Made From 100% Chandelier

by TheBlackCobra


Main Cast

ChanBaek. Temukan sendiri tokoh yang lain.

Alur

Maju-Mundur. Biar enak.


Cinta persegi antara Park Chanyeol, Kim Jongin, Byun Baekhyun, dan Do Kyungsoo bertambah sengit.

Menjadi semakin porak-poranda ketika satu per satu dari mereka hancur melebur bak besi yang dibakar. Berakhir dengan nyeri, putus asa, menyerah, serta bunuh diri. Tidak ada seorang pun yang telah mencinta tanpa ingin memiliki. Jika ada, bisa katakan padaku siapa?

.

.

One

.

.

Kecipak derap dua pasang kaki yang berlari di lorong sempit nan kumuh terdengar sayup tertutup gerimis hujan. Genangan air yang terinjak terciprat ke mana-mana. Lubang-lubang di jalan yang terisi air menambah kotor jins anak laki-laki yang menggenggam erat tangan seorang anak perempuan berkuncir dua yang terus tertawa. Mereka berlari dalam gerimis, sampai yang lebih tinggi melihat sebuah ruko untuk berteduh. Di samping teras ruko terpancar cahaya dari lampu kuning lima watt yang hampir sekarat.

Anak perempuan itu menyandarkan punggungnya ke dinding ruko, tawa merekah masih terdengar darinya. Sebaliknya, air muka yang lain justru terlihat cemas dan menatap anak perempuan itu seolah dia telah gila. Mereka masih terengah-engah setelah berhasil kabur dari kejaran penjaga warnet galak karena tak bisa bayar. Peluh-peluh kecil bercampur sisa gerimis melekat dan mengalir di tubuh mereka. Hawa dingin malam menyerebak, ditambah bau busuk di sekitar pembuangan sampah menambah parah suasana. Tapi kedua makhluk itu seakan tak peduli.

"Ranger Pink," ujar anak perempuan itu sambil tersenyum.

Yang dipanggil hanya bergumam dan merosot duduk di teras ruko yang sempit. Kakinya luar biasa lelah, seolah ada berton-ton karung beras menggantung di sana. Anak perempuan itu ikut merosot di teras yang kotor, seolah gaun yang harganya lebih dari satu miliar itu hanyalah kain lap lantai.

"Apa hukuman yang kita dapat karena ini?" tanya anak perempuan itu, menatap telak pada yang lebih tinggi.

Anak laki-laki itu balas menatap. Dia mengelap kening dan menjawab sekenanya, "Penjara seumur hidup, kurasa."

"Keren." sahut anak perempuan itu sumeringah, ada binar di matanya. Kedua pipinya bersemu merah, mata anak perempuan itu tenggelam dalam senyum yang selalu bertengger padanya.

"Apa gak apa-apa kalau kamu pulang kaya gini?"

"Eung?"

"Kamu pulang dekil kaya gini, apa gak apa-apa?!" teriak anak laki-laki itu di tengah gerimis yang melebat.

Anak laki-laki itu mendengus, menunjuk-nunjuk ke arah gaun dan sepatu pentofel anak perempuan yang sudah basah dan kotor terkena cipratan tanah basah. Memperjelas keadaan. Seakan akhirnya mengerti, anak perempuan itu menggeleng kuat. "Ga papa!"

Lebih lima menit, hujan tampak reda. Membuat jalan di depan ruko terlihat jelas. Anak perempuan itu langsung bangkit dari duduknya, kemudian menjulurkan kedua tangannya ke langit. Menengadah. "Udah ga hujan. Udah ya, Sailormoon pulang dulu. Udah malem." teriak anak perempuan itu sambil berlari menjauh. Meninggalkan anak laki-laki itu sendiri di depan teras ruko.

Belum semenit anak perempuan itu berderap kembali ke depan ruko dan berlari ke arah kanan. "Bye Ranger Pink!" teriaknya lagi dan menghilang ke dalam lorong.

Tidak berapa lama, bunyi derap langkah anak perempuan itu terdengar lagi, dia kembali lagi ke depan ruko dan mengambil arah kiri. "Jangan kangen ya!"

Anak laki-laki yang dipanggil Ranger Pink itu hanya tertegun melihat anak perempuan itu bolak-balik dari beberapa lorong dan kembali lagi ke depan ruko yang menjadi tempat mereka berteduh. Mengapa anak perempuan itu masih mempunyai stamina yang kuat setelah aksi kejar-kejaran hidup dan mati mereka. Setelah lima kali menampakkan diri, anak perempuan itu berhenti. Dia berdiri di depan ruko, tepat dihadapan Ranger Pink. Senyum yang tadi mengambang sudah hilang, diikuti pelupuk yang hampir menampung air mata, dengan pipi yang memerah, dan lengkap sudah.

"Huwaaaa! Jalan pulangnya hilang!" jerit anak perempuan itu sambil menangis. Kedua tangannya terkepal erat di sisi tubuhnya.

Ranger Pink mengulum senyumannya. Hendak tertawa tapi kasihan. Dia pun bangkit dan menggandeng tangan anak perempuan itu, menunjukkan jalan untuknya. Berusaha menghindari lubang-lubang di sepanjang jalan dengan kaki kecil mereka. Setelah sampai di depan lampu lalu lintas, mereka berhenti.

"Nih, jalannya ga hilang kok." ujar Ranger Pink sambil mengusak pelan kepala anak perempuan itu, menyebabkan rambutnya yang terkuncir mencuat keluar.

Anak perempuan itu mengamati sekitar sambil sesengukan. Setelah berhasil mengusap kasar air matanya sendiri, anak perempuan itu mengangguk mantap. "Pokoknya Ranger Pink harus selalu antar Sailormoon ke jalan yang Sailormoon tau!"

"Iya," ujar Ranger Pink sambil mengangguk. "Besok main lagi yuk."

"Oh tentu aja! Tunggu di sini besok sore, nanti Sailormoon bawakan roti durian!"

"Siap." jawab Ranger Pink sigap mengambil pose hormat.

Lambaian tangan anak perempuan itu membuat Ranger Pink tersenyum dan balas melambai. Dia masih setia menatap punggung anak perempuan itu yang mulai mengecil dan menghilang di tikungan. Hati kecilnya membuncah, menari senang karena besok sore dia bisa menikmati lagi sedapnya roti durian.

Tapi sore hari itu tak pernah tiba.

Dia kemudian berpikir apakah anak perempuan itu lupa janjinya? Apakah roti durian itu habis, jadi anak perempuan itu malu untuk datang padanya. Sebenarnya, dia tidak mempermasalahkan apakah anak perempuan itu membawa makanan atau tidak. Dia hanya ingin bertemu lagi dan bermain. Atau jangan-jangan sore hari yang dimaksud adalah sore hari besok, bukan hari ini.

Sore hari berikutnya, anak laki-laki itu kembali menunggu di samping lampu lalu lintas tempat janji mereka. Tentu saja. Anak perempuan itu tidak datang. Tidak pernah datang kembali. Kecewa menyelimuti dada anak laki-laki itu, dan dia mulai berpikir bahwa anak perempuan itu berbohong dengan konyol padanya. Pertemanan yang sudah terjalin enam hari bukanlah ikatan yang erat. Hanya lelucon. Anak laki-laki itu kemudian kembali berpikir, memang beginilah jadinya jika Ranger Pink dan Sailormoon bertemu. Mereka tidak akan pernah bersatu, meskipun sama-sama memerangi kejahatan, tetap saja beda dunia, beda saluran televisi. Jadi buat apa terus memikirkan Sailormoon yang telah berbohong padanya.

Tapi jauh di lubuk hati anak laki-laki itu, dia sangat ingin bertemu dengan Sailormoon lagi. Menurutnya, anak perempuan itu sedikit aneh. Aneh tapi menyenangkan. Dia pertama kali bertemu dengan anak perempuan itu ketika suara tangis memekakkan telinga terdengar. Anak perempuan itu menangis, dia tersesat. Kemudian hari berikutnya mereka bertemu lagi. Anak perempuan itu selalu memakai gaun yang rapi, stoking yang menutup seluruh kakinya, dan sepatu hitam yang mungil. Jangan lupakan dengan kuncir dua dan poni yang membingkai wajahnya, yang akan selalu bersemu merah ketika sedang tertawa atau menangis. Walaupun sudah berteman selama enam hari, anak laki-laki itu tidak punya nama, alamat, atau tahu apapun tentang anak perempuan itu. Dia hanya punya janji lampu lalu lintas dan nama Sailormoon yang menjadi panggilan akrab untuk anak perempuan itu.

Anak laki-laki itu memutar otak. Jadi, apakah Ranger Pink harus menjadi monster jahat? Agar Sailormoon memburunya, menemukannya, menemuinya dan bisa bermain bersama lagi. Jadi Zombie boleh juga!

Tapi, sore hari itu tak pernah tiba. Lagi.

Karena mungkin Zombie juga berada di saluran televisi lain.

tbc.


Gaje warbyasaahhh.