WE ARE ONE
Awan gelap menyelimuti langit sore hari ini. Tampak hitam dan tergurat sedikit cahaya dari balik awan. Kilatan-kilatan cahaya itu sesekali diikuti gemuruh suara petir yang menyambar. Nampak sekeliling tempatku berdiri begitu gelap mencekam. Begitu terasa di selimuti suasana sunyi dan sepi.
Kutemukan diriku berbalut baju hitam ditengah kerumunan orang-orang yang tak kukenal. Mereka tampak berduka, air mata mereka menetes tak henti-hentinya. Mata mereka terlihat bengkak seperti telah menangis beberapa hari. Mereka merasa amat berduka dan kehilangan. Dalam tangisnya, sesekali menyebut sebuah nama. Nama yang dari dulu selalu mereka sebut. Mereka juga terus mengatakan sebuah kalimat, yaitu we are one
Perlahan aku berjalan, berusaha melewati kerumunan orang-orang itu. Aku berjalan tanpa tahu akan ke mana. Aku hanya mengikuti ke mana langkah kaki ini membawaku. Berjalan begitu jauh seolah tidak terasa bagiku. Aneh. Begitu aneh yang kurasakan, Aku merasa sudah berjalan begitu jauh, namun rasa lelah tidak menghampiriku sama sekali.
Aku terus berjalan menyusuri sebuah lorong gelap. Sebuah lorong tanpa ujung yang pasti di mana lorong ini akan berakhir. Perlahan orang disekelilingku satu per satu mulai menghilang bersama dengan air mata mereka. Kalimat 'we are one' yang selalu mereka ucapkan juga semakin jarang terdengar.
Sampai suatu saat, mereka dan seluruh tangisannya benar-benar menghilang. Saat itu, tiba-tiba mereka muncul kembali dengan tawa. Tidak ada guratan kesedihan lagi di wajah mereka. Mereka juga tidak mengelu-elukan kalimat 'we are one' lagi. Mereka melupakannya. Benar, mereka tidak mengingatnya lagi. Mereka seolah tidak pernah mengenalnya. Itu hanya mereka anggap sebagai angin lalu yang tidak penting untuk dipikirkan lagi.
Sepasang kaki ini akhirnya membawaku ke sebuah titik cahaya. Mataku sulit melihat dari manakah cahaya itu berasal. Rasa ingin tahuku yang tinggi membuatku berlari menyongsong asal cahaya itu. Langkah kakiku berhenti ketika mengetahui bahwa cahaya itu berasal dari sebuah layar televisi. Mataku mencari-cari apa yang sebenarnya sedang ditayangkan di televisi.
Terlihat seorang pria tampan dengan wajah sedih berada dalam sebuah koferensi pers. Dia membuat sebuah pernyataan mengejutkan yang tidak diduga. Dia mengatakan bahwa 'we are one' sudah tidak ada lagi. Hati ini terasa sakit mendengarnya, bagaikan ditusuk seribu pedang. Aku hanya terus mengatakan "tidak mungkin... ini tidak mungkin terjadi... ini semua tidak mungkin terjadi... ini pasti hanya mimpi."
Perasaanku sangat lega ketika mengetahui bahwa itu semua hanya sebuah mimpi buruk yang sama sekali tidak terjadi. Oh Tuhan... aku berharap mereka akan baik-baik saja, tetap bersama dan tetap menjadi satu, karena... 'we are one'
