Haiii, setelah bertahun-tahun saya menghilang, saya akhirnya kembali membawa fanfiction baru! Dan kali ini, fanfiction saya berbahasa Indonesia, paling tidak saya tidak takut lagi akan typo hehee~
Selamat membacaa, maaf bila tidak suka :)


DON'T GO

PROLOGUE

.

.

A Kuroko No Basuke Fanfiction

Pairing(s) : KagaKuro, AoMomo, MidoTaka, AkaFuri, dan masih banyak lagii

Genre(s) : Romance, Hurt/Comfort

Rate : T

WARNING! Gender Bender, OOCness, Typo everywhere

Disclaimer : Saya tidak memiliki Kuroko No Basuke

"Kuroko, aku harus kembali ke Amerika."

Pada malam itu, langit sangatlah gelap dan hujan deras. Di halte bus hanya ada Tetsuna dan Kagami yang sedang berteduh karena hujan yang menghalangi jalan mereka. Mereka baru saja selesai latihan rutin dengan klub basketnya, dan saat mereka dalam perjalanan setelah mampir ke swalayan, hujan deras turun dari langit yang gelap, dan dengan terpaksa mereka harus berteduh karena keduanya tidak membawa payung.

Tetsuna mendongak, melihat kearah wajah Kagami yang juga sedang melihat Tetsuna. Mereka berdua bertatap mata, tetapi sayangnya, Kagami gagal melihat kesedihan didalam mata sky blue Tetsuna. Ingin rasanya Tetsuna menangis dan meminta Kagami untuk tidak pergi, tetapi apa boleh buat? Di mata Kagami, Tetsuna hanyalah partner dalam basket. Di mata Kagami, Tetsuna hanyalah sahabat. Tetapi pikiran dan perasaan Tetsuna tidak searah dengan Kagami. Sejak mereka memenangkan Winter Cup, Tetsuna telah jatuh cinta pada Kagami, dan tentu saja Kagami tidak menyadari itu. Entah karena Kagami yang terlalu polos, atau karena otaknya yang telah hancur akibat memakan burger terlalu banyak.

"...Kapan Kagami-kun akan pergi? Apakah Kagami-kun akan kembali?" Tanya Tetsuna pelan, dan mengarahkan kepalanya lurus kearah jalanan yang dipenuhi oleh banyak mobil yang lalu-lalang.

"Besok, jam 9 pagi. Aku tidak tau apa aku akan kembali ke Jepang." Jawab Kagami.

"Oh, begitu..." Kata Tetsuna. Tanpa ia sadari, air mata sudah mengalir keluar tanpa memberi tanda akan berhenti. Gadis bersurai biru langit itu mencoba untuk menghentikan air mata itu, namun gagal. Sungguh, ia tidak mau Kagami melihat sisi lemahnya. "Kalau begitu, aku akan pulang duluan."

"Eh?" Kagami menengok kearah Tetsuna yang sudah mulai berjalan keluar dari atap halte bus. "Apa kau gila? Hujannya masih deras! Kau bisa sakit!"

Kuroko menoleh ke belakang, kearah Kagami sambil memaksakan senyum halusnya. "Tidak apa-apa. Besok hari Sabtu, tidak ada kegiatan sekolah." Kuroko lalu berjalan menerobos hujan deras, meninggalkan Kagami yang bertanya-tanya. Tetsuna telah memperlihatkan air matanya yang turun perlahan dari iris sky blue itu.


*Tut... Tut... Tut...*

Tangan berkulit putih susu itu meraih ke sebelah ranjang, dimana ada alarm yang berbunyi di meja tidurnya. Setelah mengangkat alarm tersebut, ia mematikannya dan melihat jam.

"Ah, sudah jam 6.. Aku harus siap-siap.." Katanya setengah sadar. Ia bangun dari kasurnya, dan beranjak ke dapur. Ia menyiapkan sarapan untuk Nigou setelah mengikat rambut biru langitnya dengan ikat rambut menjadi high ponytail.

"Ini, Nigou." Ia menaruh tempat makan Nigou di lantai, yang langsung disantap oleh anjing Siberian Huskynya yang sekarang sudah sangat besar. Untungnya, setelah ia lulus SMA, gadis itu memilih untuk tinggal sendiri di apartemen yang dibelikan oleh Akashi sebagai hadiah ulang tahun ke-18nya. Tadinya ia mau menolak, tetapi seperti yang mereka katakan, 'Seorang Akashi adalah absolut.' jadi mau tidak mau, gadis itu harus menerimanya. Bila ia sekarang masih tinggal dengan keluarga Aomine, pasti Nigou dengannya sudah berpisah selama 3 tahun, dan ia sudah tidak tahu Nigou ada dimana, dan aman atau tidak.

Setelah menyantap sarapannya, ia beranjak ke kamar mandi, berniat untuk membersihkan diri. Saat ia memandang refleksinya di kaca, ia langsung menemukan matanya yang bengkak.

'Ah, pasti karena kemarin malam aku menangis..' Pikirnya. Sekarang ia tau mengapa tadi saat ia keluar dari kamar, Nigou mengaing seperti kesakitan.

Sudah 3 tahun ia ditinggal oleh cahayanya itu, dan selama itu juga ia menangisi laki-laki tinggi berambut bergradasi merah dan hitam. Ia selalu memutarkan skenario ketika mereka di Maji Burger, mereka bermain basket bersama dengan senyuman besar yang tertera pada wajah mereka, dan saat mereka memenangkan Winter Cup. Lalu ia memutarkan skenario dimana laki-laki itu meninggalkannya. Setelah kepergian Kagami ke Amerika, banyak orang berkata bahwa Tetsuna telah berubah. Bahkan anggota-anggota Generation of Miracles berpikir demikian. Maka dari itu, mereka memilih untuk berkuliah di tempat yang sama dengan Tetsuna. Namun, tidak ada perubahan yang terjadi. Tetsuna, dengan wajah emotionlessnya, tetap tampak murung, dan sering kali mereka mendapati Tetsuna melamun sampai mengeluarkan air mata.

Sampai akhirnya mereka lulus kuliah, Tetsuna tidak berubah, tetap murung. Sekarang mereka sudah menjalani kehidupan masing-masing. Akashi menjadi direktur dalam Akashi Group, sudah pasti. Kise selalu mengatakan bahwa ia ingin menjadi pilot, namun ia berubah pikiran dan melanjutkan karier modellingnya, dan sekarang ia juga menjadi aktor terkenal. Kesukaan Murasakibara terhadap kue, coklat, dan snack lainnya tidak pernah berubah, maka ia membuat toko kue yang ia namakan 'GoM Bakery'. Midorima, yang sudah bertunangan dengan Takao Kazue, meneruskan ayahnya di Midorima Private Hospital dengan menjadi dokter spesialis. Aomine, yang sedang menjalani hubungan dengan Momoi Satsuki, meraih cita-citanya dengan menjadi polisi. Bagaimana dengan Kuroko Tetsuna? Ia sekarang menjadi guru di TK Teikou dan sangat dicintai oleh murid-muridnya.

Tetsuna keluar dari kamar mandinya dengan memakai tank top hitam dan celana jeans hitam, dan disambut dengan dering handphonenya. Ia mengambil handphonenya yang berwarna senada dengan mata dan rambutnya, dan melihat layarnya.

Aomine-kun is calling. . .

Ia lalu menekan tombol 'accept'. "Halo, ini Kuroko Tetsuna."

"Tetsu, kau masih lama? Aku sudah ada di depan apartemenmu."

"Oh? Aomine-kun menjemputku? Tumben sekali. Apa Satsuki-san bersamamu?"

"Tidak, Satsuki mendapat panggilan dari bosnya tadi pagi, katanya ada misi baru untuknya."

"Oh.. Menjadi seorang detektif sangat merepotkan ya?"

"Ya, begitulah. Jadi kau masih lama atau tidak?"

"Tidak, sebentar lagi aku keluar."

"Baiklah, kutunggu kau di bawah ya."

"Baik, terima kasih Aomine-kun."

Setelah mematikan sambungan teleponnya, ia bergegas mengambil kemeja lengan pendek yang berwarna putih, dan mengenakannya. Ia mengambil tas ranselnya yang berwarna sky blue, dan sepatu kets berwarna putih polos. Setelah mengecek dapur dan kamar mandi, ia mengucapkan selamat tinggal kepada Nigou, dan keluar dari apartemennya. Ia menguncinya dan beranjak ke lobby.

Sesampainya di lobby, ia menemukan teman kecilnya yang berkulit tan dengan rambut navynya yang mengenakan seragam polisi. Melihat temannya itu membuatnya terkekeh. Ia mengingat ketika Aomine membaca majalah-majalah pornografi dan diomeli oleh Momoi. Tidak disangka bila ia mengenakan seragam polisinya, ia akan terlihat sangat dewasa.

"Kenapa kau? Tertawa sendiri, seperti sudah tidak waras." Kata Aomine sambil bangun dari tempat duduknya dan berjalan kearah Tetsuna.

"Aku tidak tertawa, aku hanya tidak menyangka bila Aomine-kun mengenakan seragam polisinya, ia akan terlihat sangat dewasa."

Mendengar perkataan mantan bayangannya membuat ia malu. "A-Apa-apaan kau ini.. Ayo cepat, kau tidak lihat ini jam berapa?"

"Ini jam 8:30 pagi, Aomine-kun."

"Dan sekolah itu mulai jam berapa?"

"Jam 9 pagi, Aomine-kun."

"Makanya, kita harus cepat, atau kau akan terlambat!" Sesampainya di luar gedung apartemen, ia mengenakan helm motornya dan memberikan satu helm lagi kepada Tetsuna.

"Jarak dari sini ke TK Teikou tidak jauh, Aomine-kun. Apa kau lupa ingatan?" Katanya sambil mengenakan helm. "Bilang saja Aomine-kun tidak sabar ingin bertemu Satsuki-san di kantor."

"H-Hah, apa maksudmu? Sudahlah, ayo kita berangkat."

Dengan itu, Aomine mengantar Kuroko ke TK Teikou dengan mukanya yang sangat merah karena sepanjang jalan Tetsuna terus-terusan mengejek Aomine akan kerinduannya terhadap pacarnya itu.


Prolog selesaai~ Apakah saya harus melanjutkannya? Atau apakah fanfic ini sangat jelek jadi saya tidak usah melanjutkannya? Mohon reviewnya yaa~ Terima kasiih

Regards,

theintrovertgirl