Disclaimer : Masashi Kishimoto.

Sena : "Ano, Yuu-san. Kayaknya disclaimer-nya salah deh."

Yuu : "He?"

Sena : "Masashi Kishimoto kan yang bikin Naruto."

Yuu : "O iya! Karena sebelumnya Yuu nggak pernah nulis di fandom lain selain

Fandom Naruto, jadinya salah deh! Gomen Sena! Sebutin yang benernya."

Sena : "Disclaimer by Riichiro Inagaki dan Yusuke Murata."

Hola!!! Akhirnya, setelah diniatin dibikin juga fic ES21 ini. Ini fic pertama Kuchi di fandom ini. Jadi, kritik aja kalo ada yang salah. Please read and review.

Enjoy!

HANTU?

Pagi itu, para anggota Deimon Devilbats sedang membicarakan sesuatu dengan serius di Clubhouse.

"Hey Sena! Kau sudah tahu rumor hantu yang sedang marak dibicarakan?" Tanya Monta sambil memakan sebuah pisang.

"Huh?"

"Huuh?"

"Huuuh?"

"Ha–hantu????" Tanya Sena dengan nada ketakutan.

"Oh, kabar burung itu. Memangnya itu kenyataan?" Tanya Kurita, ikut mendengarkan.

"FUGO!"

"Bagaimana ceritanya, Mon-mon?" Tanya Suzuna ingin tahu.

"Kabarnya, dulu ada seorang anak perempuan yang dibunuh di ruang UKS. Lalu, mayatnya dikuburkan di kelas 2-1." Cerita Monta. Yang lainnya mendengarkan dengan napas tertahan. (?)

"Karena mayatnya dikuburkan secara tidak wajar, maka setiap matahari terbenam dia akan berkeliaran di kelas tersebut untuk mencari mayatnya," Monta berhenti sejenak sambil menyalakan senter dan menyorotkannya ke wajahnya. "Jika ada anak yang berada di kelas tersebut pada malam hari, maka dia akan didatangi arwah penasaran itu dan AKAN DIBUNUH!!!!!!!!" Monta berteriak.

"HHHHIIIIIIIIIIIEEEEEEEEEEEEE!!!!!!!!!!!!!!!!!!!" Teriak mereka semua.

GRESEK!

"HHHHHHHIIIIIIIIIIEEEEEEEEEE!!!!!!!!!!!!!!!!!!!" Teriak mereka lagi.

"Ano, kalian kenapa?" Mamori yang baru masuk merasa heran dengan reaksi mereka semua.

"Mamo-nee, jangan mengagetkan kami!" Teriak Suzuna.

"Mengagetkan kalian?" Tanya Mamori heran.

"Ah, ano…tadi kami baru saja membicarakan rumor hantu sekolah." Jawab Sena dengan gugup.

"Hantu sekolah?" Tanya Mamori lagi.

"Katanya ada hantu di kelas 2-1." Jawab Yukimitsu.

"KELAS 2-1????!!!!" Mamori histeris.

"Ah iya. Bukankah kau dan Hiruma kelas 2-1?" Tanya Kurita pelan. Mamori mengangguk pelan.

"HHHHHHIIIIIIIEEEEEEE!!!!!!!!!" Teriak mereka –lagi-

"HEY, BOCAH SIALAN!!!!!! SEDANG APA KALIAN DISINI!!!!!!!! LARI 50 KELILING!!!!!!!" Hiruma yang entah sejak kapan ada disitu, berteriak memberikan komando kepada tim Deimon.

"Ba–baik!" Dengan tergesa-gesa mereka menuju ke lapangan. Suzuna mengikuti mereka keluar, meninggalkan Hiruma dan Mamori di clubhouse.

"Hey, manajer sialan! Sedang apa kau disana! Cepat kerjakan tugasmu!" Perintah Hiruma kepada Mamori yang berdiri mematung.

"Eh, baik." Jawab Mamori sambil mengambil pulpen dan kertas untuk merencanakan strategi yang baru untuk pertandingan selanjutnya.

Hiruma lalu duduk di tempatnya yang biasa dan mulai mengerjakan sesuatu di laptop-nya.

"Hiruma?" Tanya Mamori tiba-tiba.

"Hmp?" Jawab Hiruma seadanya.

"Apa kau tahu rumor hantu yang ada di kelas kita?" Tanya Mamori.

"He?" Hiruma mengernyitkan dahinya sambil memandang Mamori. "Hantu yang mana?" Tanya Hiruma.

"Hantu anak perempuan yang mayatnya dikuburkan di kelas kita," Jawab Mamori.

"Oh, hantu sialan itu. Ya, aku tahu. Kenapa?" Tanya Hiruma lagi.

'Hantu sialan? Bisa tidak sih dia berkata dengan sopan sekali-kali.' Pikir Mamori.

"Apa kau tidak takut?" Tanya Mamori lagi.

"Kekekeke. Untuk apa setan takut pada hantu?" Jawab Hiruma sambil tertawa ala Devil.

"O iya. Kau itu kan setan!" Jawab Mamori kesal. Hiruma masih tertawa dengan keras.

Sementara itu, di lapangan…

"Hey Sena. Aku penasaran terhadap hantu itu." Kata Monta sambil berlari di sebelah Sena.

"HIE?! Lalu kau mau apa?" Tanya Sena dengan heran. Dimana-mana orang itu takut terhadap hantu.

"Aku berfikir untuk mengetes apakah hantu di kelas 2-1 itu memang ada atau tidak," Jawab Monta enteng.

"Lalu, kau mau uji nyali disana?" Tanya Sena.

"Tentu saja tidak! Tapi aku akan menjebak seseorang untuk melakukannya." Jawab Monta sambil tersenyum licik.

"YA~ Aku setuju dengan ide itu, Mon-mon." Suzuna entah sejak kapan berlari di sebelah Sena. (Nggak lari sih sebenernya. Suzuna kan slalu pake sepatu roda).

"He? Lalu kalian akan menjebak siapa?" Tanya Sena takut-takut. Segala rencana yang dirancang Suzuna pasti aneh-aneh.

"Fufufufu. Aku tahu siapa yang akan menjadi korban. Kita akan mengunci mereka di kelas 2-1 malam ini juga." Jawab Suzuna sambil tersenyum.

"Mereka?" Tanya Sena dan Monta berbarengan.

"YA~ Mamo-nee dan You-nii!! Fufufu!" Ujar Suzuna.

"HIRUMA-SAN??" Teriak mereka berdua.

"Diam!! Aku akan menjelaskan rencananya nanti pada kalian. Sekarang aku harus menyelinap dulu untuk 'meminjam' kunci kelas 2-1. Dadah!!!" Suzuna lalu menjauh.

"Apa dia serius, MAX??" Tanya Monta. Sena menggeleng.

Sore hari, seusai latihan sore.

"Ma–Mamori-neechan," Panggil Sena.

"Iya?" Jawab Mamori yang sedang sibuk membersihkan ruangan klub.

"Bo–boleh aku meminjam handphone mu?" Tanya Sena gugup.

"Untuk apa?" Tanya Mamori heran. Biasanya kan Sena membawa handphone-nya.

"A–A–Ano, aku harus menghubungi temanku untuk memberitahunya bahwa aku tidak bisa menemaninya hari ini. He.." Jawab Sena sambil tersenyum.

"Oh…" Mamori lalu mengambil handphone-nya dan memberikannya pada Sena.

"Arigatou!" Jawab Sena sambil berlari terbirit-birit.

"Eh, Sena!!!" Panggil Mamori.

'Dia mau menelfon dimana?' Pikir Mamori.

"YA~ Mamo-nee!!!!" Kali ini giliran Suzuna yang memanggil.

"Nanda?"

"Tadi teman-teman Mamo-nee bilang, Mamo-nee ditunggu oleh mereka di kelas 2-1. Ada hal penting yang harus mereka bicarakan," Ujar Suzuna sambil tersenyum.

"Teman-temanku? Siapa?" Tanya Mamori heran.

"Sara dan Ako." Jawab Suzuna.

"Ehm… Baiklah. Mungkin memang hal yang penting." Gumam Mamori. Dia lalu meletakkan sapunya dan menuju ke kelas. Suzuna melihatnya sambil tersenyum licik.

"Fufufu. Rencanaku hampir berhasil." Gumam Suzuna.

Mamori akhirnya sampai di depan kelasnya. Saat dia membuka pintu, yang dia lihat hanya Hiruma yang sedang mengerjakan entah apa di laptop-nya. Tunggu, Hiruma? Kenapa dia ada disini?

"Hiruma-kun, sedang apa kau disini?" Tanya Mamori sambil melangkah masuk ke kelas.

"Menurutmu aku sedang apa, manajer sialan?" Jawab Hiruma sambil meniup permen karetnya.

"Eh, dimana teman-temanku?" Tanya Mamori heran.

"Heh? Tidak ada teman-teman sialanmu disini." Jawab Hiruma.

"Tapi–"

GRESEK! CEKLIK!

"Apa yang–" Kata-kata Hiruma terputus saat melihat pintu kelas itu tertutup sendiri. Dia lalu berusaha membukanya.

"Terkunci." Jawabnya datar.

"APA?" Teriak Mamori.

"Coba saja sendiri, manajer sialan!"

Mamori lalu mencobanya dan Hiruma benar.

"Lalu, apa yang harus kita lakukan?" Gumam Mamori panik.

"Kau pikir apa lagi? Cepat telfon seseorang!"

"Eh, handphone ku dipinjam Sena,"

"APA??!!" Teriak Hiruma.

"Aduh, kau ini kenapa sih! Pakai saja handphonemu!"

"Handphone ku ketinggalan di klub house."

…………

…………

…………

Mamori tidak sanggup berkata-kata.

"Lalu apa yang harus kita lakukan?" Gumam Mamori.

"Mau apa lagi, tunggu sampai pagi,"

"Apa kita tidak bisa lompat lewat jendela?"

"Silakan kalau kau mau mencobanya. Tapi ingat, ini lantai empat."

"Hmp." Mamori hanya menghela napas dan duduk di bangku di depan Hiruma.

"Eh, sekarang sudah jam 6 sore," Ujar Mamori.

"Lalu?"

"Kau tau rumor hantu itu kan?"

"Oh itu. Hey, manajer sialan! Dia ada di belakangmu."

……….

……….

……….

"AAAAAAAA!!!!!!! HIRUMA!!!!!!!!!!!!!" Tanpa sadar, Mamori langsung berlari kea rah Hiruma dan memeluknya. Hiruma sedikit blushing.

"USIR DIA!!! USIR DIA!!!!! USIR DIA!!!!!!"

"Oi, aku tidak serius, manajer sialan."

"He?" Mamori langsung melepaskan Hiruma dan kembali duduk di bangkunya. Mukanya merah padam.

"Jangan menakut-nakutiku lagi. Aku hampir sakit jantung tau!"

"Kekekeke. Seorang anggota Komite Disiplin ternyata takut terhadap hantu. Ini bahan blackmailing yang bagus. Kekekeke."

"Mou, Hiruma-kun!"

…………….

…………….

…………….

Tooloonnggg…

....................

……………

……………

"He? Kau bilang apa, manajer sialan?"

"A–A–Aku tidak bilang apa-apa," Jawab Mamori ketakutan.

"Kau mau membalasku?"

"Aku tidak mengatakan apa-apa, Hiruma-kun!"

……………

……………

……………

Bantu aku menemukan tubuhkuu…

……………

……………

……………

Mamori kini sudah menggenggam lengan Hiruma erat-erat.

"Hiruma-kun…" Panggil Hiruma takut-takut.

"Hm?"

Tiba-tiba sebuah tangan menggapai pundak kanan Mamori.

"AAAAAAAAAAAHHHHHHHHHH!!!!!!!!!!!!!"

TBC

AAAAAAAAHHHHHHH!!!!!!! Kuchi nggak berani nerusin!!!!!

Hiruma : "Oi, author sialan! Kalo lo nggak berani ngapain lo bikin fic horror

gini?!"

Kuchi : "Karena Kuchi nggak punya ide lain lagi."

H : "Kenapa nggak ditamatin aja sekalian?!"

K : "Karena sekarang udah jam sepuluh malem, jadi Kuchi nggak berani

nerusin. Mana besok ulangan matematika lagi."

H : "Sejak kapan pintu geser bisa dikunci?!"

K : "Emangnya gak bisa ya? Abis, sekolah Kuchi kan gak pake pintu geser."

H : "Emangnya gue anak kelas 2-1?!"

K : "Abis Kuchi gak tau sih."

H : "Cih."

K : "Cah-cih, cah-cih! Gomen minna-san, Kuchi nggak berani nerusin.

Mudah-mudahan sih hari Sabtu dah Kuchi apdet. Jadi, tinggalin review

ya! Mungkin nanti Kuchi bikinnya siang-siang. Chapter 2 chap

terakhir kok. Kuchi gak berani bikin panjang-panjang, ntar didatengin

lagi. Hiii"

Kuchi juga gak tau Hiruma ama Mamori sekelas apa nggak, jadi gomen aja kalo banyaka yang salah. See Yaaaa!!!!!!