Yosh~~ Arasa-chan disini~~ X3

Kali ini Arasa-chan bikin fict yang agak beda. Masih di fandom vocaloid kok, tapi kali ini pairnya LukaMiku biar gak bosen dan ada variasi~ ^v^

Sekalian sensasi biar ndak bosen ngarjain fict yang Tragedy In The 7th Night. Hohoho! jadi ngerjainnya ganti-gantian~~ nyahaha~ (mana bisa?)

Oke deh~

Mungkin aja kalian pernah dengar topik atau cerita seperti yang disini? Arasa-chan takut kalian merasa Arasa-chan plagiat kalau misalnya pernah. Tapi beneran lho, Ini murni ide Arasa-chan~!

Hehehe... Makasih yang sudah mau baca sebelumnya X3

Yosh! Langsung mulai aja yaa~ X3


-Luka's PoV

"...Luka..."

"...Kita bersahabat, yuk."

Kata-kata manis itu masih terngiang di kepalaku. Wajahnya, senyumnya, ketulusannya...

...Aku tak percaya. Dia, Hatsune Miku, gadis manis yang populer, mau bersahabat denganku.

Sungguh...

Saat itu aku benar-benar senang.

Bagaimana tidak?

Aku adalah gadis pendiam yang tidak populer. Bahkan jarang ada yang mengenaliku. Semua orang bilang, aku ini kerjaannya hanya belajar terus saja. Padahal tidak begitu.

Ya, itu semua karena aku tidak pandai bergaul. Tak ada yang suka berteman denganku, mungkin karena mereka pikir aku ini tidak asyik. Dan karena tidak ada yang mengajakku bermain ataupun mengobrol, kupikir tak ada hal lain yang bisa kulakukan selain menyendiri sambil membaca buku. Tapi semua orang justru salah paham melihatku yang seperti itu.

Dan saat itu aku terus bertanya pada Miku –satu-satunya orang yang mau bicara, bahkan bersahabat denganku ; "Mengapa? Mengapa kau mau bersahabat denganku yang seperti ini?"

Setiap kali aku bertanya, Miku hanya tersenyum. Tak tahu kenapa.

Dan saat itu aku sangat suka senyumannya. Dia, gadis cantik yang populer, mau menjadi sahabatku. Aku selalu tak percaya.

...Tapi itu sudah hampir setahun yang lalu.

Dan sekarang, aku sudah tahu jawabannya.

Mengapa ia mau bersahabat denganku, mengapa ia hanya tersenyum saat kutanya, mengapa ia yang begitu populer begitu baik padaku yang sama sekali tidak pandai bergaul ini...

...Semua terjawab di pagi hari tadi.

Saat itu aku sedang berjalan menuju kelas seperti biasanya. Tapi ada satu yang berbeda, hari ini aku agak telat karena ada tugas sekolah yang cukup menyulitkanku. Aku baru berangkat setelah menyelesaikannya.

Dan saat aku baru akan memutar knop pintu kelas untuk masuk, aku mendengar pecakapan; "Hei, si Luka pendiam itu belum datang ya."

...Ah, Itu suara Meiko, salah satu teman sekelasku.

"..Iya, ya, biasanya dia rajin, kok? Ya 'kan Miku?"

Ah, kalau yang itu, Lily..

"...He-Hei... Dia itu cuma pura-pura rajin, tahu! Buktinya hari ini saja telat! Biasa lah, dia 'kan suka cari muka..."

...Eh? Eh? Apa? Apa aku.. tidak salah dengar?

...Tidak. Tidak, bukan. Itu pasti bukan suara Miku, 'kan..? Suara yang mengatakan hal seperti itu..

"Hush! Nanti kalau kedengaran, lho, Miku! Hahaha! Tapi kau benar, sih!"

"...Hahahaha..."

...Ah...

Miku yang mengatakannya?

...Bohong!

Tolong katakan padaku, bukan dia yang mengatakannya. Miku 'kan sahabat terbaikku.. Dia selalu baik dan adil padaku..

...Tapi...

Aku spontan berlari menjauh dari tempatku terpaku tadi –di depan pintu kelas yang tertutup.

Aku berlari pulang, tak tahu kenapa. Rasanya hatiku begitu hancur. Kalau suara tawa mereka yang mengataiku, aku sudah biasa. Tapi Miku... Miku si populer yang sudah hampir setahun bersahabat denganku. Meski terkadang Ia bersama anak-anak lain, aku bisa memaklumi karena dia anak yang populer. Aku juga sempat berfikir, aku pasti hanya salah satu sahabat dari ratusan sahabatnya.

Ya. Aku ini bukan siapa-siapa. Bukan orang istimewa...

Tapi kenapa cuma aku.. yang dibohongi seperti ini?

Aku berhenti di taman dekat rumahku. Aku duduk di bangku taman itu dan menangis sejadi-jadinya disana. Aku tak mempedulikan orang-orang lewat yang melihatku dengan pandangan heran, meski dalam hati aku berteriak ; "Acuhkan saja aku, bodoh! Lewat saja dengan cuek! Kenapa semuanya melihatku begitu, sih?"

Karena sudah lelah menangis, aku ingin meraih sapu tangan di tasku untuk menghapus air mataku.

...Tunggu.

...Tas? Aku tidak membawa tas!

...Apa jangan-jangan... Tertinggal di depan pintu kelas..?

Aku mendesah. Yang jelas, aku sama sekali tidak mau kembali lagi ke sana.

Aku berjalan lunglai ke rumah. Untung saja, kedua orang tuaku sedang dinas luar, jadi aku takkan ditanyai macam-macam. Untungnya lagi, kunci rumah selalu kukantongi, jadi tak membawa tas pun tak masalah. Aku juga tak terlalu memedulikan tasku, toh kapan-kapan bisa kuambil lagi.

...Kapan-kapan...? Ya, mungkin kalau aku sudah cukup kuat untuk masuk sekolah lagi.

...Mungkin tepatnya... kalau aku sudah cukup kuat untuk melihat wajahnya lagi...

Aku membuka kunci pintu rumah, masuk, dan berjalan menuju kamarku untuk segera merebahkan diri disana. Dan di tempat tidur, aku menangis lagi dengan sendirinya.

Baiklah.. Baiklah! Aku belum puas menangis. Ya! Aku ingin menangis sampai aku puas. Menangisi persahabatanku dan Miku yang ternyata palsu. Menangisi sikapku yang begitu bodoh, percaya padanya begitu saja.

Mana mungkin dia mau bersahabat denganku, 'kan? Harusnya aku sudah sadar sejak awal. Aku yang bodoh. Aku yang lembek.

Baka! Baka! Baka! Baka! Baka Luka! Sekarang aku hanya bisa mengatai diriku sendiri "baka". Ya! Benar! Memang aku ini baka! Baka yang betul-betul kelewatan! Aku dipermainkan! Jadi selama ini, kata-kata manisnya, senyumnya, dan ketulusannya itu hanya PALSU!

Aku berulang kali menyalahkan diriku sendiri sambil menangis, sampai... aku tertidur.

To Be Continued


Yuppiee~~ Gimana~?

OOC?

mawut-mawut?

Ndak jelas?

Ada typo?

Uuung~

...MO-MOHON BANTUANNYA MINNA~ x3