Warning : OOC, Abal, garing, pake kata gak baku, dll! Don't like don't read.

Pair : Shikaino, Narusaku, Sasuhina (sebenarnya mo Gaahina, yah udah terlanjur gpplah) :D

Fik ini sekuel dari My Principle Are My Love. Thanks banget yang udah merifyunya kemarin. Kemarin cerita itu udah tamat maaf ngegantung ya T-T. Emank buatnya sengaja sad ending kayak gituuuu.

Genrenya saya masih rada bingung. Mo-nya humor, tapi gak tahu deh =,=

Coz We Aren't Childish by Fidy Dsc… ^^

My Principle Are My Love By Lhyn Hatake. Ucapaan terima kasih sebanyak-banyaknya *bungkuk2*

Request by Lhyn hatake

Disclaimer : MASASHI KISHIMOTO

Fidy: Om saya pinjem dulu Charanya ya?

MK: Hmmm… bayar ya?

Fidy: Gak punya uang T.T

MK: *Sweatdrop*

.

.

.

Coz We Aren't Childish

.

.

.

Baru aja semua murid KHS waktunya pulang sekolah, mereka langsung disuruh kumpul di Aula.

Katanya sih mau ada yang diumumin. Dan gosip-gosipnya semua murid udah pada tahu apa yang akan diumumin itu.

Begitu Sakura Haruno dan Hinata Hyuga muncul dari pintu samping Aula. Seluruh Aula langsung jadi gempar.

"YEEAAAH!" sorak Naruto orang pertama yang melihat kedatangan Sakura pacarnya sekaligus si wakil ketua osis. "Besok wisata!" tambahnya dari tempat duduknya.

Gara-gara satu mulut ini soraknya langsung diikuti oleh desah kegembiraan separuh Aula. Wisata yang tadinya akan pergi ke Museum sekarang udah digantiin dengan pergi ke pantai. Ini gosip semua murid udah pada tahu. Enggak tahu darimana dapet tuh gosip. Yang pasti demam berwisata udah menjelajar seperti wabah penyakit.

Hinata kewalahan berusaha mencoba menenangkan orang yang berada dalam Aula tersebut.

Sakura udah gak tahu mau ngomong apa lagi, dia Cuma bisa menghela napas panjang aja, "Jangan ribut!" ujar Sakura keras. Suaranya yang keras itu nyaris tenggelam dalam dengungan lalat yang lagi ngerubuti makanannya.

Sia-sia. Yang diam kebingungan cuma beberapa orang aja, termasuk Shikamaru dan Sasuke yang pelit ngomong ini.

Sasuke lumayan tersiksa duduk di dekat Naruto yang dari tadi gak berhenti nyerocos. Kalau tahu gini dia lebih baik gak masuk Aula aja. Lagian dia juga udah tahu apa yang akan diumumin bentar lagi. Sedangkan temannya Shikamaru masih sempet-sempetnya menguap lebar.

Hampir semua mulut dalem Aula itu celangapan, mengumbar tawa dan celoteh. Yang Hinata denger kayak sekumpulan orang yang bilang: blablablablablablabla. Gak ada ujung tuh suara, gak ada awal: Blablablablabla.

Baru ketika Ino si ketua osis berdiri tegap di hadapan mereka semua, mendadak seluruh Aula jadi sepi banget kayak kuburan malem hari.

Ino hanya bisa menghela napas panjang saat dilihat keadaannya kayak gini.

Pasti gini deh yang terjadi kalau wisatanya di pantai. Coba di Musium. Ino yakin sekali banyak murid yang bakal gak dateng.

"Temen-temen." Ino baru mau membuka suara setelah dirasakannya keheningan menyelimuti seluruh Aula. "Wisata ke Musium gak jadi, wisatanya digantiin ke Pantai Tokyo. Besok kumpul di sekolah pagi-pagi jam tujuh."

"Hore!" padahal Ino belum selesai ngomong Aula malah udah meledak lagi. Wabah kegembiraan itu langsung menjalar sampai keluar Aula. Murid-murid yang malas masuk ke Aula ikut-ikutan latah berteriak seolah-olah mereka udah pada tahu pengumuman dalam Aula.

"Jangan ribut dulu donk!" teriak Sakura diantara sorakkan manusia di Aula. "Gak enak didenger kepala sekolah."

Lagi-lagi yang diam dan bengong Cuma Shikamaru dan Sasuke. Nih anak bener-bener gak mau mengumbar suaranya. Coba semua murid sekali-kali kayak mereka berdua. Lumayan aman dunia.

"Wisatanya bukan untuk bersenang-senang! Untuk pengetahuan!" tambah Ino.

Dan hari ini kayaknya Ino gak galak seperti biasanya. Makanya manusia-manusia ini berani berteriak. Apalagi si pirang Naruto.

Biasanya kalau ada yang ribut-ribut gak jelas Ino pasti bertindak sesuatu, kayak menggerbak meja atau melempar mereka pake buku tulis atau kamus tebal.

Uhm… mungkin mood nya lagi bagus-bagusnya kali.

Soal liburan ke pantai itu emang awalnya mau ke Musium. Entah karena apa Ino mengubahnya jadi ke pantai. Dan kepala sekola nurut aja tentang pandapat Ino. Mungkin karena beliau udah percaya banget sama Ino. Ino juga orangnya bertanggung jawab dan bisa dipercaya.

.

.

.

"Gaara." Panggil Sakura saat dirinya melihat Gaara diantara kerumunan-kerumunan anak-anak KHS yang berjubel-jubel akan keluar dari dalam gedung Aula.

Si cowok ngerasa namanya dipanggil noleh ke arah suara, "Ada apa Sakura?" ujar Gaara saat Sakura udah berada di hadapannya.

"Mau pulang? Nanti dulu, aku mau bicara bentar."

"Bicara apa?"

"Ehm… aku liat waktu itu kamu punya buku 1001 Cara Menyatukan Sepasang Kekasih Lagi, kan?"

"Itu bukan punyaku, tapi punya kakakku. Kamu mau pinjem?"

"Kamu bawa?"

"Enggak."

"Besok bawa ya."

"Ok."

.

.

.

"Mau kemana?" tanya Shikamaru saat Naruto memutar arah jalannya ke kantor sekolah, murid-murid lagi berbondong-bondong keluar dari dalem Aula.

"Nyari Sakura." Jawab Naruto sekedarnya.

"Dia masih di dalam Aula."

"Oh iya ya."

"Kenapa kamu mau nyari dia di kelas?"

"Dasar baka!" sahut Sasuke kesal. Kayaknya si emo emang lagi kesel banget dengan si pirang ini. Udah besar mulut baka lagi!

Untung masih bisa diandelin si pirang. Buat nyontek waktu ulangan kalau Sasuke lagi kepepet kan lumayan. Buat pijitin atau nemeni ke Wc juga lumayan.

Naruto hanya ngelempar cengiran rubah tanpa dosa kepada kedua temannya ini. Sasuke dan Shikamaru sih sebodo amat sama nih anak.

Lalu Naruto mempercepat langkahnya dan mencari-cari Sakura diantara kerumunan murid yang lagi berbondong-bondong ingin keluar dari tempat itu.

"Cari Sakura ya?" celetuk Matsuri temen sekelasnya saat mereka gak sengaja berpapasan. "Tuh pacarmu ngobrol sama kak Gaara!" tambahnya dengan nada suka tak suka. Matsuri lumayan cemburu sama Sakura saat Gaara ngobrol dengannya. Ia emang cewek yang kekanak-kanakkan dan manis. Ini cewek emang bukan siapa-siapanya Gaara. Tapi nih anak bisa dibilang sebagai salah satu fans-nya Gaara.

"What a pity, kamu diduain ya?" tambah Shion separuh mengejek. Shion gadis manis berambut pirang bermulut cantik. Ia juga temen sekelas Naruto yang suka nganget-ngangeti adonan yang udah dingin. Jadi, yang temenan dengan Shion harus exstra hati-hati ya… kalau enggak, bisa terbakar loh.

Naruto tidak mau mengubris kelakaran kedua temannya ini. Ia lagi-lagi hanya melempar cengiran, sambil mempercepat langkahnya mendekat ke arah Sakura yang lagi ngobrol dengan Gaara.

Sebenarnya tanpa kedua temennya ini ngasih tahu, toh Naruto pun udah tahu kalau Sakura lagi ngobrol sama Gaara. Udah bisa dilihat dari kejauhan rambut pink sebahu yang mencolok ini.

Naruto sangat mengagumi rambut pink ini. Dan sampai sekarang ia selalu melarang Sakura buat potong rambut. Abis Naruto lebih suka Sakura rambut panjang kayak Ino dari pada pendek kayak anak cowok.

Sebenernya yang punya rambut lumayan risih juga kalau dilarang-larang kayak gitu. Tapi Sakura terlalu sibuk untuk mempermasalahkannya. Bodo amat!

"Sakura." Sapa Naruto seperti biasa.

Sakura noleh bentar ke arah Naruto, sedetik kemudian ia noleh lagi ke arah Gaara, "Kalau gitu makasih ya, jangan lupa dibawa bukunya besok." Kata Sakura ngomong ke Gaara.

Naruto ngerasa dirinya dikacangin oleh Sakura dan Gaara.

Si Gaara ngelirik aja enggak dengan dia, masih mending Sasuke berarti. Sasuke masih mau ngelirik orang walau dengan mata tajam.

Ganteng sih ganteng tapi kalau gini…

Bau-baunya Naruto ngerasa Gaara bakal jadi rivalnya deh, mungkin pria ini butuh bantuan dari Matsuri buat ngejauhi Gaara dan Sakura.

"Ok, aku pulang duluan. Jaa nee." Gaara mengakhiri obrolannya dengan Sakura, setelah itu Gaara pun berlalu ninggalin Naruto dan Sakura.

"Kamu ngomong apa aja tadi sama Gaara?" tanya Naruto penuh selidik.

Sakura hanya menghela napas panjang, ukh capek banget jadi dia. Dari pagi kegiatannya penuh, "Tanyanya nanti saja." jawab Sakura, "Kita cari Hinata dulu."

Sakura lagi males-malesnya ngeluarin suara. Si pink ini takut kalau dia ngeluarin suara banyak-banyak ngomong ke Naruto bisa-bisa besok dia pasti gak bisa ngomong. Makanya dia lagi ngemat suara.

Kemudian Sakura pun melangkah menuju keluar aula.

"Hmmm... baiklah."

.

.

"A-ano Naruto-kun, kami ini mau menyatukan Shikamaru dan Ino lagi. Mu-mungkin besok kesempatan yang baik." Hinata ngomong langsung sama Naruto siang itu di dalem kantin sekolah.

Sakura yang lagi ngemat suara hanya menyumpal mulutnya dengan sedotan jus lemonnya.

"Oh, jadi gitu. Kalian udah buat rencana?"

Hinata ngelirik Sakura bentar, "Kalau ka-kau enggak membantu gak apa-apa Naruto-kun."

"Tenang aja, aku pasti membantu kalian!" ujarnya semangat seperti biasanya yang membuat Sakura hampir tersedat lemonnya.

"Tapi kau jangan menggagalkan rencananya." Sahut Sakura sengit.

"Tenang saja." jawab Naruto sambil menampilkan cengirannya.

Sasuke yang hadir serta di sana mengunci mulutnya rapet banget. Dia lebih milih diem bungkem aja.

"Be-begini, kita akan ngelakuin apa yang ada di bukunya Gaara."

.

.

.

Shikamaru duduk nyantai di atas kursi halte, sambil nunggu bis yang akan mengangkutnya pulang.

Tadinya dia akan pulang bareng Naruto dan Sasuke. Tapi mereka berdua malah nyuruh si rambut nanas ini pulang duluan. Katanya sih ada kerjaan sama Sakura dan Hinata.

Dari halte bis di seberang sekolahnya, Shikamaru dapat ngeliat Ino yang akan keluar menuju gerbang sekolah. Kayaknya si pirang akan menuju halte satu-satunya yang ada di dekat sekolah mereka. Yaitu yang sedang disinggahi Shikamaru ini.

Shikamaru agak ngerasa canggung saat Ino udah ada di depan halte dam masuk ke sana. Tadinya Ino mau muter balik lagi gara-gara ada Shikamaru di sana.

Karena Ino ngerasa gak enak mau muter balik, jadilah dia nerusin langkahnya dan duduk di samping Shikamaru.

Dengan canggung Ino ngelirik jam tangannya. Rasanya lama banget bisnya datang. Coba ada orang atau siapa aja lah yang hadir di sini. Kan mereka gak akan sekalem ini.

Memang enggak enak punya mantan pacar yang dulunya berstatus sahabat, apalagi kalau ternyata rumah mereka deketan dan satu sekolah.

Beberapa detik, menit terus berjalan. Keheningan masih setia menyelimuti mereka. Bener-bener sepi. Kendaraan aja jarang yang lewat.

Ino ngerasa keringatnya ngalir dari dahinya. Perlahan tangan kanan Ino menyekanya. Rasanya susah sekali untuk duduk tenang sekarang ini.

Sebuah bus akhirnya datang dan berhenti tepat di depan hadapan mereka.

Ino ngeluarin napas lega akhirnya kecanggungannya berakhir juga.

Pintu bus Transmusi itu terbuka secara otomatis. Kondektur yang berdiri di ambang pintu mempersilahkan penumpangnya masuk yang udah menunggu cukup lama ini.

Ino segera berdiri dan melangkah ke dalam bus tersebut. Dia ngerasa Shikamaru masih gak bergerak dari duduknya. Lantas dia pun menoleh.

"Gak ikut naik?" Ino nyapa Shikamaru tiba-tiba karena ia ngerasa menyapanya itu perlu walau dengan basa-basi yang paling basi.

Shikamaru ngelirik Ino yang dirasakannya sedang menyapanya, "Kakak duluan saja, aku masih menunggu Sasuke dan Naruto." Jawabnya datar, dia gak nyangka banget kalau ternyata Ino akan menyapanya duluan, padahal sedari tadi kan mereka hanya bisa bungkem.

Ino hanya ber-oh ria. Kemudian pintu bus pun mengatup secara otomatis.

Dan sopir bus itu memacu lagi bus-nya membawa penumpang-penumpangnya sampai ketujuan mereka.

Ino masih berdiri di dalem bus sambil memegangi besi pegangan berwarna putih itu. Ia lumayan malu dan seneng juga sapaannya dihiraukan Shikamaru. Mungkin dia harus mengadakan perbaikkan hubungan sacara pelan-pelan.

Jadi temen juga gak papa, asal jangan musuhan kayak gini.

Deheman yang menampar lamunan Ino dari sang kondektur sukses membawanya kembali ke alam nyata.

"Baru baikkan ya sama pacarnya?" goda sang kondektur jahil.

Ino menatap kesal ke arah orang yang ngomong gak jelas di depannya ini, ia baru sadar sasuatu kalau nih orang minta ongkos bus.

Kemudian Ino merogoh kantung baju kemejanya mengambil beberapa lembar uang, lalu menyerahkan kepada si cowok kenek—kondektur jahil ini.

Ino mengamati baik-baik orang yang di hadapannya ini. Nih orang bukan sih?

Masak kerja pake topeng lollipop?

Udah jadi kebiasaannya atau mukanya hancur?

Atau lagi nge-treen.

Si kenek ngasiin karcis sama Ino. Ino mau tak mau menerimanya.

"Pacaran itu memang ada pertengkarannya." Tambah si topeng ini.

Ino hanya melempar senyuman. Dia menggerakkan kakinya untuk berjalan dan mecari tempat duduk yang kosong.

Akhirnya Ino bisa duduk juga. Untung aja bisnya gak rame. Kalau rame bisa-bisa Ino tegak sampe rumah. Kan lumayan pegel untuk kakinya yang gak biasa tegak lama-lama. Belum lagi ada orang yang suka ngurusin urusan orang.

Well, orang awam kayak kondektur ini aja tahu masalah Ino kalau mereka sedang bertengkar.

Aih… Ino merasa beban cinta itu memang terlalu berat. Fyuuuh!

Dan pulang ini dia harus siap-siap untuk keperluan wisatanya besok.

.

.

.

Ino memasang hetset ke kupingnya. Dia duduk nyantai sambil menengokki kaca bus—pemandangan di luar kacanya. Busnya masih berhenti menunggu semua murid benar-benar lengkap memasukkinya.

Sakura yang duduk di sampingnya lagi ngobrol dengan orang di seberangnya. Ino terlalu malas untuk mendengarkannya. Makanya ia menyumpel kupingnya dengan lagu-lagu.

Bus yang di tumpangi Ino ini adalah bus yang akan membawa mereka ke tempat wisata ke pantai Tokyo.

Udah dari tadi bus-bus itu berjejer di depan sekolah mereka. Sebagian anak-anak udah datang langsung masuk ke dalam bus kelasnya masing-masing.

Ino membawa ransel yang cukup besar. Yang isinya berupa baju dan keperluannya sampai besok sore. Tas itu di taruhnya dengan tertib di tempat—di atas bagasi tempat duduknya.

Ino tampak santai hari ini. Dia hanya mengenakkan kaos merah berkerah kemeja, berlengan pendek. Serta rok lipit-lipit siffon semata kaki.

Mata biru Ino gak sengaja menangkap mata Shikamaru yang juga gak sengaja menatapnya dari balik jendela busnya. Buru-buru Ino mengalihkan pandangannya ke depannya. Rasanya gak enak banget kalau terjebak di mata Shikamaru, bagi Ino.

Di depan Ino dapat melihat Kakashi-sensei lagi ngomong sesuatu, dan Ino gak bisa dengernya. Paling gurunya itu sedang ngomongin keberangkatan mereka sebentar lagi. Karena setelah beliau selesai bicara pintu bus pun tertutup.

Tak lama kemudian pak sopir memacu bus yang didudukki Ino tadi perlahan meninggalkan sekolah dengan diikuti bus-bus yang lainnya.

Uhm… Ino jadi teringat sesuatu yang kemarin terjadi dan kemarin-kemarinnya.

Fyuuh. Prinsip oh prinsip. Seharusnya itu gak pernah ada dan gak pernah dibuat.

Gak mau pacaran dengan orang yang umurnya lebih muda. Harus cari yang dewasa dan berwibawa.

Dan yang lebih parahnya lagi, satu sekolah udah pada tahu tentang prinsip Ino ini. Kalau di sana Ino ngadain pendekatan sama Shikamaru, apa kata mereka?

Bisa-bisa reputasi Ino sebagai cewek pemegang prinsip dan aturan anjlok ke dasar. Oh joy!

.

.

.

TBC

.

.

.

Alay? Hancur? Jelek? Norak? Dll? Yep saya tahu *kalao gitu napa dipost?* jawabannya gak tahu XD

Liburan yang diadain oleh mereka ini adalah wisata untuk menambah pengetahuan yang gak wajib buat seluruh murid. Biasanya ini diadain pas akhir semester dua pas anak kelas 3 habis UN.

Ceritanya pantai Tokyo itu deket dengan Konoha. Cuma butuh setengah hari sampai di sana. Di sana juga ada hotel. Bayangi aja di Bali, entar ya. XD

Info ini ingin saya selipkan di atas, namun jadinya terlalu berbelit-belit dan merepotkan *dideathglare Shikamaru*

Ini juga sebagian pengalaman dan sisanya ngarang. ^^v

To: Lhyn Hatake: jangan kecewa ya *kedipkedip no jutsu* kapan kamu apdet fik Give Me Little Try? Udah kebelet mo bacanyaaaaa (?)

.

.

.

Mohon rifyuuu nyaaah! Kesalahan pengetikkan, ketidaknyambungan cerita, ke alayan dan sebagainya mohon diberi tahu. XD

-Thanks for reading-

-dsc-