Passion Love
Author: HeyKickey
Summary: Ada sebuah pertanyaan yang terus terngiang di pikiran Hermione sejak bibir Draco mencium bibirnya. Benarkah Draco sedang menciumnya sekarang? Seorang Draco Malfoy mencium bibirnya?
Disclaimer: All belongs to auntie Rowling
Rated: T+ ada nggak? -_-
Niatnya mau dibikin oneshoot, tapi nggak jadi akibat kayanya bakalan panjang kalo di bikin oneshoot. Jadilah niatnya fanfic ini menjadi dua chapter, but i really hope you guys will like it. Enjoy this fanfic guys!
"Sudah kubilang ini semua adalah salahmu, Granger!"
"Memangnya aku salah apa? Semua ini gara-gara salahmu, Draco!"
Beberapa anak menatap heran kepada sepasang Ketua Murid Hogwarts. Mereka berdua tidap memperdulikan tatapan-tatapan orang lain yang sebenarnya cukup mencela atas kelakuan sang Ketua Murid. Bicara mereka dua sangat keras, meskipun tanpa mantra sonorus.
"Kita tidak akan basah kuyup seperti ini jika seandainya kau tidak menuruti permintaan Professor Sprout!"
"Jadi kau menyalahkanku? Ha?" Tanya Hermione ketus.
"Iya! Aku menyalahkanmu! Kau membuatku basah kuyup luar dan dalam, dasar rambut keriting!"
"Enak sekali kau menyalahkanku! Sebagian juga salahmu, rambut uban!" Hermione menghentikan langkahnya sembari berkacak pinggang dan menatap sebal ke arah Draco Malfoy. "Kalau kau tidak mau menuruti permintaan Profesor Sprout, seharusnya kau mengatakan tidak! Bukannya malah melemparkan pendapat kepadaku!"
"Jujur saja kau sebenarnya juga tidak mau kan untuk menuruti permintaan Profesor Sprout?" Balas Draco tidak mau kalah. "Kalau begitu kenapa kau tidak mau menolaknya? Ha?"
"Ehm, aku―tunggu dulu, yang seorang laki-laki siapa? Seharusnya laki-laki yang mengambil langkah! Bukan perempuan!" Hermione masih belum mau mengalah.
"Ha! Bukankah biasanya kau selalu mengungkit mengenai emansipasi wanita? Lalu kenapa sekarang kau malah mengalah? Dasar gadis plin-plan!"
"Bilang saja kau yang takut untuk bertindak!"
"Arghhh! Terserah apa katamu! Dasar Gadis cerewet!"
"Dasar pemuda penakut!"
"Rambut keriting!"
"Rambut uban!"
"Nona sok tahu!"
"Tuan sok tampan!"
"AAAAARRRGGGHHHH!" Dan akhirnya keduanya saling berteriak dengan sebal mengakhiri pertengkaran tidak pentingnya ini.
Hermione berjalan mondar-mandir di ruang rekreasi Ketua Murid. Matanya berkali-kali menatap pintu kamar sang Ketua Murid laki-laki yang sejak pagi tadi tertutup. Hatinya merasa khawatir atas semua ini. Sebenarnya dia tahu alasan kenapa sedari tadi pintu kamar sang Ketua Murid laki-laki tertutup, itu semua karena penghuninya sedang terserang sakit.
Hermione mengetahuinya karena beberapa kali ia mendengar Draco beberapa kali bersin. Sekali lagi, sebenarnya Hermione tahu apa yang membuat Draco terkena flu, itu karena kemarin dia dan Draco basah kuyup terkena hujan ketika membantu Profesor Promona Sprout mencari sebuah tanaman di hutan terlarang.
Gadis itu menghela nafas panjang. Dia sedikit merasa bersalah atas kejadian kemarin, karena yang menyetujui untuk ikut membantu Profesor Sprout ke hutan terlarang adalah dirinya. Tapi ini semua bukan murni kesalahannya, Draco melemparkan pendapat ke dirinya, sedangkan dirinya tidak bisa menolak permintaan gurunya. Jadi sebenarnya Hermione sendiri juga terpaksa membantu Profesor Sprout.
Matanya beberapa kali masih menatap pintu kamar sang Ketua Murid laki-laki, Hermione ingin menjenguknya, bukan bermaksud sok perhatian kepada Draco, dia hanya merasa bertanggung jawab sebagai partner Draco. Bagaimana pula dia dan Draco adalah sepasang partner Ketua Murid. Hermione tidak mau jika harus berpatroli sendiri tanpa ada Draco di sampingnya. Lagipula Hermione merasa bersalah akibat kejadian kemarin.
Dia ingin menjenguk Draco, tapi dia malas takut kalau Draco Malfoy salah sangka dengan etiket baiknya ini. Sebuah mimpi buruk jika Draco menganggap kalau dirinya perhatian kepada Draco! Tapi Hermione ingin menjenguk pemuda itu.
Hermione akhirnya mulai melangkah, dia memutuskan untuk menjenguk pemuda itu. Dia mencoba untuk berfikir positif saja, terserah kalau si pangeran Slytherin mau mengiranya sok perhatian, toh niat Hermione sebenarnya adalah baik. Kakinya berhenti di depan pintu kamar Draco. Tangannya sudah terulur siap untuk mengetuk kamar Draco, tapi dia belum mau mengetuk kamarnya. Di sisi hatinya yang lain, dia ingin kabur saja tidak jadi menjenguk Draco, tapi di satu sisi Hermione masih ingin menjenguk Draco.
Tok...tok...tok!
Tangannya terlanjur mengetuk pintu kamar si pangeran Slytherin. Tapi belum ada balasan dari penghuninya. Masih ada kesempatan untuk Hermione kabur, tapi Hermione tidak menggunakan kesempatan itu. Dia malah mengetuk kamar Draco untuk kedua kalinya. Tapi masih tidak ada jawaban. Jangan-jangan pemuda itu pingsan? Pikir Hermione. Tangannya mengetuk lagi, baru ketukannya mendapatkan tanggapan.
"Iya! Iya! Aku akan membuka pintunya!" Terdengar suara Draco sembari membuka pintu kamarnya.
Pintu terbuka. Tapi Hermione malah berdiam. Matanya sedikit terbelalak. Di hadapannya berdiri seorang Pangeran Slytherin yang telanjang dada, sebenarnya sudah beberapa kali dia menatap pemuda itu telanjang dada, tapi kali ini berbeda. Keingat membasahi badan dan wajah pemuda itu, dan itu artinya―seksi.
Sudah merupakan fakta kalau seorang pemuda yang penuh keringat membasahi tubuhnya akan terlihat lebih seksi, terlebih jika bertelanjang dada seperti ini. Oh! Muncul semburat merah di wajah Hermione. Secara tidak sadar Hermione beranggapan kalau Draco sekarang terlihat sangat seksi. Jantung gadis itu tiba-tiba berdebar-debar.
"Apakah alasanmu mengetuk pintu kamarku, hanya untuk terpana melihatku terlebih ketika bertelanjang dada seperti ini, Granger?"
Hermione tersontak kaget mendengar kata-kata Draco yang menyakitkan telinga. Matanya beralih dari badan Draco, menatap ragu-ragu ke arah wajah Draco. Gadis itu sangat berharap kalau di wajahnya sedang tidak muncul semburat merah.
"Aku? Terpana melihatmu? Ha? Percaya diri sekali kau!" Jawab Hermione sebal.
Draco tersenyum ketika melihat ekspresi si nona-segala-tahu terlihat sebal. Setelah selama beberapa jam ini terlalu bosan di dalam kamar, terlintas di pikiran pangeran Slytherin untuk menggoda seorang Hermione Granger. Menggoda sang Ketua Murid perempuan merupakan obat mujarab penghilang bosan Draco akhir-akhir ini, memang aneh tapi sangat mujarab.
Draco memajukan badannya sedikit ke arah Hermione, bukan cuma sedikit tapi melainkan sangat dekat. Tangannya mengarah ke rambut ikal Hermione di sekitar wajahnya, mengarahkan rambutnya ke balik telinga gadis itu, "Lalu apa alasanmu mengetuk pintu kamarku, Granger?" Kata Draco dengan nafas berat di dekat kuping Hermione. "Kau tak perlu mengetuk kamarku, kau boleh langsung masuk ke kamarku jika kau mau."
Hermione menegang seketika, badannya terasa panas mendengar kata-kata Draco. Bisa-bisanya Draco Malfoy menggodanya seperti ini. Hermione menatap sebal ke arah Draco setelah berhasil mengendalikan dirinya. "D-dasar ferret! Aku hanya ingin menjengukmu, bodoh!"
Draco sontak memajukan badannya semakin mendekat ke arah Hermione. Sampai-sampai Hermione yang badannya mulai memanas juga bisa merasakan panas yang ditimbulkan dari badan Draco. "Kau khawatir denganku?" Tanya Draco dengan nafas beratnya. "Jangan-jangan diam-diam kau suka denganku?"
JLEB!
Serasa ada ribuan petir menyambar Hermione. "Dracooooo! Siapa bilang aku menyukaimu? Sampai Voldemort kedua muncul pun aku tak akan pernah suka denganmu! Dasar Bodoh!"
Draco tertawa puas mendengar si nona segala tahu megap-megap penuh marah. "Kan masih 'jangan-jangan'" Jawab Draco masih dengan tawanya. Draco berbalik masuk kembali ke dalam kamarnya. "Kalau kau mau menjenguk masuk saja." Kemudian mulai membaringkan badannya ke tempat tidur.
Hermione masuk ke dalam kamar Draco. "Kau bisa tahan di kamar ini seharian, Draco?" Tanya Hermione sembari menggelengkan kepala.
"Ada yang salah?"
"Kamar ini sangat pengap, berantakan, dalam kondisi sakit pun aku tak akan mau tinggal seharian di kamar ini."
Hermione mulai mengambil beberapa pakaian Draco yang berserakan di lantai. Merapikan beberapa perlengkapan si Pangeran Slytherin yang berserakan. Untuk kali ini Hermione rela untuk membantu membersihkan kamar si Pangeran Slytherin, anggap saja sebagai permintaan maaf akibat kejadian kemarin.
Beberapa menit berlalu ketika Hermione selesai membereskan kamar Draco, dia menatap ke arah Draco, didapatinya Pangeran Slytherin sedang memejamkan mata dengan peluh membasahi wajah dan badannya lebih banyak daripada saat dia menatap Draco di depan pintu kamar Draco tadi, di tambah lagi terdengar nafas berat Draco.
Hermione yang mulai panik akhirnya menuju pantry untuk mengambil air dingin di baskom yang akan ia gunakan untuk mengompres Draco. Dengan setengah berlari Hermione segera menuju kamar Draco.
Di celupkannya sebuah handuk ke dalam baskom yang berisi air dingin, memerasnya sebelum akhirnya menaruhnya di dahi Draco. Tangan Hermione bergetar, antara khawatir dengan kegugupan untuk mengompres dahi pemuda itu. Dengan cepat-cepat tangannya menaruh handuk dingin itu di kening Draco.
Draco masih saja memejamkan mata dengan nafas berat masih tedengra di kesunyian kamar Draco. Hermione merasa khawatir, sangat-snagat khawatir. Sebenarnya muncul inisiatif untuk memanggil madam Pomfrey kemari, tapi itu membutuhkan waktu yang lama, Hermione takut ada apa-apa yang menimpa Draco ketika dia pergi untuk memanggil Madam Pomfrey.
Tangan Hermione terulur untuk mengecek seberapa panasnya badan Draco. Punggung tangan Hermione menyentuh kulit leher Draco. Hening. Terasa panas yang menyengat kulit punggung tangan Hermione, tapi tiba-tiba panas itu hilang ketika sebuah tangan meraih tangan Hermione.
Draco menarik Hermione ke dalam pelukannya, Hermione yang masih dalam keadaan kaget akhirnya dengan mudah terhempas di dada bidang Draco, "Kemungkinan aku akan menyesali ini." Kata Draco dengan nafas berat. "Tapi tampaknya aku tak bisa menahannya, kau menemuiku di saat yang sangat rapuh, Granger. Air Dingin seharusnya bisa berperan sebagai penangkal tapi sepertinya tidak efektif."
"Penangkal?" Tanya Hermione di tengah-tengah kegugupannya.
"Aku terbakar, Granger."
Sekejap kemudian, bibir Draco menempel pada bibir Hermione dalam ciuman yang entah mengapa dalam sekejap bisa menghapuskan semua prasangka terhadap sang Pangeran Slytherin. Hermione hanya terdiam dengan bibirnya yang masih tertutup. Lidah Draco berperan aktif dalam ciuman ini, memaksa agar bibir Hermione terbuka.
Ada sebuah pertanyaan yang terus terngiang di pikiran Hermione sejak bibir Draco mencium bibirnya. Benarkah Draco sedang menciumnya sekarang? Seorang Draco Malfoy mencium bibirnya?
Lidah Draco memaksa untuk masuk lagi, kali ini Hermione terhelai dan tanpa sadar membuka mulutnya memberikan jalan masuk untuk lidah Draco.
Akhirnya author berhasil bikin fanfic semi lemon, abisnya nggak ada rated T+ *evillaugh* Oh ya, maaf ya buat fanfic Truly, Madly, Deeply kayanya bakalan ketunda lagi reppingnya, filenya fanfic itu ilang akibat laptop author rusak. Ditambah Author lagi webe buat ngelanjuti tanpa filenya yang dulu -_-
Jadi, sebagai gantinya fanfic Passion Love dulu aja ya :D Kemungkinan akan ada satu chapter lagi untuk fanfic ini. Review ya? Review kalian snagat berarti untukku, don't be silence reader, guys! Love ya!
Oh ya hampir lupa, numpang promosi, buat yang mau baca-baca fanfic-fanfic lain, 1d imagine, cerpen atau semacamnya silahkan buka .com Itu alamat tumblrnya author free follback kok :D Atau mau mentionan dan minta follback author di akun twitter rezkianisSP :D See you guys!
