naruto © masashi kishimoto; saya tidak mendapat keuntungan (kecuali kesenangan pribadi) dalam membuat cerita ini.
peringatan: entah setting canon apa bukan; (mudah-mudahan nggak) ooc; plot, what plot? alias plotless; fluff gagal; drabble pendeeek banget.
selamat membaca!
.
.
.
[sai/ino—"aku jatuh cinta padamu. selalu seperti itu."]
.
.
.
Selimut tersibak. Matahari seolah berucap kata-kata ketika tirai sengaja dibuka guna meloloskan banyak intensitas terbitnya cahaya.
Sai mengerjapkan kedua mata berkali-kali sebagai cara untuk membiasakan penglihatannya terhadap sinar pagi setelah beeberapa jam kelopaknya mengatup. Digerakannya pupil ke arah jendela, menangkap seseorang.
Bayangan di lantai masih panjang—matahari tepat ada di hadapan kaca yang terpasang di sebelah timur kamar. Ino tersenyum ceria kepada langit yang mulai membiru indah, membalas sambutannya.
"Selamat pagi."
Ino menoleh namun senyumnya tidak pudar seiring tubuhnya berbalik; malah semakin mengembang, semakin manis terlihat. "A-ah, selamat pagi," katanya sebagai respon.
Bibir itu menciptakan lengkung memanjang ke arah pipi tirus. Semua dilakukannya dengan niat tulus, bukan kepalsuan yang sejak dari dulu ditampilkan. Sai selalu mengaguminya. Selalu. Tidak pernah tidak.
Rambut pirang panjangnya yang sekarang terurai bebas berayun-ayun meski tidak terasa eksistensi udara bergerak cepat. Ino berjalan pelan. Mendekat. Mendaratkan tubuhnya ke atas ranjang berantakan.
Sai selalu—selalu, selalu, selalu—membiarkan kedua mata yang selaput pelanginya sewarna obsidian tersebut agar menangkap pancaran wajah semerta bingkai helai-helai pirangnya yang menyerupai emas. Lalu dia beranjak dari posisinya, terduduk di sana seraya masih memandangi. "Bagaimana tidurmu, Nona Manis?" Tangan kanannya terangkat.
Rambut pirang bersinggungan dengan tangan pucat. Ino tertawa kecil. "Seindah langit di luar," responnya setelah itu.
Sai selalu suka tawanya. Kekehan kecil terkesan manis. Salah satu dari milyaran alasan tentang mengapa dia bisa jatuh—bukan kesalahan, melainkan garis takdir yang sudah dari dulu ditentukan.
Tangan milik lawan bicara masih setia merasakan lembut helai pirang keemasan. Diraihnya pergelangan oleh jemari kanan, saling menggenggam, membagi kehangatan di tengah angin pagi yang menusuk sampai ke tulang.
"Aku jatuh cinta padamu."
"Aku juga."
Dulu, sekarang, dan selamanya akan tetap seperti itu.
.
.
.
—おわり—
.
.
.
a/n: akhirnya saya coretnyampahcoret publish di fandom naruto / :') / padahal fandom pertama saya jadi silent reader dulu di naruto tapi kenapa ya waktu itu pertama publish di fandom lain (dan pas publish di naruto malah sependek ini).
ya, intinya, makasih buat yang udah baca fik dengan pair berupa otp jebret saya ini /apahubungannyadodol
salam kenal semua, mohon bimbingannya(?).
sign,
azkhzl
