Author Notes :
I do not own Naruto. Tentu saja. Itu punyanya Masashi KishimotoGenre fic ini humor? Rencananya sih begitu. Tapi maaf kalau jelek. Maklum fanfic saya yang pertama ^^ Mohon kritik dan sarannya kalau jelek...Chapter I:
Intro
Di markas organisasi kriminal internasional Akatsuki, sepuluh orang berjubah hitam sedang duduk bersantai sambil menonton film Naruto Shippuden the Movie 6: Road to Ninja, yang sukses membuat sang ketua yang biasanya flat dan sok kece nangis ingusan pada adegan Naruto dan kedua orang tuanya.
"Udah, Pein, udah," kata Konan, sang ayang-ayang, sambil mengelus-ngelus bahu sang Pein.
"Nan, lo tuh ngerti nggak sih apa rasanya pain? Sakit nan, sakit (ya iyalah namanya juga rasa sakit)! Gue tuh udah ngerasain rasanya sakit kayak yang si Naruto rasain di film ini seumur hidup gue! Ya jelas dah gue nangis! Ngertiin gue dong, dasar cewek nggak peka!" kata Pein sambil mengambil selembar tissue.
Konan menghela nafas pelan. "Gue ngerti, tapi nggak ada yang ngeluarin ingus kecuali lo! Malu tau diliatin sama semua anggota Akatsuki lainnya!" kata Konan pada Pein. Tangisan Pein semakin keras.
"LO TUH NGGAK NGERTIIN GUE BANGET NAN! NGGAK NGERTIIN GUE!" isak Pein.
Semua orang di ruangan itu menatap kearah Pein ilfeel, kecuali Tobi (baca: satu-satunya anggota Uchiha yang sok Imut) yang mulai merasakan simpati dan terisak.
"SEMUA TEGA! NGGAK ADA YANG NGERTIIN PERASAAN PEIN-SAMA!" tangis Tobi, bergegas memeluk Pein dengan segala perasaannya.
Yang lain makin ilfeel, apalagi saat mendengar satu lagi tangisan yang tidak lain tidak bukan berasal dari salah satu anggota akatsuki terganteng—Itachi.
Semua orang mundur menjauhi Itachi. Kecuali Pein dan Tobi yang malah menarik Itachi ke pelukan mereka berdua. Mereka bertiga menangis berpelukan. Kisame—dan anggota Akatsuki yang masih waras lainnya—menatap Itachi tak percaya.
"Chi, kok lo bisa selembut itu sih jadi orang? Kita kan kriminal internasional Chi!" kata Kisame.
Itachi yang masih menangis menggeleng. "Gue nangis bukan gara-gara si Pein, perasaan gue tadi tiba-tiba nggak enak. Jadi keingetan sama adek gue."
-Desa Konoha
"Ja… Jadi Sakura-chan, a-apa aku harus… harus menyapa N-Naruto-kun begitu?" tanya Hinata canggung sekaligus malu membayangkan dirinya harus menyapa Naruto. Gadis berambut pink yang dipanggil Hinata sebagai Sakura-chan itu tersenyum lebar.
"Tepat!" kata Sakura. Hinata terdiam sebentar. Tiba-tiba mukanya terlihat merah.
"Entah-h lah, ak, aku tidda-k yakin," kata Hinata. Sakura memutar mata jengkel, lelah atas rasa malu Hinata yang keterlaluan. Untung saja, disaat dia mulai frustasi dengan Hinata. Terdengar ocehan dari teman cerewetnya dari ujung jalan. Sakura dan Hinata menoleh.
"Denger ya Teme! Suatu hari nanti gue bakalan jadi Hokage dan semua gadis akan menyerah ke gue, bukan ke elo! Dasar modal tampang doang!" Laki-laki berambut pirang jabrik itu merutuki temannya yang—katanya—super kece itu.
"Terserah," balas yang dirutuki. "Lagian gue bakalan tetep lebih kece dari lo sekalipun lo udah menyandang gelar Prof. Dr. H. Hj. Umroh gratis Hokage Uzumaki Naruto S.H, M. Pd, ,.! Muka lo yang nggak kece itu nggak bakalan robah sekalipun di operasi plastik!"
Melihat kedua temannya itu, tiba-tiba Sakura mendapati ide. Now or Never.
Di dorongnya punggung Hinata sambil mendekati kearah kedua orang itu. "Kita mulai," kata Sakura.
"Eh?" kata Hinata, hanya bisa pasrah ditarik oleh Sakura.
Hehehe. Dengan begini selama mereka berbicara aku akan berbicara pada Sasuke kalau Hinata suka pada Naruto. Sasuke pasti mau membantu untuk merencanakan sebuah kencan ganda pura-pura yang bisa mendekatkan Naruto dan Hinata (Kalau bisa sekalian aku dan Sasuke), batin inner Sakura sambil tersenyum picik.
"Hai Sasuke-kun, Naruto!" kata Sakura sambil melambai. Kedua pemuda yang dipanggilnya menoleh.
"Hai Sakura-chan! Hai Hinata!" Naruto balik menyapa dengan riangnya. Sasuke hanya memasang tatapan flat khas Uchiha yang nggak tahu kenapa selalu bisa bikin Sakura kelepek-kelepek kayak ayam kena ayan.
"Ha… Hai, Naruto-kun," kata Hinata.
"Ehe… Boleh ngomong berdua aja nggak, Sasuke-kun?" tanya Sakura pada Sasuke. Cengirannya ke Sasuke nunjukin banget kalo dia lagi modus. Untung Sasuke o'on banget soal cewek dan percintaan, nggak ngerti lagi di modusin. Naruto menatap mereka sambil manyun.
"Hn," kata Sasuke—nggak tau iya, nggak tau nggak, nggak tau cuma ngeden mau kentut. Tapi Sakura anggap itu ya.
Dengan semangat ditariknya tangan Sasuke menjauh beberapa meter dari Naruto dan Hinata. "Heh, nggak biasanya lo semangat banget," kata Sasuke.
"Ah masa'?" kata Sakura sambil tertawa pahit.
Tiba-tiba Sakura mendekatkan mulutnya ke telinga Sasuke. Sasuke mundur beberapa langkah. Sakura manyun.
"Sasuke-kun kenapa sih?" tanya Sakura jengkel.
"Lo mau ngapain?" tanya Sasuke sambil memegangi telinganya risih. Jangan-jangan mau nyium gue tuh, denger-denger di Infotainment kan dia naksir berat sama gue, batin Sasuke khawatir, sekhawatirnya gadis berbaju sexy (?) yang lagi digodain preman malem-malem.
"Mau bisik-bisik lah," kata Sakura.
"Oh," Mulut sang Uchiha membentuh huruf O. Kemudian Sakura memulai untuk membisikan rencana kencan ganda tersebut pada Sasuke. Tentu saja dia tidak akan mengatakan modus yang akan dia lakukan untuk mendekati Sasuke tersebut, dia hanya akan mengatakan kalau ini untuk membantu Hinata.
Dari jauh Naruto mencoba menguping, mengabaikan Hinata yang berdiri disebelahnya. Nihil. Tidak kedengaran sama-sekali.
Tiba-tiba Naruto melihat ekspresi terkejut Sasuke. "Pasti ada yang nggak beres di omongan mereka nih," kata Naruto menyimpulkan.
"Coba ulangin lagi," kata Sasuke, berusaha tetap tenang.
Sakura dengan senang berbisik lagi. Si Uchiha ini ternyata wanginya enak banget, selain memanjakan mata juga memanjakan hidung. "Karena Hinata suka sama Naruto, jadi…"
"Cukup," kata Sasuke.
Hinata suka sama Naruto. Bagus banget.
