Eventually

ChanBaek. Yaoi. Mpreg.

M

Chapter 1

.

.

.

Pagi-pagi subuh, Baekhyun sudah membuka matanya dan bangun dengan mulut kecil yang masih menguap. Ia menggaruk tengkuknya pelan, melirik sosok tertidur disampingnya dengan senyum tersungging tipis. Ah, Chanyeol disaat tertidur itu sangatlah lucu. Jadi tidak tahan untuk mencuri satu kecupan pada bibir tebalnya yang kering.

Lelaki mungil itu menyibak selimut, memakai sendal rumah dan membawa langkahnya pada dapur guna menyiapkan sarapan untuknya dan si suami. Beginilah rutinitas Baekhyun setiap pagi semenjak statusnya resmi menjadi pasangan hidup Chanyeol tiga bulan yang lalu. Dan diam-diam ia menikmatinya.

Baekhyun menggulung lengan piyama hingga ke siku, sebelum mulai memasak ia terlebih dahulu mencuci pakaian kotor milik Chanyeol juga dirinya. Barulah setelah itu mulai memikirkan menu apa yang akan dipakai untuk sarapan kali ini. Dan Nasi goreng cumi jadi pilihan Baekhyun.

Chanyeol terbangun disaat jarum pendek pada jam sudah berada di angka enam, ia menguap lebar sambil melangkah pada kamar mandi untuk membersihkan diri sekalian buang fases, karena perutnya sudah melilit tak keruan didalam sana. Pria itu selesai lima belas menit kemudian, memakai kemeja cream soft dan celana bahan yang sudah Baekhyun siapkan diatas ranjang. Setelah menyisir rambutnya dan memberi gel, Chanyeol segera turun kebawah guna melakukan sarapan dengan suami mungilnya yang pasti sudah menunggu.

"Oh, Chanyeol. Sudah bangun?" Sapa Baekhyun pertama kali begitu mata mereka bertemu setiba Chanyeol dimeja makan. Chanyeol melempar senyuman hangat pada Baekhyun, dibalas serupa pula oleh lelaki itu.

"Pagi, Baek.."

"Pagi, Chanyeol-ah.."

Keduanya menikmati sarapan dengan hening. Tak berniat membuka topik baru setelah saling menyapa. Hingga kemudian Chanyeol selesai pada suapan terakhirnya, ia melap bibir sehabis minum lalu bangkit dari duduk. Sekali lagi mengecek penampilan yang sebenarnya sudah rapi, lalu mengambil tas kerjanya. Baekhyun ikut bangkit, berdiri dihadapan sang suami.

"Sudah mau berangkat?"

"Iya, sudah jam segini takutnya sudah banyak pasien." Chanyeol mengusak rambut cokelat Baekhyun sebentar lalu merunduk agar bibir mereka bertemu dalam lumatan singkat.

"Yasudah, hati-hati. Oke?" Peringat Baekhyun. Chanyeol mengangguk, mereka bertatapan sebentar sebelum pada akhirnya Chanyeol pergi dari sana lalu meninggalkan pekarangan rumah bersama deru mobil menyisakan.

Baekhyun menghela nafas, aktivitasnya setelah ini adalah beres-beres rumah. Kalian tahu,

Itu paling melelahkan.

Semangat Baekhyun!

.

.

Berdiam diri dirumah sambil menunggu kepulangan Chanyeol dari rumah sakit adalah hal yang paling membosankan. Itu bukan gaya Baekhyun sama sekali. Maka untuk menghilangkan kebosanan itu adalah datang ke toko bunga miliknya yang jaraknya tak terlalu jauh dari rumah.

Disana sebenarnya ada dua orang yang sudah Baekhyun gaji untuk menjaga tokonya. Kyungsoo dan Minseok. Baekhyun menganggap dua orang itu seperti sahabatnya sendiri, selain karena umur yang tak terlalu terpaut jauh, baik Minseok ataupun Kyungsoo adalah orang yang enak diajak ngobrol dan Baekhyun suka ketika mereka berdua tak merasa canggung padanya hanya karena ia mempekerjakan mereka.

Kegiatan Baekhyun disana tidak terlalu banyak, ia hanya merakit-rakitkan bunga sedangkan Minseok dan Kyungsoo melayani pembeli. Masih asik dengan rangkaiannya, sebuah undangan biru langit dengan pita pink mampir dimejanya. Baekhyun mendongak, bertemu dengan senyuman lebar dari bibir hati Kyungsoo. Alis terangkat satu, melihat itu Kyungsoo segera mengode Baekhyun agar membuka undangannya.

Kim Jongin Do Kyungsoo.

Mulut Baekhyun segera menganga kecil. Ia kembali menaruh atensi pada anak buahnya itu sambil menutup mulut tak percaya. "Soo? Seriusan ini?" Baekhyun bertanya tidak sabaran sementara Kyungsoo hanya mengangguk-angguk dengan senyuman lebar.

"Aaahh Kyungsoo-yaa~"

Mereka berpelukan layaknya saudara kembar. Lalu entah datang dari mana, Minseok ikut nimbrung dan bergabung dalam pelukan. Sudah, mereka seperti teletubis sungguhan sekarang.

"Kalian harus datang dan jadi pendampingku, ya.." pinta Kyungsoo, segera disetujui oleh dua orang pendek lainnya.

"Ah, iya.. Baek. Jangan lupa datang sama Chanyeol."

Baekhyun terdiam sejenak. Ini dia masalahnya. Chanyeol itu sangat mencintai profesinya sebagai dokter, dia juga memiliki jadwal tak tentu yang katanya tidak bisa di cancel. Baekhyun biasanya tidak mempermasalahkan itu, tapi kini sahabatnya akan melangsungkan pernikahan. Mau tidak mau ia harus bicara dengan Chanyeol.

"Oke, akan ku usahakan, Soo."

"Kak Minseok juga harus datang sama Jongdae dan Daeul, ya!"

Baekhyun memperhatikan Minseok yang tidak berfikir sama sekali ketika menyahut, "Tentu saja!"

Ia tersenyum kecut, memang enak ya pernikahan yang didasari oleh cinta. Tidak seperti dirinya.. masih saja merasa canggung pada suami sendiri.

.

.

Chanyeol kembali ke rumah pada pukul sembilan malam. Ia memijat keningnya, merasa lelah sehabis melakukan beberapa operasi dalam sehari. Memang sudah empat tahun menjadi dokter, tapi rasanya masih saja mual ketika melihat darah dan organ dalam manusia. Mau bagaimana lagi, itu sudah koadrat-nya sebagai seorang dokter kan.

Ia melepas sepatunya dan mengganti sendal rumahan sebagai alas kaki. Jam segini biasanya Baekhyun belum menjemput mimpi, paling suaminya itu tengah bermain game dikamar dan Chanyeol pernah memergokinya begadang sampai larut hanya untuk naik ke level-level tinggi.

Dasar nakal.

"Baekhyun, aku pulang~" ucap Chanyeol sambil membawa tungkainya memasuki kamar mereka berdua. Ia melihat Baekhyun duduk diranjang, tidak bermain game tapi melamun sampai-sampai tidak menyadari kehadiran Chanyeol diambang pintu. Chanyeol harus berdeham kuat untuk menyadarkannya, lalu ketika sadar, Baekhyun tersentak mendapati Chanyeol yang sekarang sudah duduk dipinggiran ranjang.

"Malam-malam kok melamun," celetuk Chanyeol mencubiti tembam pipi Baekhyun. Merasa gemas dengan benda bulat yang membuat wajah manis Baekhyun tambah imut. Baekhyun menyengir apa adanya.

"Mandi sana, sudah kusiapkan air panasnya di bath-up." Ucap si mungil kemudian, di iringi tangan yang mendorong-dorong punggung Chanyeol dengan manja.

"Kenapa sih? Aku bau banget, ya?" Chanyeol mengendus-endusi tubuhnya sendiri, terlebih dibagian ketiak. "Tapi wangiku masih nempel kok, Baek.." ia sedikit cemberut. Entahlah, mungkin tersinggung dibilang bau. Padahal Baekhyun tidak mengatakannya.

"Tetap saja, kau bau rumah sakit dan obat-obatan. Tidak suka." Baekhyun mengerutkan hidung, terlihat begitu lucu seperti anak kecil. Si tinggi terkekeh, lalu bangkit berdiri sambil menyempatkan satu usakan pada pucuk kepala Baekhyun. Ia menuruti Baekhyun untuk segera mandi pada akhirnya.

Selepas kepergian Chanyeol, Baekhyun memandang langit-langit kamar dengan resah. Nafasnya terhela untuk yang ke beberapa kali dalam sehari ini, matanya tertuju pada pintu kamar mandi yang terdapat Chanyeol didalamnya. Lama ia pandangi, berfikir.. tentang semua perlakuan lembut Chanyeol padanya. Tentang bagaimana sikap Chanyeol yang terkadang mengobrak-abrik perasaannya. Tentang.. apa benar, Chanyeol sudah mencintainya.. atau semua sikap halus itu ada karena rasa tanggung jawab saja terkait pernikahan mereka yang tidak pernah Baekhyun bayangkan sebelumnya.

Bibir tipisnya ia gigit, diam-diam merapal doa dihati semoga pernikahannya dengan Chanyeol adalah jalan terbaik yang tuhan berikan.

Si tinggi keluar dari kamar mandi dengan handuk kuning soft ukuran kecil berada diatas kepalanya yang basah sehabis keramas. Ia hanya mengenakan kaos hitam tanpa lengan dengan training panjang membalut kaki. Baekhyun meneguk ludah memandangi suaminya sendiri, dan Chanyeol tersenyum geli melihat respon Baekhyun yang selalu berlebihan saat melihat tubuh proposionalnya. Dengan jahil, Chanyeol mendekat dan melesak kedalam selimut bergabung bersama Baekhyun.

"Hayo, liat apa?"

Baekhyun memerah hingga ke ujung telinga. Kepala Chanyeol yang berada didekatnya ia singkirkan dengan malu, "Aku tidak lihat apa-apa, Chanyeol" Ia mencicit.

"Ahahaha, lucu sekali sih. Sini sini aku peluk.."

Baekhyun hanya menurut ketika tangannya ditarik lembut oleh Chanyeol hingga ia jatuh dipelukan hangat lelaki raksasa itu. Chanyeol merengkuh pinggang Baekhyun, sementara Baekhyun semakin merapatkan tubuh pada Chanyeol dengan wajah mengusel didada pria tingginya.

"Ayo tidur," bisik Chanyeol sambil memejamkan matanya, namun tampaknya Baekhyun masih memiliki sesuatu yang harus ia bicarakan. Jadi, ia menusuk pipi Chanyeol dengan ujung telunjuknya, berharap mata pria itu terbuka. Untunglah, Chanyeol pekaan orangnya. Ia menatap Baekhyun dengan alis terangkat satu.

"Chanyeol?"

"Ada apa, Baekhyun? Katakan saja."

Baekhyun memutus kontak mata mereka, beralih menggambar-gambar goresan abstrak pada dada Chanyeol dengan jarinya. "Eung, Kyungsoo.. akan melangsungkan pernikahan dengan Jongin." Kata Baekhyun pelan, ekor matanya melirik Chanyeol melihat respon pria tersebut.

"Owh, begitukah? Baguslah.. artinya Jongin serius dengan Kyungsoo. Ya, kan?" Sahut Chanyeol.

"Aku akan hadir di pemberkatan mereka sabtu besok, Chan. Umm.. b-bisakah, kau ikut?" Kali ini Baekhyun tak berani melihat respon si tinggi, bahkan hanya sekedar menerka-nerka, karena ia tahu jawabannya bakal,

"Maaf, Baekhyun.. aku tidak bisa."

Meski Baekhyun sudah tahu jawabannya akan seperti itu, tapi sisipan kecewa masih mampir dihatinya.

"Sabtu ini, aku ada seminar dengan Direktur Jung. Sayangnya, tidak bisa dibatalkan. Maaf, ya.." sesal Chanyeol, mencari-cari wajah suaminya dengan mengangkat dagu Baekhyun pelan. Chanyeol mendapati raut kecewa disana, meski Baekhyun sudah berusaha menutupinya dengan senyum baik-baik saja.

"Ah, tidak apa Chanyeol. Jangan diambil pusing lagi, ayo tidur sekarang. Aku ngantuk."

Chanyeol merasa kosong saat Baekhyun menarik diri dari dekapannya, berganti memunggungi dirinya dan ia menghela nafas menatapi punggung sempit Baekhyun. Chanyeol merapat pada lelaki mungil itu, melingkarkan tangan disekitaran pinggang Baekhyun. Ia dapat merasakan bahu Baekhyun yang menegang sesaat.

.

.

Kyungsoo terlihat tampan dan manis di waktu yang bersamaan dengan tuksedo putihnya. Dasinya bermotif kupu-kupu berwarna hitam, senada dengan warna kemeja bagian dalam yang ia kenakan. Rambutnya ditata kebawah menutupi keningnya, menambah kesan imut diwajah Kyungsoo.

"Uh, aku irii~" Baekhyun meledek sambil mencoleki bahu Kyungsoo.

"Ish, kau kan sudah pernah."

Baekhyun tertawa kecil mendengar gerutuan Kyungsoo. Minseok ikut tersenyum sambil bolak-balik memastikan riasan wajah Kyungsoo tidak rusak. "Kau tidak datang dengan suamimu, Baekhyun-ah?" Minseok memalingkan wajah ke arah Baekhyun. Lalu mendapati lelaki mungil itu tersenyum kecut sembari menggelengkan kepala.

"Katanya ada seminar. Sudahlah, tidak terlalu penting juga kan." Hibur Baekhyun, entah untuk temannya atau dirinya sendiri. Minseok mengangguk dan sesekali mengelusi punggung Baekhyun pelan.

Masih asik berbincang, pintu ruangan itu terbuka lalu muncul seorang wanita yang disewa Kyungsoo dan Jongin sebagai penata rias pengantin. "Pengantin pria-nya sudah menunggu di altar. Harap pengantin lelaki segera bersiap karena pemberkatan akan dilangsungkan sebentar lagi." Beritahu wanita itu. Kyungsoo mengangguk mengiyakan, lalu menatap dua temannya gelisah.

"Oh, aku sangat gugup. Bagaimana ini??"

"Hei, itu hal wajar, soo. Aku saat menikah dengan si Jongdae juga merasakan hal ini. Semua orang yang akan melaksanakan pemberkatan pasti merasakan momen ini, iya kan, Baek?" Senggol Minseok pada bahu Baekhyun. Lelaki sipit itu termenung sebentar dan menyahut iya dengan patah-patah.

Pasalnya, saat melakukan pemberkatan Baekhyun merasa kosong.

Bukan gugup.

.

.

Kyungsoo dituntun sang Ayah menuju altar, sedangkan Baekhyun dan Minseok mengiringi dibelakang Ayah dan anak itu sambil menaburi bunga. Suara riuh para tamu undangan terdengar ramai menyoraki dua mempelai yang kini sudah bertaut tangannya. Pastur mulai membacakan janji suci yang akan diikuti oleh pengantin.

Syukurlah, tidak ada hal buruk selama pemberkatan dan sekarang Jongin dan Kyungsoo sudah sah menjadi pasangan suami-'istri'. Baekhyun sampai terharu hingga sudut matanya berair.

"Astaga, kemana Jongdae tadi?!" Minseok mendumel begitu tidak mendapati suami berwajah kotak-nya itu ditempat duduk. Ia menoleh pada Baekhyun,

"Baekhyun-ah, bisa titip Daeul sebentar? Aku harus cari Jongdae dulu, entah kemana perginya si kotak itu."

"Oh, tentu hyung. Sini sinii.. Daeul sama uncle Baekhyun dulu, ya.." Minseok tersenyum sambil menyerahkan putra tiga tahunnya masuk kedalam gendongan Baekhyun. Daeul tampak menyamankan diri didekapan uncle Baekhyun, lalu memperhatikan kepergian orang tuanya dengan jempol yang digigiti lucu. Ah, Baekhyun jadi gemas. Tidak tahan untuk tidak mengecupi pipi balita digendongannya.

"Daeul mau makan kue tidak?" Tanya Baekhyun sambil memperhatikan meja hidangan didekat mereka. Kepala Daeul mengangguk antusias sampai tangannya pun semangat menarik-narik kemeja Baekhyun.

"Mau, uncle!"

Lelaki pendek tersebut tersenyum lembut, tangannya mulai mengambil beberapa jenis kue dan ia letakkan dipiring plastik ukuran kecil yang memang disediakan untuk mengambil kue. Ia hendak mencari tempat duduknya kembali lalu menikmati kue bersama Daeul, tapi sosok suaminya diujung gereja sana yang tengah berbincang dengan beberapa tamu undangan lain memecah fokus Baekhyun. Yang lebihnya lagi, lengannya tengah digandeng erat oleh wanita semampai dan Chanyeol nampak tidak risih untuk itu.

Baekhyun berkedip tak menyangka. Jika iya Chanyeol sudah mencintainya..

Mengapa pria itu harus berbohong? Sumpah, dibohongi itu rasanya tidak enak.

.

.

.

Tbc.

Duh, sebenernya gatau ya apa yg ku tulis diatas. Jariku suka-suka aja ngetik padahal entah apa isi dan faedahnya, hehe.

Jadi apa ini harus kulanjut apa hentikan sampai disini aja??? Terserah yg mau baca ajade ya. Okede, bye bye:)))