Harry Potter © JK Rowling


Original story by:

Dipi


Warning:

Typo, EyD, terjemahan yang mungkin kurang bagus, dan lain lain (bisa dilihat sendiri)


Don't Like Don't Read

Selamat membaca


"Apa kau yakin kau membuat keputusan yang tepat?"

Hermione menatap melalui cermin ke arah temannya, yang sedang gelisah dengan rambutnya. "Kau yakin kau ingin melakukan itu pada rambutku?"

Ginny menjatuhkan helaian coklat tersebut dan berjalan menuju jendela.

"Semua orang berada disini untuk pernikahan ini." Berbalik, Ginny melanjutkan, "Ron masih mencintaimu, Hermione."

Hermione menghela napas. "Aku tahu. Tapi ini demi kebaikannya."

"Dan apa yang membuatmu berpikir kau tahu lebih baik?" emosi Ginny yang terkenal berkobar.

"Aku mengenal diriku," Hermione bergumam perlahan, berpaling dari si rambut merah. "Aku tahu penantiannya tidak akan setimpal."

Ginny menghela napas. Ia telah mencoba segalanya namun tidak ada yang bekerja. Mungkin ini sudah seharusnya terjadi.


Harry dan Hermione berjalan memasuki jalanan dan wanita itu mendengar lenguhan yang apresiatif. Ginny telah melakukan pekerjaannya dengan baik.

"Aku bisa melihat setidaknya sepuluh lelaki mengerling padamu," Harry berbisik di telinganya.

Terlepas dari dirinya sendiri, Hermione tersenyum. "Terima kasih, Tuan Potter. Aku yakin kau akan melindungiku dari mereka."

Harry meluruskan tubuhnya. "Always, my fair lady."

Sebuah kikikan lolos dari bibir Hermione sebelum kekhawatiran membayangi wajahnya.

"Kau melakukan hal yang benar, Hermione," Harry meyakinkannya.

"Terima kasih, Harry," Hermione berbisik sebelum mengambil tempat di sebelah Ron.

Hanya ada satu kata untuk menggambarkan Ron hari ini—mengagumkan. Ron telah menjadi percaya diri, yakin, dan tenang setelah perang dan semua itu ditambahkan ke dalam kepribadiannya.

Ron memberinya seulas senyum dan kedipan untuk memperlihatkan apresiasinya. "Sayang sekali, kau tidak menikah denganku," candanya.

Dan Hermione tahu itu hanyalah sebuah candaan. Ron adalah satu-satunya orang yang mengerti dirinya dan mendukungnya.

Semua perhatian tertuju pada jalanan saat si mempelai wanita berjalan bersama ayahnya. Anne terlihat cantik.

Sesaat sebelum Anne mencapai Ron, pria itu menatap ke arah Hermione. Hermione mengangguk dan Ron tersenyum. Sebuah senyum masam tetapi tetap senyum. Tidak diperlukan komunikasi lebih lanjut.


"Aku membawakanmu kue."

Hermione mendongak dan mendapati Teddy yang berambut coklat berdiri bersama dua buah piring kue.

"Terima kasih, Ted."

"Kau juga harus menjauh dari Molly dan George," Ted memperingatkan seraya duduk di sebelah Hermione.

"George?"

"Well, dia sedang mencarimu untuk dansa perayaan. Dia sangat senang kau melepaskan apa yang kau lepaskan."

Hermione tertawa kecil.

"Kau benar-benar mengejutkan kami. Aku mendengar banyak tamu bergumam tentang nilai-nilai yang hilang dan yang lainnya."

"Ron yang harus disalahkan. Ia tidak ingin mendengar ceramah jadi ia meminta Anne, Harry, dan aku untuk merahasiakan semuanya. Ron dan aku menjadi lebih dekat setelah perang, jadi wajar saja bila aku menjadi Best Man di pernikahannya."

"Well, lucu melihatmu memberi pidato sebagai Best Man dan Harry melakukan apa yang Maid of Honour kerjakan."

"Well, kita pastikan semua orang akan mengingat pernikahan ini."

"Benar."

Keduanya terdiam, memandang menuju tenda dimana perayaan berlangsung. Sesekali, musik dan tawa berhembus dari pepohonan menuju mereka.

"Molly menangis," Ted memecah keheningan. "Tidak ada dari pernikahan ini yang berjalan sesuai dengan yang seharusnya, katanya."

Hermione menghela napas.

"Ia ingin Ron dan dirimu yang menikah, bukan?"

"Kau yakin kau baru berusia tujuh tahun?" canda Hermione sebelum berubah serius. "Ya, Ted."

"Mereka bilang kau berubah. Kau dulu biasanya tegang dan optimis. Dan kini kau menjadi santai tetapi pesimis."

"Aku belum menjadi pesimis!"

Ted tetap diam. Seolah ia tengah memberi waktu pada Hermione untuk mengumpulkan diri dan pikirannya.

"Aku belum menjadi pesimis." Ucap Hermione, kali ini secara perlahan. "Aku kehilangan keluargaku dalam perang, semuanya. Aku melihat mereka disiksa, aku melihat mereka mati. Sebelum perang, aku ingin memiliki keluarga yang seperti keluargaku. Ibu dan ayahku bahagia bersama satu sama lain. Aku kehilangan harapan untuk memiliki keluarga setelah perang. Ada sesuatu yang hancur dalam diriku."

"Aku seorang Auror, Ted. Dan itu juga Komando Auror. Hidupku melibatkan risiko. Aku tidak ingin ada ikatan. aku tidak ingin keluargaku melihatku mati."

"Kau tahu bahwa jika kau memutuskan untuk berhenti dari pekerjaanmu, Kementerian akan memberimu pekerjaan apapun yang kau mau."

Hermione tetap diam.

"Kau takut untuk memiliki keluarga, 'Mione, benar?"

"Siapa yang memberitahumu itu?"

"Aku kebetulan mendengar Ron dan Harry berbicara. Itulah mengapa kau memaksa Ron menikahi Anne."

"Aku tidak memaksa Ron untuk menikahi Anne," Hermione menggertakkan giginya. "Kubilang padanya untuk mulai melihat sekitarnya. Aku tidak akan menikah. Dan Ron menginginkan keluarga. Ia selalu menginginkan keluarga."

Ted segera bangkit. "Kau akan mau memiliki keluarga juga. Nanti. Kalau kau sudah tua."

Hermione bangkit juga. "Tidak, Ted. Aku tidak menginginkan keluarga. Dan aku tidak ingin menikah."

"Kita lihat saja nanti," gumam Ted saat ia meraih tangan Hermione untuk kembali ke tenda.


"Mengapa kau tidak ada disana saat aku pergi ke sekolah?" Ted bertanya saat ia memasuki rumah Hermione.

"Halo juga untukmu, Ted."

"Jawab aku."

"Aku sedang dalam misi, Ted."

"Mengapa kau masih melakukan pekerjaan bodoh itu? Ron tidak pernah mengambilnya, pria pintar. Harry juga datang dan mengundurkan diri. Kau. Kau baru saja di promosikan ke pangkat Komando Internasional. Kau menghilang dari semua momen keluarga."

Hermione mengacak rambut Ted. "Tenanglah, Ted. Aku membuatkan pai kenari favoritmu. Kau mau?"

"Aku disini selama seminggu. Aku akan punya waktu untuk itu nanti. Kau jawab aku dulu."

"Kau belum menanyakanku pertanyaan apapun, Ted," Hermione menjawab dengan lelah.

"Kau ingin pertanyaan? Baiklah. Mengapa kau tidak berhenti dari pekerjaaanmu?"

Ted memotongnya saat Hermione membuka mulut. "Dan jangan memberiku omong kosong apapun mengenai betapa kau menyukai pekerjaanmu. Sebab aku tahu kau tidak menyukainya."

Hermione tetap diam.

"Semua orang mengkhawatirkan dirimu. Aku mendengar Harry dan Ron. Kau tidak datang saat makan malam keluarga, kau tidak menetap saat makan siang akhir pekan yang kau, Ron dan Harry miliki. Jika kau pikir dirimu terbunuh adalah cara yang tepat untuk menghilangkan rasa sakit, silahkan saja. Tapi jangan, untuk sedetik, berpikir bahwa tidak akan ada yang tersakiti, tidak akan ada yang merindukanmu, tidak akan ada yang menangis untukmu. Entah kau menginginkannya atau tidak, kau masih tetap memiliki keluarga."

Dan Ted memelesat ke kamarnya di lantai atas tanpa menunggu balasan apapun dari Hermione.


"Apa yang kau lakukan disini?" Ted menanyai Hermione.

"Hanya berpikir untuk menemuimu."

"Aku akan meninggalkan kalian berdua disini," ucap Minerva saat ia menutup pintu ruang kelas yang tak terpakai.

"Apa semuanya baik-baik saja?" tanya Ted khawatir. "Dan jangan berbohong kepadaku."

"Aku tidak berniat begitu. Aku akan pergi ke luar negeri. Dan aku akan pergi setidaknya selama dua tahun. Tidak akan ada cara untuk menghubungiku. Jadi, aku hanya ingin bertemu denganmu sebelum pergi."

"Apa Ron dan Harry tahu?"

"Aku sudah menulis surat pada mereka."

"Berjanjilah padaku kau akan menemui mereka sebelum kau pergi."

"Ted, aku—"

"Aku tidak mendengarkan apapun yang akan kau katakan. Berjanjilah padaku kau akan menemui mereka."

Tidak pernah ada gunanya berdebat dengan Ted. "Baiklah."

Ted memeluknya erat. Ia akan berusia dua belas tahun dalam tiga bulan namun Hermione tidak akan ada disana untuk merayakannya. Ted telah membuat rencana untuk bermain ski bersamanya; rencana itu juga tidak jadi.

"Pergilah bermain ski bersama George."

"Aku akan selalu menunggumu," ucap Ted, harapan bersinar di matanya. "Berjanji saja padaku kau tidak akan membiarkan dirimu terbunuh."

"Aku tidak memberimu lebih dari sebuah janji dalam sehari. Jatahmu akan terlaksana hari ini. Aku membawakanmu pai kenari. Makanlah."

Tidak perlu mengatakannya namun Ted mengerti misinya itu berbahaya dan Hermione bisa saja terbunuh. Pai kenari selalu bisa menangani situasi yang sulit.

Ted memeluknya sekali lagi. "Aku mencintaimu. Dan aku akan menunggumu."

Hermione balas memeluknya dan pergi. Ia memiliki sebuah janji untuk ditepati.


Ted berusia lima belas tahun saat Hermione kembali. Terkadang ia takut ia mungkin saja melupakan bagaimana penampilan wanita itu. Ia menghabiskan sebagian besar liburannya di rumah Hermione, membersihkan dan menata ulang. Hermione tentu ingin rumahnya dalam posisi yang bagus ketika ia kembali.

Namun Hermione tidak kembali ke rumahnya selama enam bulan selanjutnya. Ia berada di rumah sakit. Dalam keadaan koma.

Misi yang ia lakukan rupanya sukses, namun ia tertangkap oleh musuh. Itu menyebabkan tekanan serempak dari Departemen Penegakan Hukum dan Departemen Olahraga untuk memaksa Departemen Auror untuk mengirimkan tim pencari untuknya. Mengambil waktu sekitar lima bulan namun ia ditemukan. Hidup-hidup.

Ted mendapat izin khusus untuk mengunjungi Hermione, bahkan dari sekolah. Dan ia akan mengunjunginya setiap hari. Ia berhenti dari tim Quidditch sehingga ia bisa bersamanya. Ia akan duduk di sisinya, mengerjakan PR nya, berbicara tentang Hogwarts, Harry, Ron dan banyak lagi anak-anak di keluarga. Ted berbagi kegelisahan, ketakutan, dan kerinduannya akan Hermione dari waktu ketika wanita itu tidak ada. Ia tidak pernah mendapat jawaban namun itu tidak apa-apa untuknya. Hermione hidup dan itu sudah cukup baginya.


"Selamat ulang tahun, sepupu," Scorpius berucap perlahan-lahan.

Teddy menghela napas. "Terima kasih, kawan,"

"Bolehkah aku bertanya mengenai alasan dibalik suasana hatimu hari ini? Ini adalah ulang tahunmu yang ketujuh belas!"

Ted selalu lebih nyaman di sekitar orang-orang yang lebih tua dan Scorpius adalah satu-satunya pengecualian. Bukannya ia tidak bisa menangani anak-anak, dan mereka semua menyayanginya, namun ia adalah dirinya sendiri di sekitar orang-orang yang lebih tua.

Teddy melemparkan tatapan kotor dan Scorpius merespon dengan tawa.

"Ini hanyalah pesta, Ted," ucap Scorpius, sangat geli, "Kami tidak akan membantaimu."

"Kau tahu betapa aku menyukai pesta," Ted menghela napas lagi. "Kau bisa saja melakukan sesuatu untuk mencegahnya terjadi."

"Kau tahu bagaimana James dan Fred bisa lakukan. Mustahil untuk menghentikan mereka."

Ted menghela napas lagi. Ia sedang memandangi rak buku-buku jauh di sudut perpustakaan, ketika Scorpius berucap lembut, "Dia baik-baik saja. Ayahku bertemu dengannya kemarin."

Ted tidak meresponnya. "Jam berapa pestanya?"

Giliran Scorpius yang menghela napas. "Jam lima sore. Kamar Kebutuhan."

Seraya berdiri, Ted mengumpulkan buku-bukunya di tangannya. "Aku akan kesana tepat waktu." Dan ia keluar dari ruangan.


Jam lima sore tiba terasa cepat bagi Ted. Menakutkannya lebih dari sebelumnya, Ted menyeret dirinya menuju Kamar Kebutuhan. Sewaktu ia masuk, ia mendengar teriakan keras Selamat Ulang Tahun dan konfeti dan pita-pita yang berjatuhan di sekitarnya. Di sekitarnya ada para Weasley, Potter, Malfoy dan Harry? Ron? Hermione...

Ia tidak memiliki banyak waktu untuk memproses apa yang ia saksikan sebelum ia mendapati dirinya ditelan oleh pelukan dan tepukan di punggung. Semua orang berharap dan memberinya hadiah. Walaupun ketakutannya terhadap acara ini, ia mendapati dirinya tersenyum pada cinta yang semua orang-orang ini miliki untuknya.

Satu jam pesta berlangsung, Ted telah menghabiskan waktunya mengobrol bersama Harry dan Ron. Namun sekarang selagi ia berdiri di dekat meja minuman, ia menemukan dirinya sendirian dan bersiap untuk meninggalkan pesta.

"Selamat ulang tahun, Ted."

Ted membeku pada suara itu. "Terima kasih, Hermione." Mungkin sekarang adalah saat yang tepat untuk pergi.

"Kau telah tumbuh lebih tinggi dari Harry," komentar Hermione.

"Bukan standar yang paling baik untuk mengukurnya," Ted berkomentar tenang. Tidak ada orang di sekitarnya untuk membantunya kabur.

"Well..."

Hermione merasa canggung. Bagus.

"Kau masih telihat sama, Hermione, bahkan setelah dua tahun." Dari mana pula datangnya itu?

"Terima kasih."

Makin canggung.

"Kurasa Scorpius butuh sesuatu disana," ucap Ted, tanpa repot-repot menemukan sepupunya. "Aku akan pergi membantunya." Menaruh minumannya di atas meja, Ted buru-buru menuju pintu keluar.

"Ted..."

Nama itu dikatakan dengan lembut namun ia mendengarnya dari musik yang menggelegar dan berhenti. Ia tidak pernah bisa untuk mengabaikan wanita itu sebelumnya. Tampaknya itu tidak berubah selama dua tahun.

"Ted, aku—"

Ted berputar untuk menghadapi Hermione. Wanita itu berdiri tepat di belakangnya dan ia setengah kaki lebih tinggi darinya. Gampang untuk menatapnya.

"Ya? Ada sesuatu yang ingin kau tambahkan ke dalam diskusi yang kita lakukan terakhir kali? Sesuatu yang kau lewatkan?"

"Aku minta maaf tentang itu, Ted," Hermione menundukkan kepalanya.

"Maaf? Kau sungguh-sungguh? Aku masih melihatmu di koran sebagai Kepala Departemen Auror. Ataukah Daily Prophet terpaksa untuk kembali mencetak kebohongan?" Ted menatap Hermione dengan galak.

Hermione memaksakan dirinya untuk menatap Ted. Sebuah tatapan pada wajah tampan nan lembutnya terlihat sangat di luar tempat. Ia bergerak untuk menyentuh lengan Ted namun berhenti di udara, tidak yakin reaksi apa yang akan ia peroleh.

"Teddy, pekerjaanku tidak seberisiko yang biasanya. Aku duduk dengan nyaman di kantorku, memerintah orang-orang. Aku tidak melakukan pekerjaan lapangan lagi. Lebih seperti politik dan administrasi." Hermione meringis sekilas pada itu.

"Oh ya, jadi semua pembicaraan mengenai isu ancaman terhadapmu dari beberapa penyihir jahat itu tidak benar? Sungguh konyol diriku mempercayai Daily Prophet lagi!"

Hermione menghela napas. "Mari bicara diluar."

Teddy hendak menolak, namun Hermione sudah terlanjur berjalan menuju pintu. Menghela napas, ia mengikutinya. Mereka berjalan tanpa suara melalui kastil ke tanah. Hari itu adalah hari kerja dan semua orang berada dalam asrama mereka.

Ted tahu kemana mereka akan pergi; Hermione pernah memberitahunya bahwa ia menemukan danau yang sangat menenangkan dan sering pergi dan duduk disana, berpikir. Itu menjadi penghiburan Teddy juga.

"Aku terus melihat dia dalam mimpiku," ucap Hermione, memulai percakapan. "Sejak departemen mendapatkan informasi tentang keberadaannya, mimpi itu terus terjadi setiap hari. Aku melihat orang tuaku menjerit meminta tolong...dan aku tidak bisa melakukan apa-apa kecuali menyaksikannya dengan tak berdaya."

Teddy tidak mengatakan apa-apa tentang itu, meskipun ia tahu betapa mengerikannya mimpi itu dan seburuk apa mereka mempengaruhi Hermione. Ron dan Harry memiliki cukup banyak cerita untuk dibagi bersamanya mengenai itu.

"Minggu lalu kami mendapat konfirmasi lokasinya dan baru kemarin kami melacaknya. Sehari atau lebih dan kami akan menyerang. Kami akhirnya akan memilikinya dalam genggaman kami."

Hermione menjadi dingin saat ia membicarakan tentang orang itu. Teddy sedikit tidak menyukainya, namun tetap diam.

"Aku bergabung di departemen dengan harapan untuk menemukan mereka yang telah menyiksa orang tuaku dan tiada habisnya seperti mereka...semua orang yang tak bersalah. Perang belum berakhir hanya karena Voldemort sudah mati. Aku ingin menyelesaikannya...secara tuntas."

"Perang tidak akan pernah berakhir, Hermione," ucap Ted lembut. "Kejahatan bisa ditampung namun tidak pernah berakhir."

Hermione mendesah, menjatuhkan diri di rerumputan, menatap ke arah bulan.

Bulan akan purnama dalam dua hari.

"Aku tahu itu sekarang."

"Kau tidak tahu apa yang terjadi pada waktu selama kau koma. Kami kira kau tidak akan pernah kembali. Setiap hari, kami pergi rumah sakit, menakuti yang terburuk, mengharapkan yang terbaik. Harry dan Ron hancur. Dan mereka membuat semua orang di sekitar mereka hancur." Teddy tidak bisa menahan senyum akan pemikiran itu. "Ron merundung Severus hingga menyerah dan sepakat untuk mengerjakan ramuannya. Dan Harry memeriksa semua naskah sihir hitam. Sekali lagi, Severus yang malang merasakan bebannya."

Hermione belum mendengar semua itu. "Aku ingat kau duduk disebelahku."

"Kau ingat?" itu mengejutkan dan memalukan.

"Iya." Jawab Hermione, masih menatap ke arah bulan. "Aku tahu aku tidak sendirian di rumah sakit, entah bagaimana. Segera aku tahu bahwa itu kau."

"Tidak banyak yang bisa aku bantu." Dan Ted masih malu akan itu.

Hermione meletakkan sebuah tangan di bahu Ted. "Itu membantu. Fakta bahwa ada seseorang yang menungguku untuk kembali merupakan sebuah motivasi yang cukup."

Ted merona.

"Aku minta maaf, Ted. Aku menghilang di sepanjang semua momen pentingmu selama dua tahun ini."

"Kau bahkan tidak pernah hadir untuk mereka sebelumnya." Ia tidak bermaksud mengatakannya; langsung keluar begitu saja.

Hermione menghela napas dan melepaskan tangannya. Ted menyesali perkataannya terutama karena ia menikmati kehangatannya.

"Kau benar. Aku yakin Harry dan Ron merasakan hal yang sama. Aku tidak pernah disana untuk merayakan kebahagiaan mereka."

Well, itu benar! Kecuali saat pernikahan Ron, Hermione melewatkan segalanya. Pernikahan Harry, kelahiran putra mereka, kelahiran putri Ron dan masih banyak lagi pernikahan anak-anak Weasley. Mereka berdua menamainya sebagai ibu baptis pada anak sulung mereka, namun ia tidak menghabiskan waktu lebih dari beberapa jam dengan anak-anak. Ted mengambil itu untuk memberitahu mereka tentang ibu baptis mereka

"Mereka memberitahuku bahwa kau masih tidak menghabiskan banyak waktu bersama mereka, meskipun berada di kota yang sama dan tempat kerja yang sama."

Hermione menghela napas namun tidak menjawab untuk waktu yang lama.

"Aku tidak yakin aku berada disana lagi. Aku sangat tidak cocok dengan kehidupan mereka. Dan kurasa anak-anak itu tidak harus mengalami kesuraman yang kubawa bersamaku." Hermione memberi sebuah senyum kaku untuk menyertai perkataannya.

Ted mengerutkan dahinya. Ini hal yang baru; Hermione tidak pernah berbicara seperti ini.

"Lagipula, aku rasa ini saatnya kita kembali atau mereka mungkin mengirimkan tim pencari untuk kita."

Ted bangkit dengan segera dan menawarkan tangannya pada Hermione. Hermione hanya menatapi tangan dan dirinya. Wajah wanita itu tertutupi oleh cahaya bulan dan terdapat kesedihan di matanya, sesuatu yang selalu Ted lihat disana. Sekarang ada sesuatu yang lain di matanya, sesuatu yang tidak bisa Ted identifikasi.

Dan kemudian, Hermione meraih tangan Ted dan pemuda itu merasakan kehangatan mengalir pada dirinya dan melupakan segalanya mengenai misteri di mata wanita itu.

Dan kemudian mereka berjalan kembali ke sekolah dan itu adalah momen terbaik dalam hidup Ted sebab Hermione tidak melepaskan tangannya.


Ini lebih buruk dari dua tahun itu ketika Ted berhenti berbicara kepadanya. Lalu, setidaknya ia tahu wanita itu hidup dan sehat. Surat kabar tetap mengikutinya.

Sekarang? Sekarang, tidak ada yang tahu dimana wanita itu berada. Ia menghilang di suatu hari. Dan itu sudah lima tahun yang lalu.

Apa yang lebih mengejutkan adalah fakta bahwa Harry dan Ron menerimanya. Mereka sangat merindukan wanita itu, itu terlihat jelas dari mata mereka, namun mereka telah menerimanya dan tidak mencoba untuk mencarinya.

Bukannya Hermione akan mudah ditemukan.

Telah terlintas pada Ted keesokan harinya tentang apa yang tampak aneh pada mata Hermione. Wanita itu telah memutuskan untuk menghabisi Pelahap Maut itu ketika ditemukan. Dan untuk setahun penuh, Ted berdoa agar ia tidak ketahuan, sementara ia mencoba meyakinkan Hermione untuk tidak pergi. Bukan dalam kata-kata, namun aksi.

Dia telah pergi sejauh ini untuk bergabung dengan akademi Auror untuk memastikan bimbingannya, tinggal bersamanya dengan alasan dekat dengan akademi, merawatnya ketika wanita itu terkena influenza...

Dan mengakui perasaannya pada wanita itu.

Kalau dipikir-pikir, itu mungkin adalah titik pemicunya.

Teddy menghela napas. Saat wanita itu pergi, ia keluar dari akademi Auror dan mengikuti pelatihan untuk para Tak-Terkatakan. Ia dikirim selama tiga tahun untuk pelatihan, berharap agar wanita itu kembali dan menangkis upaya teman-temannya, sanak keluarganya, sepupu-sepupunya untuk menjodohkannya dengan seorang gadis.

Semoga mereka tahu ia hanya memiliki satu orang dalam pikirannya.

Dan ia memiliki perasaan bahwa Ron mengetahui ini. Ron tidak pernah mencoba mencomblanginya. Faktanya, Ron selalu ada untuknya saat ia kembali dari kencannya yang mengerikan...bersama butterbeer atau wiski api, tergantung dari kengerian situasinya.

Kalau saja Hermione tahu, ia masih menunggunya.


Hari ini adalah hari yang sangat penting. Mereka hampir mengungkap misteri sebuah tudung dan Ted sangat bersemangat. Andromeda menyadarinya dan mengaitkannya pada seorang gadis. Ia hanya tersenyum; tidak ada gunanya setuju atau tidak setuju dengan Andromeda. Ia merayakan harinya bersama Ron di pub, dimana mereka tertawa mengenai putrinya, Rose, naksir padanya.

Hujan mulai turun saat ia mencapai flatnya. Atau mungkin flat yang ia bagi bersama Hermione. Ia tidak pernah memiliki keberanian untuk meninggalkannya meskipun letaknya jauh dari Kementerian.

Ted hendak membuatkan dirinya kopi ketika ia mendengar sebuah alarm dari ruangannya, menandakan ada seseorang di pintu. Sesaat kemudian terdapat sebuah ketukan.

Ia tidak mengharapkan siapapun dan ini cukup larut bagi siapapun untuk mengganggunya. Mencoba menebak orang itu, ia pergi membuka pintu. Ia tidak siap untuk orang yang berada di sisi lain pintu.

Hermione Granger.


Selagi Hermione menyeruput kopinya, Ted mengamatinya. Wanita itu tampak lebih muda. Sebelumnya ia memiliki garis permanen dan ekspresi berat di wajahnya dan kesedihan di matanya. Sekarang, ia terlihat tenteram dan santai.

Matanya masih memiliki tatapan menghantui itu dari sebelumnya namun tidak terlalu intens.

Ada banyak sekali pertanyaan dalam pikirannya; ia tidak tahu harus mulai dari mana. Beruntunglah dia, Hermione yang memulai.

"Aku telah bepergian. Aku bepergian ke berbagai negara dalam lima tahun pertama. Aku punya cukup uang untuk dihabiskan. Selama waktu ini aku mencapai India dan menetap disana. Itu adalah negara yang besar. Kau tidak akan percaya apa yang semua kupelajari disana...meditasi, yoga, spiritualitas. Dalam beberapa aspek, penyihir disana cukup maju. Dan mereka menikmati hubungan yang lebih baik dengan Muggle, tidak seperti kita. Orang-orang disana lebih terbuka pada ilmu sihir disana."

Dan begitulah seterusnya, deskripsi panjang mengenai India, diikuti oleh Amerika, Tiongkok, Sudan, Rusia dan Brasil. Hermione tidak hanya mempelajari yoga dan meditasi namun beragam seni bela diri, ia tidak bisa menyebutkan namanya, dan memasak. Mengejutkan karena ia sangat buruk dalam memasak. Referensi: Ron.

Ia bahkan tidak menyadari ketika ia terlelap. Padahal ia menyadari ia terbangun untuk menikmati aroma lezat dari dapur. Jika tidak ada yang lain, ia mewarisi indra tajam dari ayahnya yang manusia serigala.

Tidak ada gunanya pergi ke kantor hari itu. Mengirimkan burung hantu ke Kementerian, Teddy duduk untuk sarapan bersama Hermione.

"Kapan kau akan kembali?" tanya Ted, saat mereka selesai makan dan sedang membicarakan tentang Inggris. Ia tidak ingin bermaksud kasar, tapi ia ingin bersiap-siap. Hermione selalu meninggalkannya secara tiba-tiba; ia ingin menikmati tiap-tiap momen kali ini.

"Aku tidak akan kembali. Aku telah kembali...aku telah pulang."


Hermione merasakan sebuah sensasi kuat déjà vu selagi ia menemukan dirinya berada di bawah pertolongan dari seorang Ginny Longbottom.

"Kau terlihat cantik, Hermione."

Hermione menunduk, malu. Ia tidak pernah pandai dalam menerima pujian.

"Kau tidak berubah sedikitpun," Ginny berkomentar senang. "Aku sangat bahagia untukmu, Hermione. Selamat datang kembali."

Hermione mendongak untuk mencari air mata mengalir di wajah Ginny. Ia tidak yakin bagaimana harus menanganinya. Ia dulu biasanya pandai dalam hal itu, lama waktu sebelumnya.

"Siap?" tanya Ron, menjulurkan kepalanya melalui pintu.

"Ya, ya." Ucap Ginny, mengusap matanya. Ron menatap heran ke arah Hermione dan ia hanya mengangkat bahu.

Ron masuk ke dalam, mengenakan jubah terbaik yang pernah Hermione lihat, tampak tampan. Usia setuju dengannya. Tidak heran ia selalu di berita dan wanita setelahnya. Namun Anne lebih dari mampu untuk menanganinya.

"Mari?" tanya Ron, mengulurkan lengannya.

Dengan diam, Hermione meraih lengan Ron dan mereka berdua berjalan keluar pintu. Menuju taman luas keluarga Weasley. Seraya berjalan menuju jalanan, Hermione mulai merasakan kupu-kupu di perutnya.

Di depan sana, menunggu disamping Kingsley berdirilah Ted dan Harry, keduanya tampak terbaik. Harry memberinya seulas senyum pemberi semangat dan ia membalasnya. Ted, di sisi lain, menatap ke arahnya dengan intensitas yang membuatnya tidak tahan untuk merona.

Ron menyerahkannya pada Ted sebelum berdiri selangkah di belakang. Hermione menatap ke arahnya; Ron mengangguk padanya dengan sebuah senyum di wajahnya.

"Aku telah lama menunggumu, Nyonya Lupin," goda Ted.

Hermione mendongak menatapnya. "Aku minta maaf untuk itu."

Ted tersenyum dan membungkuk untuk mencium pipinya. "Jangan khawatir. Aku akan selalu menunggumu."

Hermione tersenyum padanya. Tidak cerah namun itu cukup untuk menyampaikan cintanya pada Ted.

Dan oleh karena itulah, penantiannya setimpal.

The End


YEAH! FINALLY!

Akhirnya selesai juga. By the way, ini proyek terjemahan saya yang pertama (walaupun bukan yang pertama sekali) so, it's something wonderful to me dan Kak Dipi, authornya, baik banget sudah mengizinkan untuk menerjemahkan. Maafkan saya apabila kalau banyak salahnya (karena saya masih amatir). Kalian bisa koreksi kalau ada yang salah :)

Berniat memberikan review?