.

.

.

Naruto © Masashi Kishimoto

SasuSaku AU Fanfiction

Typo yang mungkin luput dari mata saya *ojigi*

.

.

Selamat membaca kawan-kawan ^_^

.

.

"Hal terindah yang dapat kita alami adalah misteri. Misteri adalah sumber semua seni sejati dan semua ilmu pengetahuan."

-Albert Einstein-

.

.

.

Hembusan angin musim gugur yang hangat berhembus pelan dari jendela kelas yang terbuka.

Suara riuh rendah khas yang ditimbulkan para siswa saat jam kosong tak menjadi alasan bagi gadis yang duduk di pojokan kelas dekat jendela yang terbuka ini untuk menghentikan aktivitas membacanya. Bukan buku pelajaran. Bukan pula novel ataupun komik. Buku yang tengah tergeletak di atas meja gadis bersurai pink itu memiliki ukuran tiga perempat dari ukuran buku tulis pada umumnya. Buku berwarna orange lembut dengan tulisan "Filosofi Hidup" yang tercetak di sampul depannya.

Hari ini Kakashi-sensei izin dari tanggung jawabnya untuk mendidik kelas 2-1 ini dalam bidang matematika.

Yaahh, maklumlah. Pengantin baru. Guru yang mendapat title mesum dari para siswa itu baru saja menggelar resepsi pernikahan dengan salah satu staff pengajar murid sekolah menengah pertama yang gedung sekolahnya berada tepat di depan gedung sekolah menengah atas ini.

Ck. Terjebak cinta lokasi rupanya.

"Hoy, Sakura."

Sakura. Gadis yang tengah sibuk membaca itu mengangkat pandangannya ke arah sang sahabat yang duduk di depannya.

"Hem?"

"Aku... Putus dengan Neji-senpai."

Sakura memutar bola matanya bosan ketika menangkap nada riang plus juluran lidah dari gadis yang menyerukan namanya beberapa detik yang lalu ini. Ino, sahabat karibnya yang satu ini memang memiliki tabiat percintaan yang sedikit buruk.

Dua bulan sebelum ini, gadis blonde itu putus dengan mantan kekasihnya yang berasal dari klan Inuzuka. Dua hari setelahnya, gadis itu menjalin hubungan dengan salah satu senior mereka yang sekaligus kakak sepupu dari sahabat mereka juga, Hyuga Neji.

Dan sekarang gadis itu putus dari Neji?

Haduuuhhh... Pria mana lagi yang menjadi incaran gadis ini.

Sakura menutup pelan buku yang menarik atensinya selama 45 menit tadi, lalu menatap netra shapire milik Ino. "Ino... Kau tahukan kalau ini bukanlah hal baik untuk dilakukan seorang wanita seperti kit-"

"Aku tahu..." Ino menyela kalimat Sakura. "Tapi kali ini aku serius."

Sakura menghela nafas pelan saat mendengar kalimat Ino yang bernada sedikit serius di kalimat terakhir.

"Kau juga mengatakan hal yang sama padaku saat kau mendapat notice dari Neji-senpai, Ino."

Ino mengerucutkan bibirnya lucu. "Tapi kali ini berbeda, Foreheaaadd..."

"Terserah mu lah. Aku angkat tangan." Sakura kembali membuka buku yang baru dibelinya kemarin itu. "Kalau ada apa-apa, jangan merengek padaku."

"Sejak kapan aku merengek padamu?" Ino menjulurkan lidahnya ke arah Sakura. "Dasar jidat."

Sakura mencoba mengabaikan Ino yang tengah bersungut-sungut kepadanya, dan mencoba kembali fokus pada bahan bacaannya yang belum selesai. Targetnya sih buku yang memiliki 247 halaman ini harus selesai ia lahap hari ini juga. Tapi kalau melihat kondisi...

"Oh iya Sakura."

Tuhkan.

Gadis di depannya ini tidak akan membiarkan Sakura kembali fokus pada bukunya. Pasalnya, gadis pirang ini pasti akan menggunakan segala cara agar fokus Sakura berpindah padanya.

Dengan sedikit malas Sakura kembali menutup buku barunya, lagi. Di sela-sela Ino yang terus berbicara tentang target barunya Sakura melirik ke arah jam dinding yang berada di depan kelas. Masih ada 40 menit lagi sebelum pelajaran baru dimulai.

Haiiihhh.

Tamat sudah riwayatmu Sakura.

"... dia bahkan melukis ku secara diam-diam! Astaga... Dia sungguh manis bukan?"

Sakura mengangguk. Yah, walau dia sendiri tidak tahu apa yang sedang dibicarakan gadis pirang di depannya ini. Setidaknya ia harus menunjukkan sikap peduli pada apa yang tengah dialami sahabatnya, kan?

Untuk mencegah pembicaraan yang membuat Sakura lupa dengan rumus Fisika yang ia hapal pagi buta tadi untuk menghadapi ulangan yang akan diadakan sekitar 25 menit lagi, Sakura yang sedari tadi menjadi pendengar setia cerita Ino memutar otak. Sepertinya Sakura harus banting stir menjadi wartawati dadakan nih.

"Nama panjangnya siapa?"

"Shimura Sai. Bahkan dari namanya saja dia sudah terlihat ker-"

"Pekerjaan orang tuanya?" Potong Sakura.

"Ayahnya adalah kolega ayahku. Lagi pula, untuk apa kau menanyaka-"

"Kau mencintai dia?" Potong Sakura, lagi.

"Tentu saja. Kalau tidak, aku tidak ak-"

"Dia mencintai mu?" Potong lagi.

"Ya sudah pasti, dong! Maka dari itu aku putus dengan Neji agar bisa menjal-"

"Kalau begitu selamat."

Selesai.

Ino melemparkan tatapan kesalnya ke arah Sakura yang mulai membuka buku anehnya kembali.

"Sakura..."

"Sudah ku bilang jangan merengek." Desis Sakura saat gadis itu menangkap nada manja dari kalimat Ino barusan.

"Tuh kan. Sahabatnya sedang bahagia malah dicuekin."

Sakura memejamkan matanya sejenak kemudian menutup bukunya dengan sedikit kasar, lalu menyimpan buku bercover abstrak itu di dalam laci mejanya. "Baiklah." Ujarnya dengan nada malas.

Ino melempar senyum manisnya ke arah Sakura. "Ini baru sahabatku."

Sakura memasang wajah garangnya saat meliat Ino yang mencoba memeluk tubuhnya. "Hentikan hal menggelikan ini, atau aku akan kembali membaca bukuku."

Ino mencebikkan bibir bawahnya.

Hahh...

Sakura kembali memutar otaknya untuk segera menemukan topik baru yang sekiranya akan dijawab secara panjang lebar oleh sahabat di depannya ini.

"Dia sekolah di mana?"

Untung Sakura mengenal baik karakter sahabat pirangnya ini. Kalau ditanya tentang kebiasaan orang terkasihnya, biasanya dengan pancingan di sana-sini Ino akan membeberkan semua yang dia ketahui.

"Di depan sekolah kita."

"Oh."

Tunggu. Ada yang aneh di sini.

Satu.

Dua.

Sakura mengerutkan keningnya. Mencoba menganalisa kembali kalimat yang dilontarkan sahabatnya tadi.

Tiga.

"Di... Di depan sekolah kit-Huwaapaaa?"

Secara refleks Sakura berdiri dari kursinya sambil melemparkan tatapan kagetnya ke arah Ino. Sedangkan yang ditatap malah melemparkan cengirannya.

.

.

.

.

Sakura tahu Ino itu gila. Tapi ia tidak tahu kalau Ino sudah sebegini gilanya.

Setelah menghembusan nafasnya keras-keras dan menendang kerikil yang berada tak jauh dari jangkauan kakinya, Sakura melanjutkan langkahnya.

Kalau dipikir-pikir lagi sih ya, Sakura itu hidup di antara manusia-manusia gila.

Mau bukti?

Sebagai anak remaja pada umumnya, Sakura juga pernah bertanya kepada ibunya tentang kehidupan romansa beliau dan ayah Sakura pada zaman dahulu.

Dan satu hal yang membuat Sakura langsung tersedak tulang ikan, yaah kebetulan saat ibunya cerita Sakura mengambil kesempatan untuk mencicipi masakan ibunya.

Asam pedas ikan nila yang selalu berhasil melelehkan saliva Sakura.

Slurp.

Kualat.

Sakura malah tersedak sejadi-jadinya dengan wajah memerah ketika Sang Ibu menceritakan kronologi pertemuan pertama dirinya dengan Sang Suami tercinta.

Kedua orang tuanya bertemu di acara Blind Date. Setelah dua minggu menjalin hubungan serius, mereka pun memutuskan untuk menikah.

Gila?

Sangat.

Sakura menghela nafasnya. Dengan malas ia melirik ke arah lampu lalu lintas yang berwarna hijau.

5. 4. 3. 2. 1.

Sakura menggelengkan kepalanya mencoba mengenyahkan pikiran absurdnya, kemudian melangkahkan kakinya serempak dengan para penyebrang jalan yang lainnya.

"Buk."

Ketika sampai di sebrang jalan, Sakura sedikit terhuyung ke depan kala salah seorang dari gerombolan anak laki-laki berseragam Junior High School tanpa sengaja menubruk bahu kecilnya.

"Go-gomenasai."

Setelah mengatakan hal itu sambil berojigi singkat ke arah Sakura, pria berambut hitam klimis itu kembali mengejar rombongannya yang telah meninggalkannya jauh beberapa meter di depan sana.

Sakura hanya mengangguk pelan ke arah anak SMP itu. Yah, walau tidak dilihat oleh orang yang bersangkutan juga sih sebenarnya.

Sakura kembali melangkahkan kakinya.

Anak SMP ya.

Sakura mendongakkan wajahnya ke arah langit musim gugur yang bersih dari awan.

Trand.

Kalau menurut wikipedia sih trand itu memilik pengertian 'kecenderungan'. Tapi kalau menurut Sakura, trand itu momok mengerikan yang selalu melanda para remaja.

Bayangkan saja, setiap zaman tren akan terus berubah. Dan jika kita tak mengikuti tren-tren yang tengah berlangsung di kalangan masyarakat, terlebih para remaja, mereka yang mengikuti tren-tren yang sedang booming akan menjauhi kita dan kita akan dicap 'Nerd'.

Mungkin selama School Trip musim panas kemarin, teman-teman satu sekolah Sakura terkena malpraktek para hypmotist.

Saat dalam perjalanan pulang dari school trip musim panas kemarin, rombongan Sakura singgah ke taman bermain yang salah satu standnya terdapat stand hipnotis.

Dan voila!

Sekarang muncul tren aneh di kalangan siswa sekolah Sakura.

Tren Daun Muda.

No! No! No!

Daun muda di sini bukan bahan dasar minuman yang iklannya para ulat gendut yang memperebutkan daun teh di sebuah ladang dan mengulang kata 'pucuk' barkali-kali dari mulut kecil mereka.

Tapi, daun muda dalam artian memiliki pasangan yang lebih muda dari kita.

No!

Daun muda bukan berarti Loli ataupun pedofilia loh ya.

Jarak umur antara pasangan biasanya tak terpaut jauh. Yaahh... Itu menurut hasil analisis abstrak Sakura dari para sabahat-sahabatnya yang menjalin hubungan dengan daun muda sih.

Entah siapa yang menggagas berdirinya tren daun muda ini. Yang jelas, suatu hari Sakura mendapat kabar dari Ino kalau Hinata berpacaran dengan Naruto, junior yang berada satu angkatan di bawah angkatan Sakura.

Dan setelah hari yang Sakura lupakan tanggal beserta bulan dan tahunnya itu, mulai bersemilah pasangan-pasangan daun muda di sekolah Sakura.

Dari pasangan abal Tayuya dari kelas 2-5 dan Suigetsu dari kelas 1-4 sampai pasangan topcer seperti Temari dari kelas 3-4 dengan Shikamaru dari kelas 1-1.

Satu pertanyaan yang muncul di kepala Sakura.

Kenapa yang tua itu dari pihak ceweknya?!

Setelah menghela nafas berat miliknya, Sakura menegakkan punggungnya.

Oke. Lupakan masalah daun muda itu.

It show time!

.

.

.

.

Matematika. Kimia. Fisika. Biologi. Ilmu Kemasyarakatan. Sejarah Jepang. Sejarah Dunia. Ekonomi Pemerintah. Bahasa Inggris. Bahasa Jepang. Sastra. Seni. Olah raga.

Kalau disuruh memilih di antara semua mata pelajaran di atas, dengan lantang Sakura akan menjawab BAHASA INGGRIS.

Kalau ditanya alasannya sih jawabannya sama dengan alasan mengapa Sakura harus mematut dirinya lama-lama di depan cermin sekitar 15 menit yang lalu. Sama juga dengan alasan mengapa Sakura harus menggali koleksi pakaiannya sebelum datang ke mari. Sama juga dengan alasan mengapa sedari tadi Sakura menampilkan ekspresi serta gestur terbaik miliknya ketika berada di kelas ini. Sama juga dengan alasan mengapa Sakura berada di kelas ini.

Yup. Sakura falin' in love. Plus emoticon peluk dan emoticon cium.

Sakura adalah pelajar. Tugas pelajar adalah belajar.

Tapi... Kalau belajar terus pasti jenuh. Jadilah Sakura mencari udara segar di sini.

Sakura sangat bersyukur ibunya menyuruh Sakura untuk les di lembaga les yang satu ini, Akatsuki. Selain memiliki tenaga pengajar yang memiliki kemampuan mengajar yang oke punya, mereka juga memiliki staff pengajar berpenampilan bening pula.

Dan ini juga salah satu alasan mengapa Sakura menjadi pemberontak berdirinya tren daun muda di sekolahnya.

Lihat lah seseorang yang berada di depan kelas sana. Walau dengan wajah datar tanpa emosi, pria berkarisma itu mampu membuat seluruh kaum hawa di kelas ini menahan nafas kala netra mereka secara tak sengaja bertubrukan dengan sang onyx.

Oke. Kalian boleh saja menganggap pria di depan sana itu miskin ekspresi atau apapun itu. Tapi jangan salah ma men...

Walau dengan ekspresi dingin dan datar itu, pria berkarisma itu mampu menjelaskan materi yang ia sampaikan dengan sangat amat jelas.

Kelewat jelas malah.

Bahkan Sakura bisa mendapat puluhan pujian dari Miss Kurinai, guru bahasa Inggris di sekolah Sakura karena gadis itu selalu mendapat nilai sempurna di setiap ujian bahasa Inggris.

See?

Manusia tanpa cela. Itulah title yang Sakura berikan kepada guru rupawan satu itu.

Uchiha Sasuke.

Sakura kembali tersenyum kala ia menatap hasil coretan tangannya di buku catatannya. Bahkan tangannya tanpa sadar telah menulis sebuah nama yang berhasil membuat Sakura normal menjadi seorang nerd seketika.

Sakura kembali mengingat pertemuan pertama mereka sekitar dua bulan yang lalu, di mana pria berdarah Uchiha itu menjadi staff pengajar baru di lembaga les bernama Akatsuki ini. Saat itu Sakura juga baru masuk ke Akatsuki.

Waktu itu Sakura dan Sasuke berjalan beriringan menuju kelas mereka. Dan saat itu juga Sakura langsung merasakan first crush.

Kalau kita menyukai salah satu pelajaran tapi tidak menyukai guru yang menyampaikan materi pelajaran itu, lama kelamaan kita akan benci pelajaran itu.

Nah, kalau situasinya dibalik menjadi; kita menyukai salah satu staff pengajar. Pastinya apapun jenis pelajaran yang disampaikan oleh staf pengajar itu kita akan suka.

Terlebih ini Uchiha Sasuke. Sasuke itu adalah pria yang luar biasa. Kharismanya menyebar kemana-mana. Karena itu jugalah yang menyebabkan kelasnya ini dipenuhi oleh kaum hawa.

Yaaahh... Antara kepengen belajar sama pengen modus sih sebenanya.

Bahkan para siswi di kelas ini selalu berusaha untuk mendapatkan perhatian dari pria itu. Tapi sayang... Sang Manusia Tanpa Cela itu malah membuat kasta tak kasat mata di kelas ini. Kasta yang membeda-bedakan para anak didiknya dengan sistem nilai. Dimana hanya siswa yang memiliki otak encerlah yang bisa menyentuh atensi pria itu.

"Haruno. Tolong bagikan paper ini."

Dengan penuh percaya diri Sakura melangkahkan kakinya menuju Sang Pujaan hatinya bermukim.

See?

Bukan salah Sakurakan, kalau Sakura ingin berharap?

.

.

.

Sakura sering sekali mendapat peringatan dari teman-temannya untuk tidak teralu berharap pada pria berdarah Uchiha satu itu. Menurut mereka, orang dewasa itu tidak asik kalau diajak pacaran. Soalnya mereka pasti sudah mikir yang jauh-jauh dan hal serius seperti pernikahan. Dan itu tidak cocok dengan jiwa muda remaja.

Dan menurut Sakura, itulah yang membuatnya tertarik dengan pria yang lebih tua. Mereka lebih menganggap serius dengan cinta. Tidak dengan pria yang seumuran dengan Sakura yang menganggap enteng bahkan remeh tentang cinta.

Tapi ya mau bagaimana lagi. Subjek cinta itu tidak bisa ditargetkan.

Kalau hati sudah bilang 'dia orangnya!', otak cuma nurut kata hati sajakan? Dan berhubung otak itu komponen yang mengatur seluruh kinerja tubuh, Sakura jadi sangat peka dengan kalimat Uchiha dan Sasuke.

"Kemaren aku mengikuti makan malam orang tua ku dengan keluarga Uchiha!"

Tubuh Sakura langsung mematung, bahkan genggaman sumpit di tangan Sakura langsung melemah dan mengakibatkan sumpit Sakura jatuh ke dalam kotak bekalnya.

"Benarkah? Apa kau melihat Uchiha bersaudara itu?"

Dengan gerakan pelan Sakura mendorong kursinya lebih ke belakang, lalu menyandarkan punggungnya ke sandaran kursi. Mencoba mencuri dengar pembicaraan teman sekelasnya yang sedang bergosip ria di belakang punggungnya.

"Hu'um. Yah, walau hanya kakak tertuanya saja sih. Eh tahu gak? Uchiha Itachi memang sangat dewasa sekali. Plus keren gila."

Dan tanpa sadar Sakura menghembuskan nafas leganya.

See?

Tubuh Sakura bisa bereaksi lebih gila lagi dari ini. Jadi, untuk mengurangi kadar gilanya, Sakura harus bertemu dengan Sang Penyebab ia menjadi gila.

Sakura menghela nafas pelan. Melalui ujung matanya, Sakura melirik jam tangan yang melingkar di tangannya. Masih ada sekitar 4 jam lagi sebelum Akatsuki dibuka.

Hah...

Jadi rindu.

.

.

.

.

.

Pernah tidak kalian merasa kalau kalian itu dipermainkan oleh mood kalian sendiri?

Di saat jauh, kalian inginnya dekat. Tapi sewaktu sudah dekat, kalian malah bingung mau ngapain.

Dan kini Sakura tengah mengalaminya.

Sejak les dimulai, fokus Sakura langsung pecah. Apalagi semenjak Karin masuk ke dalam kelas ini. Entah kenapa Sakura ngerasa kalau staff pengajar yang satu itu agak kegatelan. Eh bukan agak lagi. Tapi SANGAT.

Sakura mengalihkan pandangannya ke sekeliling kelas.

Ahhh...

Kok jadi lebih sepi ya?

Oh iya. Ini pasti ada sangkut pautnya dengan pengajar baru di kelas sebelah.

Kalau tidak salah sih namanya Gaara. Terlebih dari sisi penampilan pria itu tak jauh beda dari Sasuke yang berada di depan kelas sana.

Cih.

Dasar para wanita yang tidak setia!

Apa-apaan itu. Ketemu yang bening dikiiitttt aja, langsung diraup. Dan dari rumor yang beredar, staff pengajar baru itu memiliki umur yang tidak jauh dari umur muridnya.

Dan semenjak staff pengajar baru itu datang, Karin-sensei jarang datang bertandang ke kelas ini. Karena itu juga yang membuat Sakura kaget kenapa Karin-sensei tiba-tiba datang ke kelas ini tadi.

Dan kata Ino, sahabat Sakura yang les di kelasnya Gaara, Karin-sensei pindah haluan dari mengejar Sasuke-sensei ke Gaara-sensei. Dan menurut Ino, kepindah haluannya Karin-sensei ini didasari 'selalu ditolak', juga karena Gaara itu lebih muda beberapa tahun dari dirinya.

Asem.

Tren daun muda telah menginfeksi Akatsuki saudara-saudara!

Cih.

Karin-sensei itu mau ngajar atau jadi pedofilia sih di sini.

Tapi, di setiap keabsurdan ini pasti ada hikmahnya. Salah satunya adalah berkurangnya musuh-musuh Sakura dalam memperebutkan perhatian Sasuke-sensei miliknya.

Hehehehe.

Oke, stop. Sekarang Sakura harus fokus ke materi yang sedang dijelaskan oleh Sasuke-sensei di depan kelas sana. Walau Sakura itu sedang terjangkit virus dengan efek gambar hati yang mengambang di udara, Sakura harus tetap mempreoritaskan pelajaran.

Jatuh cinta bukan alasan untuk menelantarkan pelajaran, kan?

.

.

.

.

.

Hey kawan.

.

.

.

Kamu.

.

.

.

Iya, kamu.

.

.

.

Percaya, gak.

.

.

.

Terkadang...

Dunia akan menunjukkan sisi yang sesuai dengan ekspetasi kamu.

Tapi sebenarnya...

.

.

.

Hehehe.

Kau tahu maksudku, kan?

:-p

.

.

.

TBC

.

.

.

Dengan segala kegilaan yang saya punya, akhirnya terciptalah fanfiction ini.

Tujuan pertama saya membuat fanfiction ini sih untuk memeriahkan event BTC, Tapi karena beberapa kejadian, saya batal ikutan BTC T.T Karena sayang ide fanfic ini hilang, saya kembangin deh jadi multi-chap.

Tapi tenang... Ini fanfic cuma two-shot kok :-p

Sampai jumpa di chapter depan ^_^/

Regards.

Elni.

Edited.