Warning : supeeeeeeeeer jelek n gaje. Ooc, agk AU, BL alias YAOI alias BxB alias Shonen Ai alias….au ah terang==', BLOODY, emm..apa lagi yah? Gk tau deh… ceritanya ttg penambahan tokoh baru di dgm.
Ripyu, okkeh? Ay lup yu pul lah…hahahaha *gaje*
Gomenasai por de super gajebow^..^v
Untuk sementara ini, Rated T [author di lempar ke jurang]
Hahahaha gomeeeeen~ janjinya, 'ini-itu' di chap 2. Oke? o^ *gk janji serius*
.
Dalam dilanda kebingungan, Allen memilih diam di belakang kanda, si exorchist mirip samurai sekaligus mirip cewek yang menjadi tamengnya.. Menjaga wilayah aman dari makhluk di depan. Entah itu manusia atau bukan.
Mata Kanda tak berkedip setengah detik pun. Takut kehilangan lawan.
"Allen," kata sosok di depan. Suaranya terdengar bulat. Seperti suara cewek boyish.
Suara itu bagai mantra. Membuat Allen lemah kehilangan akal. Panca indranya memburuk. Ada sesuatu yang menyengat otaknya. Semuanya seakan tersedot masuk kedalam lubang hitam. Berputar-putar, kacau dan…hilang.
.
Allen terengah-engah di atas kasurnya. Badannya basah kuyup oleh keringat. Hentakan jantungnya memburu sama seperti nafasnya. Ditariknya selimut tebal biru dan membuntal badannya sendiri dengan itu. Meskipun suhu sedang panas sebetulnya.
Ada rasa takut yang kurang beralasan. Mimpi-mimpi itu… yang selalu datang ketika Allen tertidur pulas. Mimpi biasa, namun terasa menakutkan. Kenapa? Itu hanya mimpi kan? Tidak berarti apa-apa. Sungguh menyebalkan. Sampai-sampai ada kantung hitam di matanya, dan itu mengganggu. Apa lagi untuk pekerjaannya yang sebagai pembasmi akuma. Sangat mengganggu. Ia jadi kurang istirahat.
"Mo-ya-shi!"
Allen agaknya sedikit terkejut. Rasa takut yang tidak beralasan tadi, kini menjadi beralasan. Alasan yang jelas. Ia lupa bahwa di kasur ia tidak sendiri. Gara-gara kamarnya yang hancur pasca akuma [sialan] menyerang markas besar―tepatnya kamar Allen―ia jadi harus numpang di kamar Kanda selama kamarnya diperbaiki.
"Ma-maaf, aku akan tidur lagi" kata Allen takut-takut.
Allen kembali menyimpan kepalanya di bantal sebelah Kanda. Ia sama sekali tidak mencoba untuk tidur. Tidak akan pernah. Lebih baik ia bertarung melawan akuma dari pada harus tidur. Karena itu artinya ia akan bermimpi lagi, lagi, lagi, dan lagi. Mimpi biasa yang menakutkan. Ia gelisah.
"moyashi,"
Allen tidak menjawab.
"Aku tahu kau belum tidur,"
Ketahuan. Selalu saja begitu. Ia memang tidak bisa menyembunyikan sesuatu dari teman yang satu ini. Allen membalikkan badan, menghadap Kanda.
"Kau kenapa? Jangan gunakan selimut saat kau merasa kepanasan"
"Bukan,"
"Pikirkan hal lain yang menyenangkan saat kau mau tidur. Itu bisa mencegah mimpi buruk" Benar, kan? Tanpa diberi tahu, Kanda tahu dan Allen tidak bisa menyembunyikan itu. Kanda memunggungi Allen sambil menaikkan selimutnya sampai leher. Allen memandangi punggung pemuda tamp…―cantik itu [ah terserah kalian berpendapat apa]. Selama pikirannya melayang tak tentu arah.
Hal menyenangkan sebelum tidur? Apa itu? Menyenangkan? Bertemu Mana, bermain dengan timcapy,berkumpul bersama teman-teman, membuka kado, natal,ulang tahun, salju, permen, kue-kue manis, semua itu menyenangkan, bukan? Apa lagi yang menyenangkan? Menolong….yah, menolong dan melihat wajah sumringah dari orang yang ditolong. Itu membuat hati Allen senang. Seperti saat menyelamatkan sseorang dari akuma. Ia menolongnya, bersama Kanda. Sepertri biasa, bersama Kanda. Mereka berdua menolong bersama-sama. Berdua. Menyenangkan. Ha? Yang menyenangkan itu menolongnya atau kebersamaanya dengan Kanda? Yang mana, ya? Ah, sudah pasti menolong. Tak ada yang bisa mengalahkan perbuatan baik. Tapi apakah menolong akan tetap menyenangkan ketika pada waktu itu tak ada Kanda?
Kanda….teman yang dikenal Allen belum lama ini. Meskipun mereka kurang―tidak― akrab, tapi mereka kompak.
Allen suka saat Kanda menyelamatkannya. Ia suka saat rambut Kanda tergurai lembut. Ia suka saat Kanda memanggilnya 'moyashi'. Panggilan aneh tapi lama-kelamaan menjadi menyenangkan. Akan aneh rasanya kalau Kanda memanggil dirinya dengan lembut atau lebih sopan. Justru dengan kekasaran itu, Kanda mengungkapkan rasa bertolak belakang dengan tindakannya.
"Moyashi,"
Ya, Allen juga senang mendengar suara Kanda. Lembut. Apalagi jika namnya yang dipanggil
"Moyashi!"
Sekarang suaranya malah terngiang-ngiang ditelinga.
Emm, apalagi yang menyenangkan? Senyuman? Kanda tersenyum? Eh, kapan ya Allen melihat Kanda tersenyum? Rasanya sih..be-
"MOYASHI!"
Dar! Allen membuka mata. Arght, di depannya ada mata lain. Mata yang pasti dilihat Allen setiap hari. Mata yang mampu menusuk segala hati.
"GYAAAAAAA~!"
Selalu begitu akhir-akhir ini. Pagi hari yang indah di markas besar exorchist. Disambut teriakan histeris tak terkendali yang bagai bunyi alarm pembangun tidur. Melengking merdu bagi beberapa orang saja. Tapi ini sudah menjadi kebiasaan selama 3 minggu terakhir ini. Lenalee akan menumpahkan kopi ke baju komui karena kaget, Lavi bangun lebih pagi, bookman menggerutu, kuping Kanda tuli untuk beberapa saat, semua kejadiannya hampir sama selama sebulan ini. Itu bermula dari―teriakan― Allen.
"Bisakah kau tidak berteriak tiap malam dan pagi?"
"Mungkin aku akan berhenti berteriak jika kau tidak menindihku!"
Beberapa detik mereka saling terdiam. Mungkin butuh waktu bagi Kanda untuk mencerna perkataan Allen.
Bagaimana pun juga, Kanda hanya berniat membangunkan Allen. Dengan cara yang agak salah tentunya. Allen orangnya mudah kaget. Kanda menduduki perut Allen dengan harapan Si Moyashi bisa sesak nafas dan terbangun. Well, cara salah atau benar, sebetulnya kalian yang bisa tentukan.
"Gyaaaa~!"
Keadaan sempat tak terkendali. Akibat teriakan kedua―yang suaranya lebih besar―beberapa orang berdatangan ke kamar Kanda. Memastikan keamanan saja. Sempat dikira Kanda dan Allen sedang macam-macam. Tapi tidak bertahan lama sampai Kanda mengeluarkan mugennya untuk pembuktian. Emm, cara pembuktian yang agak kasar. Tapi jika tidak begitu, bukan Kanda namanya.
"Ya ela bro, pagi-pagi udah bikin ribut." Sahut Lavi di ambang pintu. Dia orang kedua diruangan itu yang masih mengenakan piama. "Kan bisa nanti malam, yuu-chan. Kamu gk sabaran banget, deh…"
"KELUAR DARI KAMARKU!"
Pagi ini, menjadi salah satu pagi terburuk yang pernah ada di buku harian markas besar. Dimana Kanda sudah mengamuk dan Allen menjadi sasaran utama sebelum Lavi. Untung ada Lenalee yang siap menajdi tameng 24 jam nonstop. 3 seragkai ini memang sulit akur. Atau kanda-nya saja yang tak mau akur? Mungkin itulah alas an kenapa mereka menjadi satu team exorchist. Malapetaka bagi Allen. Dia bisa menjadi objek penderitaan bagi Kanda dan objek hiburan bagi Lavi. Allen… allen… malang nian nasibmu.
.
Sabtu siang yang sangat menggoda tugas. Ingin rasanya bersantai di tatami1 sambil melihat bentuk-betuk awan ditemani camilan siang, termasuk jus dingin. Ah, mantap. Tapi semua itu tidak akan terwujud jika kau mempunyai pekerjaan sebagai exorchist. Setiap hari adalah tugas. Libur? Entah kapan. Seperti nasib 3 serangkai ini.
Akhir pekan yang diisi dengan tugas, berjaga di sebuah desa. Memangnya mereka satpam apa? Exorchist juga butuh liburan. Tugas ini memang penting, tapi OMAIGAD, BISAKAH MEREKA LIBUR HANYA UNTUK SETENGAH HARI SAJA?
Kali ini mereka harus berjaga ketika salah satu warga melahirkan. Yep. Proses melahirkan rupanya bisa mengundang akuma. Dari darahnya itu loh… nah, yang bikin repot, mereka tidak tahu kapan proses melahirkan itu akan terjadi. Siap siaga setiap saat deh…
"aku ingin semangka~" kata Lavi sambil manja-manjaan di punggung Allen. Ia bergerak-gerik layaknya kucing yang sedang menandai wilayahnya. Ugh, so imut banget.
"Kau bisa minta ke bibi penginapan "
"mintain!" DX
"arght, Lavi…."
"Ok,ok, bro! yah dari pada bosan. Tapi kau jangan pergi kemana-mana. Aku juga akan mengambilkan bagianmu"
"Iya, iya," kata Allen malas.
Akhirnya ia bisa sendiri lagi. Huh, ketenangan yang jarang didapat. Menyenangkan. Walaupun tidak dapat hari libur, setidaknya kali ini mereka mendapatkan penginanapan yang cocok untuk bersantai. Lagi pula tugas kali ini tidak terlalu berat. Hanya menjaga ketika proses melahirkan berlangsung. Dan itu belum terjadi sekarang. Namanya juga melahirkan, entah kapan. Sekarang, santai, santai, santai, dan santai di atas tatami. Menunggu semangka datang, melihat bentuk-bentuk awan, mungkin selanjutnya Allen akan tertidur. Ia mereganggkan tangan, menggeliat bak kucing baru bangun tidur, lalu….jatuh di atas tatami menggoda ini. Semoga ia tidak bermimpi ketika tertidur nanti. Karena Allen benar-benar ingin beristirahat.
Tap,tap,tap,srek,tuk
Allen membuka sebelah mata. Baru saja mau santai, malah ada yang datang. Allen harap yang datang itu Lavi, bukan Kanda atau yang lainnya.
"Bersantai, moyashi? che!"
Ugh, Allen menarik nafas berat didalam hatinya. Ahhh, Kanda. Yang paling menyenangkan namun tak diharapkan.
Allen kembali menutup sebelah matanya. Pura-pura tidak menyadari kehadiran Kanda.
Srek!
Kanda menyimpan sesuatu disamping Allen. Sesuatu yang berhawa dingin, menyegarkan.
"Aku tidak suka semangka"
Allen membuka sebelah matanya lagi. Kali ini lebih hati-hati dan sebisa mungkin tidak ketahuan.
Di situlah ia melihat sebuah godaan. Menggiurkan. Bentuk yang sempurna dengan hawa dingin. Semangka dan jus dingin dengan beberapa bongkah es balok. Waow~ musim panas yang menyenangkan.
"SEMANGKA!'
Tidak bisa menahan nafsu lebih lama lagi, Allen buru-buru menyerang potongan-potongan semangka. Mungkin begitulah cara ia menikmatinya. Memakannya dengan buru-buru, tanpa ada kesantaian. Lupakan.
"hey, kanda, kau tidak mau makan semangkanya?"
Kanda tak menghiraukan perkataan Allen. Kanda masih duduk tenang melihat langit biru yang berarak. Kanda sedang menikmati sesuatu. Angin siang. Angin di musim panas. Menyegarkan pikiran. Ini cara kanda menyejukkan dirinya. Menikmati musim panas dengan angin siang. Oh, lembut. Beberapa helai rambutnya menari-manari mengikuti alunan angin.
"Lihat mulutku, kanda! Aku bisa menyerangmu dengan biji semangka."
Kanda tetap diam. Hanya menarik nafas lega.
"baik, aku datang! chu!chuchuhchuchuchuchuchuchu!" ratusan biji semangka menyerang kanda, langsung dari mulut Allen!
Sring! sringsringsrek!
Mugen keluar dan masuk kembali dengan begitu cepatnya. Tersisa potongan-potongan kecil dari biji semangka yang baru saja ditebas Kanda. Allen seketika membeku.
"Lakukan lagi, maka kau kehilangan mulut sekaligus kepalamu" Kanda tenang kembali. Menikmati angin.
"Uhuk! uhuk!" Allen tersedak beberapa biji semangka "Aku kan hanya bercanda!"
"Che!" Kanda membuang muka
Allen berdiri kesal. Keluar dari beranda ini. Entah mau pergi kemana, yang jelas ia tak mau dekat-dekat kanda. Allen bahkan menggeser pintu dengan kasar, nyaris membuat kayunya patah.
"setidaknya tenang," kanda menggumam santai.
Matanya tertuju pada satu titik. Awan putih disana. Seolah di sana tergambar sesuatu yang menyenangkan. Cerah, menyegarkan hati, bukan Cuma pikiran. Seulas senyum tipis terlukis disudut bibir cowok cantik ini, ia menemukan pikiran yang konyol
"che! He, moyashi. heh! Baka." Gumamnya.
SRUUK! Pintu terbuka kasar. Memudarkan senyuman Kanda yang baru saja akan merekah.
"KANDAAA~!"
"Uhm, moyashi!" Kanda membatin kesal sambil masih berlagak santai.
"Kanda! ayo bangun, ada akuma!" Allen menarik-narik coat Kanda. Namun, yang ditarik bersi kukuh duduk ditempat dengan posisi semula. Belum 1 menit ia merasakan ketenangan, Allen sudah datang lagi. Apakah si rambut putih ini tidak sadar bahwa kanda ingin beristirahat juga?
"Ayo,kanda! Ayo, Kanda! ayo! ayo!"
"rr, MOYASHI!"
Cukup satu sentakan, Allen terdiam―masih mencengkram coat Kanda.
"Kau bisa mengurusi 1 akuma sendirian saja, kan? Itu sangat mudah! Kau tidak membutuhkanku! Lagi pula ada baka usagi."
"eh?"
Yang terlukis hanya kepolosan di wajah putih itu. Kanda sendiri sampai merasa tak tega untuk meyentaknya kembali. Allen… Allen…
"Oh, ya sudah." Allen keluar dari kamar itu. Agaknya kecewa, namun tak dihiraukan.
Sekarang Kanda sendiri lagi. Seperti yang diinginkannya.
Kadang-kadang Allen itu sangat menyenangkan. Lebih menyenangkan di banding menang Lotre seharga 1000 yen, tapi dia juga bisa menyebalkan melebihi sekantung kacang bodoh. Ah, baka moyashi. Kapan dia akan berhenti bertindak kekanak-kanakan?
Sebetulnya Kanda khawatir dengan keadaan Allen. Sudah nyaris sebulan Allen kekurangan tidur gara-gara bermimpi buruk. Harusnya Kanda juga memiliki kantung hitam yang sama dengan Allen. Setiap Allen terbangun, Kanda juga ikut terbangun. Tapi, ia selalu berpura-pura tidak mengetahui itu. Kanda sering mencuri-curi waktu diantara tugasnya untuk tidur agar tidak menimbulkan kantung hitam di sekitar mata. Tahu kan Allen, bagaimana jika itu terjadi?
"Allen-chan, aku tidak bisa menemukan semangkanya!" Sahut Lavi yang tiba-tiba saja sudah ada di ambang pintu tanpa terdengar suara pintu digeser. Lavi diam sejenak begitu tidak menemukan Allen dan malah menemukan Kanda.
"Hey yuu chan, dimana Allen chan?"
Kanda bangkit berdiri meninggalkan Lavi tanpa berkata-kata lain. Tindakan yang amat tidak sopan. Lain kali, Lavi akan memalunya seperti paku karatan di kayu tua.
"Apa-apaan sih si Yuu Chan itu" =..='
Rupanya Kanda pergi untuk memastikan keadaan Allen. Di koridor penginapan Kanda melihat punggung mungil Allen. Meringkuk di atas lantai kayu penginapan. Mana akumanya? Sudah bereskah?
"Moyashi, dimana akumanya?"
Allen diam. Sama sekali tidak bergerak. Ah, ganjal. Bahkan punggung mungil itu tidak terlihat bergerak naik-turun untuk bernafas. Benar-benar diam.
"Mo-moyashi?"
Bercanda? Atau sungguhan? Kanda tidak mau mendekati Allen. Takut ini hanya candaan. Tapi bagaimana kalau ini sungguhan?
"bukankah sudah ku peringatkan, jika kau melakukan hal bodoh lagi, maka kau akan kehilangan kepalamu."
Kanda tengok kiri-kanan bak pencuri yang takut kepergok. Situasi aman. Tidak ada siapa-siapa. Hanya bamboo-bambu, kolam serta ikan-ikannya, dan bonsai dimana-dimana. Tak ada orang lain selain mereka berdua di teras sisi kanan ini. Jadi Kanda aman walau sedang dijahili Allen. Toh tak akan ada yang lihat selain mereka berdua.
Atau lebih baik dia yang menjahili Allen? Mana yang lebih asyik?
"Moyashi~" kata Kanda merdu. Nadanya dibuat-buat agar seseksi mungkin dan terasa hot. Padahal kan Allen masih polos. Mana ngerti soal gitu-gituan. Mengerti atau tidak, Kanda tidak memikirkan itu. Sekarang ini, yang ada di dekat Allen bukan lah seperti Kanda yang biasanya. Dia sudah dikuasi niat setan.
Kanda berdiri kesal sambil melipat kedua tangannya. Kemudian ia mulai membatin.
"Ada apa sih dengan Si Moyashi? Kok gk ngerespon?"
'akuma'
"Ah, iya. Jangan-jangan dia kena serangan, terus sakit. Aduh, parah banget si Baka Moyashi ini. Akuma tipe 1 aja repot…"
.
Lavi menutup kedua telinganya. Wajahnya mengerucut ngeri. Tak tahan mendengar jeritan calon ibu di dalam sana.
"Kau kenapa, Lavi?" Tanya Allen yang sedikit agak kekhawatiran. Di pipi kanannya menempel perban mungil yang menutupi luka bekas pertarungan dengan akuma [tipe 1]
"ti-tidak apa-apa kok! Tapi suara ibu melahirkan itu, mengerikan ya!"
"Oh," jawab Allen singkat. Terdengar sedikit malas. Lavi pun tak mau ambil pusing. Bulu-bulu ditangannya mulai berdiri mendengar kengerian
Allen menyandarkan kepalanya di pintu geser. Menatap gelap langit dan awan yang enggan Nampak. Lavi duduk agak frustasi. Ia mengacak rambutnya sendiri dan berusaha menjaga jarak dengan Kanda agar tidak mengusik cowok cantik satu ini.
Sekali lagi Allen melirik Kanda, lalu buru-buru kembali ke langit yang kosong, tak berbintang. Ada ingatan yang seperti mimpi. Rasanya ia pernah mendengar suara kanda menyebut namanya [moyashi] dengan sedikit berbeda ketika ia pingsan. Terdengar….bagaimana ya? Allen sendiri belum pernah mendengar suara seperti itu langsung dari Kanda. Yang jelas, suaranya lembut, mengajak, dan….sensual? arght, tidak tahu lah!
"Kau liat apa, moyashi? Dari tadi lirik-lirik aku terus." Kata Kanda judes, seperti biasa
"A-anou….i-itu.." apa ya? Harus berbohong! Tidak mungkin kan Allen jujur? "Cuma heran. Akumanya kemana, ya?"
"Biarkan saja mereka tidak ada. itu bagus, kan? Kita tidak perlu repot."
"tapi, bagaimana seandainya akuma itu menyamar menjadi manusia dan…"
Kanda melirik Allen ragu-ragu. Sikap duduk tenang ala samurainya jadi goyah. Buru-buru ia berdiri dan masuk ruang persalinan tanpa permisi.
Crr…clack…clack…
Darah menetes sedikit demi sedikti dari ujung kuku pendek putih. Jubah coklat kumal itu kotor oleh darah. Warnanya menjadi coklat gelap. Sepatu boots hitamnya penuh goresan. Dia mengangkat sebelah tangannya, berusaha menyeruput darah yang mengucur dari ujung kuku
Kanda terbelalak disusul Allen dibelakangnya.
"a-akuma?"
"bukan, kanda. Dia…"
Perwujudannya memang bukan akuma. Sama sekali bukan. Persis manusia. Tapi apa yang dilakukannya tidak seperti manusia.
Sang ibu mendesah tak kuasa menahan rasa sakit. Ujung bibirnya sedikit berdarah karena digigit menahan jeritan. Hatinya takut, antara kehilangan nyawa bayinya atau nyawa dirinya sendiri. Bisakah dia tenang ketika exorcshist-exorchist ini berada di sampingnya?
Akuma tidak datang, melainkan makhluk di depan yang diidentifikasi oleh Allen bukan akuma. Manusia juga bukan. Lalu apa?
.
Huaaaaaahahaha fict ke dua bersambooooooooo~ng nyanyanya~ setelah fict pertama yang super panjang n lebih supeeeeeer gajeboooooow….
Kependekan gk? Soalnya yang kemaren kepanjangan hahahah XDDDD
Ouuuu, terus fict ni rated M soalnya entar bakal banyak 'ini-itu' lah =w='b mudah-mudahan 'ini-itu'nya berakhir bagus dan memuaskan, oleh karena itu, mohon bantuannya! ! !
Ripyu! ayo ripyu! Ripyuuuuuuuu pliiiiiiis! ! ! !
Ouh iya, buat yang agak bingung harus manggil aku apa, panggil ajah rouri, oke? R-O-U-R-I. terserah deh mau di tambahin embel-embel apa.
SIIIIIII YUUUUU NEEEK EGEEEEN XDDDDDDDD
1 tikar
