aku juga mengenal kekasihmu. Bagaimana ini bisa terjadi?" Sorak Mirae yang terdengar tak percaya.

"Waahh.. jadi kau teman Nara. Benar-benar sebuah kejutan. Apakah ini sebuah kebetulan?" Siwon dan Miraepun tertawa, sedangkan Nara masih merundukkan kepalanya dan Pria bernama Kyuhyun yang merupakan pria yang dicintai Nara sekaligus kekasih Mirae itu masih mengarahkan pandangannya pada Nara, seperti sedang mengingat-ingat sesuatu tentang Nara.

"Bukankah kau Kim Nara dari kelas 3-1 SMA Sekang?" Akhirnya Kyuhyun membuka suaranya. Narapun mengangkat wajahnya, mempertemukan kedua matanya dengan kedua mata Kyuhyun. Mirae dan Siwonpun ikut menoleh ke arah Kyuhyun dan Nara.

Nara tak menyangka kalau Kyuhyun bisa mengenalnya. Meski Kyuhyun dan Nara berada di sekolah yang sama selama tiga tahun, bahkan berada di kelas yang sama di tahun pertama di sekolah menengah, tapi Nara tahu betul kalau Kyuhyun adalah orang tak peduli dengan keadaan di sekitarnya. Jadi Nara rasa tak mungkin kalau Kyuhyun bisa mengenal apa lagi mengingatnya.

"Oh ya, kau juga pasti sangat terkejut karena mengetahui Kyuhyun yang mengenal Nara?" Tebak Siwon pada Mirae yang tengah memandang Nara dan Kyuhyun dengan tatapan tak percaya.

"Ya. Bagaimana bisa?" Ucap Mirae yang kemudian mengarahkan wajahnya pada Siwon.

"Kami berada di sekolah yang sama saat di sekolah menengah, dan kami juga berada di kelas yang sama di tahun pertama." Jawab Kyuhyun.

Nara dan Mirae kembali memandang Kyuhyun dengan tatapan tak percaya. Bahkan dia bisa ingat kalau aku sempat satu kelas dengannya? Batin Nara.

"Keren! Setahuku kau adalah yang acuh pada keadaan di sekelilingmu, tapi bagaimana bisa kau mengingat pernah satu sekolah bahkan satu kelas dengan Nara?" Rupanya Miraepun tahu sifat Kyuhyun yang satu itu.

"Kim Nara adalah murid popular saat di sekolah menengah. Mungkin tiada hari tanpa mendengar namanya di sekolah. Hampir setiap guru yang masuk kelas dan hampir setiap murid yang berada di kelasku menyebut nama Kim Nara setiap harinya. Jadi bagaimana mungkin aku juga tak mengenalnya. Bahkan sampai sekarangpun masih ada beberapa orang di sekitarku yang menyebut namanya. Meski begitu, aku tak yakin kalau Nara mengenal atau sekedar mengingatku." Jelas Kyuhyun dengan nada datar yang menjawab rasa penasaran Nara dan Mirae.

"Tentu aku ingat. Kyuhyun adalah murid terpandai dan berprestasi di sekolah, jadi kurasa kau salah jika kau merasa aku adalah murid terpopuler di sekolah karena aku tak merasa demikian." Ucap Nara. Jelas suasana hatinya sedang tak karuan saat ini setelah ia harus bertemu dengan orang yang dicintainya selama tiga tahun dan kekasih yang tak ia cintai.

"Aku heran, kenapa gadis dingin seperti Nara bisa menjadi murid popular?" Ucap Mirae.

"Dingin? Apa dia bersikap dingin pada semua orang?" Tanya Siwon.

"Tidak. Maksudku bukan dingin dalam arti yang sebenarnya, hanya saja kepribadiannya hampir seperti Kyuhyun. Dia selalu fokus pada apa yang sedang ditekuninya. Jika tujuannya belajar, maka dia akan fokus pada pelajaran. Meski di kampus ini banyak yang menyukainya, dia akan mengacuhkannya namun tetap bersikap ramah. Mungkin agar orang-orang tidak memanggilnya putri es. Dengan kepintaran dan sopan santunnya itu dia mungkin termasuk gadis yang perfek. Sedangkan Kyuhyun, dia memang pintar namun benar-benar pria yang dingin." Jelas Mirae.

"Apa Kyuhyun juga bersikap seperti itu padamu?" Tanya Siwon.

"Tidak. Di depanku dia menjadi kekasih idaman. Sikapnya benar-benar berbeda padaku. Dia hangat dan penyayang." Jawab Mirae. "Bagaimana dengan Nara?"

"Kurasa dia bersikap dingin pada semua orang, termasuk padaku."

"Benarkah?" mirae menautkan halisnya.

"Aku hanya bersikap semampuku." Timpal Nara. "A~ ye. Sepertinya aku harus segera pergi." Sambung Nara setelah ia melirik jam tangannya.

"Tak bisakah kau tinggal sebentar?" Bujuk Siwon.

"Ada banyak hal yang harus kukerjakan dan aku harus menyelesaikannya segera." Jawab Nara kemudian beranjak dari tempatnya. "Sampai jumpa!" Ucap Nara sebelum pergi meninggalkan ketiga orang tersebut.

Satu bulan kemudian

Drrrtt drrrtt

Ponsel Nara bergetar karena sebuah pesan masuk. Narapun membukanya.

Siwon Oppa

Nara-ya, aku akan kembali ke Kanada besok pagi. Bisakah kita bertemu siang ini sebelum aku pergi? Aku menunggumu di taman sungai Han pukul satu.

Nara menghembuskan napasnya kasar. Ia tahu selama Siwon kembali ke Korea, ia tak pernah bertemu dengannya. Jangankan bertemu, mengirim pesan atau menelefon saja Nara tak memiliki niatan sama sekali. Nara terlalu jenuh dengan sikap Siwon yang tak pernah berubah selama mereka menjalin hubungan selama tiga bulan. Kini Nara sadar, kalau tak seharusnya ia menjalin hubungan dengan Siwon sejak awal.

Nara memang tak memiliki perasaan sedikitpun pada Siwon, dan ia sudah mengatakannya pada pria itu sejak awal. Tapi Siwon tetap bersikukuh menginginkan Nara menjadi kekasihnya. Siwon selalu bersikap manis dan perhatian pada Nara hingga akhirnya Nara berpikir dengan menerima Siwon sebagai kekasihnya, ia akan merasakan manisnya kisah cinta sekaligus ia bisa melupakan cintanya pada Kyuhyun yang sudah ia simpan selama tiga tahun. Tapi setelah hubungan mereka terjalin, rupanya Siwon malah bersikap tak peduli pada Nara. Dan Nara merasa menyesal telah menerima Siwon sebagai kekasihnya.

Di saat Siwon berada di Kanada, selalu saja Nara yang harus menghubungi Siwon terlebih dahulu, jarang sebaliknya. Sedangkan Nara tahu kalau kekasihnya itu selalu sibuk dengan studinya. Nara takut Siwon terganggu jika ia terus menghubungi terlebih dahulu. Dan saat ini Nara terlalu lelah untuk menjalin hubungan dengan pria itu.

Taman 13:05

Sudah lima belas menit yang lalu Siwon sudah sampai di taman itu. Sudah lewat lima menit dari pukul satu, dan Nara belum datang. Pria itu menatap jam tangannya dengan resah.

"Maaf, aku terlambat." Ucap Nara yang ternyata sudah duduk di sebelah Siwon. Segera pria itu mengalihkan pandangannya pada Nara. Menatap gadis itu lekat. Nara terlihat manis dengan kemeja putih yang dipadukan dengan rok toskah dan rambut yang digerai.

"Tidak apa-apa. Hanya lima menit." Jawab Siwon. Nara hanya tersenyum singkat membalas.

"Jadi.. Kau akan kembali ke Kanada besok?" Tanya Nara tanpa basa-basi.

"Ya." Jawab Siwon.

Suasana antara mereka terasa begitu canggung meski mereka sepasang kekasih.

"Umm.. Apa kau tidak merindukanku?" Siwon kembali bersuara. Nara menoleh.

"Apa oppa juga merindukanku?"

"Tentu saja aku merindukanmu. Hampir tiga bulan kita tidak bertemu, bagaimana mungkin aku tidak merindukanmu?"

"Benarkah?" Nara tersenyum getir ke arah Siwon.

"Kenapa? Apa kau pikir aku tidak bersungguh-sungguh dengan kata-kataku?"

"Aku pikir saat seseorang merindukan orang yang dirindukannya, dia akan menyempatkan diri untuk menghubungi orang itu sesibuk apapun dia. Dan aku tidak merasakan itu selama kita menjalin hubungan ini." Tutur Nara.

"Bukankah kau tahu kalau aku sangat sibuk dengan studiku di Kanada?"

"Aku tahu kau sibuk. Tapi tak hanya di Kanada kau bersikap seperti itu. Sudah satu bulan kau berada di korea, dan kau masih bersikap sama." Nara menarik napasnya cukup dalam lalu menghempaskannya. "Selama ini aku berusaha untuk mengertikanmu. Mencoba tidak menghubungimu karena aku takut akan mengganggu kesibukanmu. Tapi sampai kapan aku harus seperti ini? Aku seperti bersikap acuh padamu, namun pada kenyataannya kaulah yang bersikap begitu padaku. Kau bersikap seolah-olah tak ada hubungan apapun di antara kita. Padahal aku selalu menunggumu oppa. Menunggumu bersikap sebagaimana seorang kekasih. Dan menunggumu mengertikanku." Siwon dibuat diam oleh penuturan Nara. Ia sadar bahwa selama ini ia yang salah karena tidak bisa mengertikan Nara.

"Maafkan aku… aku menyesal. Sekarang beritahu aku apa yang harus aku lakukan untuk membuat hubungan kita menjadi lebih baik." Nara tersenyum seraya menatap Siwon.

"Tak ada yang perlu kau lakukan oppa. Sekarang aku memberikan kebebasan padamu untuk bersama wanita lain yang lebih sepadan denganmu dan lebih mengertikanmu dibanding aku" Ucap Nara membuat Siwon mengernyitkan dahinya.

"Dari awal sudah kukatakan kalau aku tidak menyukaimu. Tapi kau terlalu memaksakan diri. Sehingga kukira dengan menerimamu akan membuat kita merasakan hubungan yang indah, karena dengan caramu memintaku untuk menjadi kekasihmu membuatku berpikir kau begitu mencintaiku. Tapi nyatanya aku salah. Kau malah mengacuhkanku dan membuat hubungan kita terasa hambar. Jadi aku rasa akan lebih baik jika kita akhiri saja hubungan ini."

"Tapi aku masih ingin bersamamu Nara-ya. Aku ingin hubungan kita dimulai dari awal. Dan aku akan memperbaiki kesalahanku."

"Aku tak yakin akan berhasil. Selama hampir empat bulan bersamamu membuatku berharap akan sesuatu yang tak pasti. Sesuatu itu adalah munculnya perasaan terhadapmu yang telah menjadi kekasihku. Namun sikapmu selama ini telah membuktikan bahwa rasa cintaku tak akan pernah muncul untukmu. Jadi aku mohon padamu agar kau mau melepaskanku. Aku tak mau mengikatmu dalam hubungan yang sama sekali tak kutaruh hatiku di dalamnya sementara kau tak bisa membangkitkan perasaan itu."

"Kumohon pikirkan lagi hubungan kita Nara-ya." Bujuk Siwon. Pria ini terlalu egois jika menginginkan hubungan mereka dipertahankan sementara dia dan Nara tak mampu mempertahankannya lagi.

"Aku sudah memikirkan ini berulang kali oppa. dan aku yakin dengan keputusanku." Nara melirik jam tangan yang bertengger manis di lengannya. Sudah sore, ia harus segera pulang. "Aku harus pulang sekarang. Jika ada yang ingin kau katakan, katakanlah sekarang sebelum kau kembali ke Kanada besok."

Siwon hanya terdiam. Nara rasa tak ada yang ingin pria itu katakan padanya sebelum ia pergi. Jadi Nara berdiri dari tempat duduknya. "Aku pergi." Nara membungkuk lalu berbalik dan melangkah meninggalkan Siwon.

"Aku akan tetap menunggumu. Kalau-kalau kau berubah pikiran." Ucap Siwon menghentikan langkah kaki Nara.

"Jangan menungguku." Balas Nara tanpa membalikan tubuhnya. Kemudian kembali melangkahkan kakinya yang sempat tertunda.

Beberapa minggu setelah itu.

"Aku pulang!" Seru Nara ketika memasuki rumah. Kemudian ia melangkahkan kakinya menuju kamar.

Ketika ia tengah melewati ruang kerja ayahnya, ia melihat seorang pria keluar dari ruangan tersebut. Pria itu memandang Nara dengan tatapan hangat.

"Kau pasti putri bungsu Tuan Kim?" Tanya pria itu tiba-tiba.

"Benar." Jawab Nara kemudian membungkukkan tubuhnya memberi salam.

"Kau sudah pulang Nara-ya?" Suara lain terdengar bersamaan dengan keluarnya ayah Nara dari ruangan yang sama.

"Ya Appa." Jawab Nara sambil menundukkan kepalanya kembali.

"Kau gadis yang cantik dan sopan. Kurasa kau akan cocok dengan putraku." Ucap pria yang bersama ayah Nara tersebut, membuat Nara memasang wajah Tanya.

"Ya?"

"Bukan apa-apa. Sekarang masuklah ke kamarmu lalu makan malamlah bersama Ryeowook. Setelah itu ke ruangan appa. Appa ingin berbicara denganmu." Ucap Tuan Kim.

Tanpa bertanya, Narapun kembali memberikan salam pada kedua pria paruh baya di hadapannya kemudian pergi menuju kamarnya.

Sesampainya di kamar, Nara segera membersihkan tubuhnya lalu bersiap-siap untuk makan malam. Saat di ruang makan, Nara hanya makan bersama salah satu kakaknya seperti apa yang dikatakan oleh ayahnya tadi. Mungkin hal itu sudah biasa bagi Nara karena ia sudah tak lagi memiliki ibu, salah satu kakak Nara yang lain sudah menikah dan ayahnya sering bekerja sampai malam di perusahaan sehingga Nara lebih sering menghabiskan waktu makan malam bersama salah satu kakaknya, Kim Ryeowook. Namun ia tak pernah kesepian karena ia mendapat begitu banyak perhatian dari ayah dan kedua kakaknya meski salah satu kakak Nara, Kim Heechul sudah menikah. Ya.. Meski terkadang ia merindukan sosok seorang ibu dalam keluarganya.

Setelah makan malam, Nara langsung pergi menuju ruang kerja ayahnya.

Ttokk Ttokk Ttokk

Suara ketukan pintu terdengar jelas ketika Nara sudah berada di depan ruang kerja Tuan Kim dan mengetuk pintu ruangan tersebut.

"Masuklah." Nara membuka pintu dengan pelan dan langsung memasuki ruangan itu setelah Tuan Kim mempersilahkannya masuk. Setelah itu ia duduk di sofa yang berbeda dengan Tuan Kim.

"Ada yang appa ingin bicarakan padaku?" Tanya Nara langsung. Tuan Kim tersenyum saat Nara bertanya kemudian ia terlihat menarik napasnya lalu menghempaskannya seketika.

"Begini Nara-ya… pria yang tadi bersama appa adalah rekan bisnis sekaligus teman baik appa sewaktu di universitas. Dia adalah orang yang baik. Appa tahu itu karena dialah yang membantu appa selama ini. Dan appa rasa putranya juga pasti sebaik dirinya." Ucap Tuan Kim basa-basi namun menatap putri bungsunya itu dengan tatapan penuh arti.

"Apakah Appa ingin menjodohkanku dengan putra teman baik Appa itu?" Tebak Nara.

"Rupanya kau mengerti apa yang appa maksud."

"Appa, usiaku baru Sembilan belas tahun." Ucap Nara yang bermaksud memprotes namun dengan nada bicara yang lembut.

"Appa tahu itu. Appa juga sudah memberitahunya tentang ini. Tapi dia berkata bahwa putranya juga seumuran denganmu dan dia bersikukuh ingin menjodohkanmu dengan putranya. Bahkan appa sudah menjelaskan padanya bahwa perjodohan hanya akan membuat kau dan putranya menderita karena kalian akan menikah tanpa berdasarkan rasa cinta. Tapi dia selalu memberi alasan yang cukup masuk akal di saat appa ingin menolaknya." Jelas Tuan Kim.

"Apakah Appa sendiri ingin menjodohkanku dengan putra teman baik Appa itu?"

"Entahlah…. Sebenarnya appa tak berniat menjodohkanmu dengan putra Tuan Cho karena appa ingin kau menikah dengan pria yang kau cintai. Tapi appa juga tak enak jika menolak tawaran Tuan Cho karena dia adalah orang yang telah banyak membantu appa dan dia juga teman baik appa. Meskipun begitu, keputusan ada padamu Nara-ya. Terserah kau mau atau tidak. Jika kau tak mau, appa akan bicara baik-baik dengannya."

Mendengar penuturan ayahnya, Nara merasa bingung karena perjodohan itu tentu akan menentukan kebahagiaannya di masa depan juga mempengaruhi ikatan persahabatan dan bisnis ayahnya. Nara terbiasa untuk tidak menolak permintaan orang yang sangat dicintainya. Terlebih lagi ia ingat saat beberapa hari yang lalu ia mendengar percakapan Heechul dengan ayahnya itu yang mengatakan bahwa perusahaan milik keluarganya berada di ambang kebangkrutan dan hanya bisa diselamatkan jika mendapat suntikan dana yang begitu besar. Mungkin perusahaan milik teman baik ayahnya itulah yang bisa membantunya. Mengingat semua yang telah diberikan ayahnya selama ini membuat Nara berpikir tidak ada salahnya menerima perjodohan itu agar perusahaan milik keluarganya terselamatkan. Lagipula bukankah Nara sudah terbiasa tak beruntung dalam hal percintaan? Jadi tak apa jika ia menikah tanpa berdasarkan rasa cinta.

Nara menatap ayahnya lalu tersenyum.

"Apakah putra dari teman Appa itu sudah diberitahu tentang perjodohan ini?" Tanya Nara membuat Tuan Kim menatap ke arah putri kesayangannya itu.

"Dia mengatakan kalau dia sudah memberitahu putranya itu tentang hal ini."

"Lalu apa jawabannya?"

"Dia bilang kalau putranya setuju dengan perjodohan ini." Nara tersenyum penuh arti pada ayahnya itu.

"Kalau begitu aku juga akan setuju dengan perjodohan ini." Ucap Nara membuat sang ayah menatap tak percaya.

"Apa kau bersungguh-sungguh dengan apa yang kau katakan Nara-ya?" Tanya Tuan Kim. Dan Nara hanya menjawabnya dengan senyum.

"Kau bahkan belum bertemu atau mengetahui nama putra teman baik appa itu.

Nara bangkit dari tempat duduknya lalu menghampiri ayahnya dan duduk bersimpuh di kaki sang ayah.

"Saat ini aku sedang tak peduli dengan siapa aku akan menikah. Yang kupedulikan sekarang adalah kebahagiaan appa."

"Nara-ya."

"Aku tahu apa yang saat ini Appa hadapi di perusahaan. Mungkin dengan caraku mengambil keputusan ini akan memperbaiki keadaan perusahaan."

"Tapi bagaimana dengan kebahagiaanmu Nara-ya?"

"Appa telah memberikanku banyak kebahagiaan selama ini. Kini giliranku untuk membahagiakanmu. Appa tak perlu khawatir dengan kebahagiaanku. Karena kebahagiaanmu akan menjadi kebahagiaanku." Tutur Nara membuat sang ayah menitikkan air mata kemudian mengusap kepala Nara penuh rasa sayang.

"Appa sangat beruntung memilikimu." Nara tersenyum mendengar pujian ayahnya. Narapun berdiri dan memeluk ayahnya.

"Aku lebih beruntung karena terlahir di keluarga ini. Keluarga yang sangat menyayangiku. Saranghae appa" Keduanyapun tersenyum kemudian melepaskan pelukan.

"Kalau begitu appa akan memberitahu Tuan Cho tentang ini dan kita akan segera mengadakan pertemuan keluarga."

"Emm." Angguk Nara. "Kalau begitu aku akan kembali ke kamarku sekarang."

"Ye. Kembalilah ke kamarmu."

Narapun melangkahkan kakinya meninggalkan ruangan tersebut dan pergi menuju kamarnya.

Hari ini merupakan hari pertemuan antara keluarga Kim dan keluarga Cho. Bertempat di kediaman keluarga Kim, kedua keluarga sudah berkumpul di ruang tamu kecuali satu orang.

"Maafkan aku karena putraku belum bisa berkumpul di sini. Dia bilang hari ini dia mendapat banyak tugas di universitas sehingga dia pulang sedikit terlambat barusan. Tapi dia akan segera sampai dan bergabung bersama kita sebentar lagi." Tutur Tuan Cho.

"Tidak apa. Aku mengerti itu." Balas Tuan Kim.

"A~ itu dia putraku!" Seru Tuan Kim saat kedua matanya menangkap sesosok pria yang kini sudah berada di antara mereka.

"Maaf, aku terlambat." Ucap pria tersebut seraya membungkukkan tubuhnya sebagai tanda penghormatan. Tuan Kim dan Ryeowook mengangguk. Sementara Nara, gadis itu tengah menelisik siapa pria di hadapannya.

Betapa terkejutnya Nara saat pria itu mengangkat kembali kepalanya. Pria itu, pria yang berdiri dengan wajah tampannya seraya tersenyum hangat adalah Cho Kyuhyun. Sekarang bagaimana perasaan Nara saat ia tahu kalau pria yang akan menjadi suaminya adalah pria yang ia cintai selama tiga tahun secara diam-diam sedangkan pria itu sudah memiliki kekasih. Dan kekasihnya merupakan teman Nara, namun Kyuhyun malah memilih untuk dijodohkan dengannya. Nara hanya bisa merundukkan kepala menyembunyikan wajah terkejutnya

"Tidak apa-apa." Sahut Tuan Kim.

"Duduklah." Tuan Cho mempersilahkan Kyuhyun untuk duduk.

"Kim Nara?" Ucap Kyuhyun ketika ia menyadari bahwa gadis yang duduk berhadapan dengannya adalah Nara. Pertanyaan Kyuhyun sontak menambah ketegangan di hati gadis itu. Narapun tersenyum tipis ke arah Kyuhyun.

"Eoh, rupanya kalian sudah saling mengenal?" Tuan Cho tersenyum senang mengetahui putranya itu sudah mengenal gadis yang akan dijodohkan dengannya. Dengan begitu ia pikir tak perlu waktu yang lama untuk segera melangsungkan pernikahan mereka.

"Kami berdua berada di sekolah yang sama ketika sekolah menengah atas, dan kami juga sempat satu kelas di tahun pertama." Tutur Kyuhyun seraya memandangi wajah Nara.

"Benar-benar sebuah kejutan. Kurasa tak perlu waktu lama bagi kalian untuk saling mengenal. Bagaimana jika pernikahan putraku dan putrimu kita percepat saja?" Tuan Cho menatap senang ke arah Tuan Kim.

"Aku menyerahkannya pada mereka." Lirik Tuan kim pada Nara dan Kyuhyun.

"Kurasa Kyuhyun tidak akan keberatan jika pernikahannya dipercepat. Sekarang bagaimana menurutmu Nara?" Sahut Tuan Cho tanpa mendengar jawaban dari Kyuhyun.

"Maafkan aku. Kurasa kami belum terlalu mengenal satu sama lain. Jadi aku membutuhkan waktu lebih untuk ini." Ucap Nara seraya menundukkan kepalanya sebagai tanda maaf.

"Oh, baiklah. Aku dapat memakluminya" Tuan Cho tahu Nara pasti membutuhkan waktu cukup lama untuk mengenal Kyuhyun, karena ia tahu kepribadian Kyuhyun yang cukup tertutup.

"Kudengar selain belajar di universitas, kau juga belajar mengurus perusahaan? Benarkah itu?" Tuan Kim mencoba mengalihkan pembicaraan mereka.

"Ye. Appa bilang kalau aku harus belajar mengurus perusahaan agar dapat meneruskan jejak appa di bidang bisnis." Tuan Kim tersenyum mendengar penuturan Kyuhyun. Ia merasa kagum terhadap pria yang akan menjadi menantunya itu. Ia yakin bahwa putri bungsunya akan hidup bahagia bersama Kyuhyun. Walau hatinya juga tak urung gelisah karena ia pikir Nara tak bisa hidup bersama orang yang dicintainya.

Sementara Nara hanya diam memperhatikan percakapan yang terjalin antara ayahnya dengan Kyuhyun, walau sebenarnya ia tak tertarik sedikitpun dengan apa yang dibincangkan oleh kedua pria itu. Karena sebenarnya ia sedang berkutik dengan pikirannya yang masih bertanya kenapa Kyuhyun menerima perjodohan itu sedangkan ia memiliki seorang kekasih yang Nara yakini bahwa Kyuhyun sangat mencintai kekasihnya tersebut.

"Appa-mu pasti bangga karena putranya mau meneruskan jejaknya." Sanjung Tuan Kim yang disambut senyuman dari Tuan Cho dan istrinya.

"Menurut appa, tak ada sesuatu yang pantas dibanggakan selain memiliki keluarga harmonis dan saling menyayangi satu sama lain." Jawab Kyuhyun.

"Benar apa yang dikatakan Kyuhyun. Yang pantas dibanggakan dari sebuah keluarga adalah keharmonisan dan kasih sayang yang terjalin begitu erat di dalamnya. Dan kurasa kebanggaanku akan bertambah ketika keluarga kita bersatu. Di mana Kyuhyun dan Naralah yang akan menjadi jembatannya. Bukan begitu Kim Nara?" Pandangan Tuan Cho mengarah pada Nara, diikuti oleh pandangan semua orang yang berada di ruangan itu. Menyadarkan Nara dari keterdiamannya.

"Benar." Angguk Nara.

"Permisi, aku ingin ke kamar kecil." Ucap Kyuhyun.

"Oh, tentu. Biarkan Nara menunjukkannya padamu dan membawamu berkeliling di sekitar rumah ini sebelum makan malam." Ucap Tuan Kim kemudian pandangannya mengarah pada Nara. Narapun mengangguk lalu berdiri.

"Mari ikuti aku."

Kyuhyun bangkit dari tempat duduknya lalu mengikuti ke mana Nara membawanya pergi. Perlu sedikit waktu bagi mereka berdua untuk menuju tempat yang Kyuhyun maksud, karena tempat itu cukup berjarak dari ruang tamu.

Saat mereka berdua sudah tak terlihat lagi oleh kedua keluarga itu. Narapun memberanikan diri untuk membuka suaranya.

"Cho Kyuhyun-ssi." Panggil Nara ragu, membuat langkah kaki Kyuhyun terhenti seketika. "Umm.. Kenapa kau menerima perjodohan ini?" Kyuhyun mengarahkan padangannya pada Nara yang juga tengah memandang ke arahnya.

"Kenapa kau bertanya seperti itu?" Kyuhyun malah balik bertanya. Dan itu berhasil membuat Nara seakan kehilangan daya pikirnya untuk kembali bertanya atau menjawab pertanyaan Kyuhyun.

"Aku… aku hanya ingin tahu apa alasanmu menerima perjodohan ini sementara kau sudah memiliki kekasih." Jawab Nara.

"Kau sendiri? Apa alasanmu menerima perjodohan ini sementara kau juga sudah memiliki kekasih?" Kyuhyun lagi-lagi membalikan pertanyaan pada Nara.

"Eoh? Aku?..." Sepertinya Nara dibuat terkejut karena Kyuhyun memberikan pertanyaan yang sama padanya. "Um.. Aku menerima perjodohan ini untuk membuat appa-ku bahagia." Jawab Nara yang disambut kernyitan dahi dari Kyuhyun tanda tak mengerti.

"Appa-ku banyak berhutang budi pada appa-mu. Dan aku banyak berhutang budi pada appa-ku. Dia telah banyak memberi kebahagiaan kepadaku. Jadi apa salahnya jika saat ini aku yang membahagian appa-ku? Jika tentang Siwon oppa, kami sudah putus satu bulan setelah kita bertemu di universitas. Hubunganku dengannya tidak sebaik hubunganmu dengan Mirae, lagipula selama ini aku tidak menaruh sedikitpun perasaanku padanya kecuali rasa kagum seorang hoobae kepada sunbae-nya, jadi untuk apa aku melanjutkan hubungan kami yang terlihat abstrak dari luar dan dalam?" Kyuhyun tertegun mendengar penuturan Nara yang begitu terus terang. Ia memandang Nara dari samping. Jelas tak terlihat sedikitpun kebohongan dari wajah cantiknya.

"Bagaimana denganmu?" Nara mengarahkan pandangannya ke arah Kyuhyun. Membuat pandangan keduanya bertemu. Hati Nara kembali dibuat bergemuruh dengan bertemunya keempat mata mereka. Segera Nara memalingkan kembali wajahnya.

"Aku adalah satu-satunya putra mereka, harapan mereka. Aku selalu berpikir bagaimana aku bisa menjadi apa yang mereka inginkan. Tapi aku tak pernah berpikir akan seperti ini jadinya. Aku tak tahu kalau aku juga harus mengorbankan perasaanku untuk mereka. Tapi setelah aku berpikir kembali, kuyakin bukan hanya aku yang mengorbankan perasaanku untuk mereka, tapi mereka juga pasti telah mengorbankan banyak hal untukku. Karena itu aku menerima perjodohan ini." Tutur Kyuhyun. "Masalah Mirae, aku telah memberitahunya tentang ini. Untuk saat ini dia masih belum bisa menerimanya, tapi mungkin nanti dia bisa mengerti."

"Bagaimana dengan perasaanmu?"

"Eoh?!"

"Perasaan Mirae pasti hancur karena kekasihnya akan menikah dengan orang lain. Lalu bagaimana perasaanmu karena kau harus menikahi teman kekasihmu? Orang yang bahkan tak kau cintai sama sekali."

"Entahlah. Kurasa kau juga tahu bagaimana perasaanku." Jawab Kyuhyun singkat.

"Tentu. Pasti menyakitkan karena kau harus menikah dengan orang yang tak kau cintai. Dan kau harus melepaskan orang yang kau cintai."

"Begitulah."

Sebenarnya dalam perjodohan itu Naralah yang paling menderita. Selain karena ingin menuruti permintaan dari ayahnya, alasan Nara menerima perjodohan tersebut adalah karena dia ingin melupakan Kyuhyun. tapi yang terjadi malah sebaliknya. Dia malah harus mencintai Kyuhyun lebih dalam sedangkan pria itu malah mencintai perempuan lain. Di sisi lain ia juga merasa bersalah karena dengan menerima perjodohan itu, ia pasti menyakiti perasaan teman dekatnya.

"Apa sebelumnya kau tahu kalau aku adalah gadis yang akan dijodohkan denganmu? Dan apa Mirae tahu kau akan dijodohkan denganku?" Nara tampak cemas saat menanyakan hal itu.

"Tidak. Di antara kita berdua tak ada yang diberitahu dengan siapa kita akan dijodohkan dengan alasan agar kita berdua tidak menolak saat mengetahui siapa orang itu. Mirae juga belum tahu tentang siapa yang dijodohkan denganku." Jawab Kyuhyun membuat Nara tampak lemas. Gadis itu menghempaskan napasnya.

"Kurasa dia akan marah padaku karena telah menerima dijodohkan denganmu."

"Dia pasti marah pada kita berdua. Tapi kita tak bisa membatalkan perjodohan ini karena kita berdua sudah sepakat untuk menerimanya. Kuharap dia bisa mengerti keadaan kita."

*Flashback End*

Upacara pernikahan telah usai, kini saatnya bagi kedua pengantin dan seluruh tamu yang merupakan saudara dan sahabat dekat kedua keluargapun merayakannya dengan pesta. Di sebuah meja, terlihat seorang pria tengah memainkan jari telunjuknya pada bibir gelas. Ia tampak tak berselera untuk meminum minuman dalam gelas tersebut apa lagi menikmati pesta itu.

"Kyuhyun-ssi!" Sebuah suara mengalun memanggil sosok pria itu. Pemilik suara itu menghampiri Kyuhyun. Ia tak sendirian, pemilik suara itu datang bersama seorang pria. Mereka tak lain adalah kedua kakak Nara, Kim Heechul dan Kim Ryeowook.

Kedua orang tersebutpun duduk di meja yang sama dengan Kyuhyun.

"Di mana Nara?" Tanya Ryeowook.

"Dia sedang ke kamar mandi." Jawab Kyuhyun seraya tersenyum, namun senyum yang dipaksakan.

"Emm."

"Aku tak pernah menyangka kalau Nara akan menikah di usia semuda ini." Ucap Heechul.

"Nado." Timpal Ryeowook.

"Dulu dia selalu mengatakan kalau dia ingin menikah setelah lulus studi S2-nya. Tapi nyatanya dia bahkan menikah sebelum lulus studi S1. Aku masih merasa ini seperti mimpi." Lanjut Heechul.

Kyuhyun hanya mendengarkan apa yang Heechul katakan tanpa berniat untuk ikut dalam percakapan mereka.

"Jika saja ia tak menjadi gadis yang tak bisa menolak keinginan orang-orang di sekitarnya, mungkin ia tak akan menikah di usia semuda ini." Ucap Ryeowook yang berhasil menarik perhatian Kyuhyun.

"Apa maksudmu kalau Nara tak bisa menolak keinginan orang-orang di sekitarnya?" Tanya Kyuhyun penasaran.

"Eoh?!" Sepertinya Ryeowook telah salah berbicara.

"Sejak ia masih berada di bangku sekolah menengah pertama, ia menjadi seorang gadis yang sangat penurut. Ia tak pernah menolak keinginan siapapun yang ia yakini sangat menyayanginya. Jika ia menolak, ia akan meminta maaf berkali-kali pada orang tersebut meski orang tersebut sudah memaafkannya." Jelas Heechul.

"Kenapa bisa begitu?" Tanya Kyuhyun kembali.

"Ini semua karena Kibum." Jawab Heechul yang kemudian mendapat senggolan dari Ryeowook. Ryeowook tak mau Heechul berucap semakin jauh karena ia tahu dampaknya mungkin tak akan baik.

"Kibum?" Kyuhyun dibuat penasaran karena Heechul tak melanjutkan pembicaraannya.

"Itu tidak penting. Hanya seseorang di masa lalu, tapi bisakah kau tidak mengungkit nama itu di depan Nara atau menanyakan hal tersebut pada Nara?!" Tanya Ryeowook yang mendapat kernyitan dahi dari Kyuhyun. Ryeowook tahu kalau Kyuhyun pasti penasaran dengan hal yang baru saja di katakannya. Ryeowookpun mencoba untuk memberi pengertian pada Kyuhyun.

"Apa yang sedang kalian bicarakan?" Sebuah suara menyapa indra pendengaran ketiga pria itu. Mereka bertigapun menoleh ke arah sang pemilik suara. Membuat mereka bungkam karena kehadiran orang yang baru saja mereka bicarakan.

"Nara-ya?!"

.

.

.

.

.

TBC


Maaf ya, ff ini aku remake lagi. Soalnya aku gak enak kalo harus ngerubah kata oppa jadi kakak, appa jadi ayah atau sebagainya. Di versi aslinya aku memang menggunakan bahasa korea sebagai selipan di beberapa kalimat, cuman dirubah lagi karena takutnya ada temen/sodara aku yang pengen baca cerita ini tapi mereka ngeluh karena gak ngerti arti istilah-istilah tersebut. Kalaupun dikasih keterangan di bawahnya, malah capek lagi hehe.. untuk setiap chapter yang lain juga akan diubah.

Oh ya, jangan lupa kasih review sama favorite ya... gomawo