The Frozen Cherry Blossom Petals

Disclaimer: Bleach © Tite Kubo, Cuma minjem latar, ide, ma character doang.

Halo fanficers yang terhormat, ketemu lagi ma DarkTigrex di fanfic yang kedua, romance pertama! Gara-gara DarkTigrex ga jago bikin cerita romance, maaf berjuta-juta maaf kalo ceritanya ga romantis, pilihan kata ancur, aneh, abal-abal, ngayal, d.l.l.!

XXXXX

Kita tak boleh menangis

Kekalahan raga kita terhadap hati

Itu adalah bukti

Kalau kita tak dapat mengendalikan hati

*Byakuya Kuchiki-Bleach Vol. 7*

XXXXX

Rukia tersudutkan dengan salah satu arrancar. Byakuya bertarung menghadapi arrancar yang paling besar, sedangkan Ichigo dihalau oleh 2 arrancar lain. Sang Arrancar bersiap untuk menembakkan Cero mautnya. Rukia hanya terpaku di tempatnya, terengah-engah. Dia sudah kehabisan tenaga untuk menghindar. Byakuya berpaling kepada Rukia, ingin menolongnya menjauh dari Cero maut itu. Tapi, tubuhnya tak bisa bergerak sedikitpun, seolah-olah tubuhnya lumpuh, seakan ada lem di kakinya. Tidak, jangan sekarang, kumohon….

"Byakuya…Nii…-sama…" kata Rukia lirih.

Cero merah-kehitaman itu pun menghantam tubuh Rukia yang lemah.

"RUKIAAA!"

"Haahh!" Byakuya terlonjak kaget dari tidurnya. Keringat dingin mengucur deras dari dahinya. "Itu cuma mimpi,…haahh…ya, cuma mimpi…," gumamnya sambil mengusap peluh di dahinya. Dia mencoba untuk menangkan dirinya untuk sesaat. Akihr-akhir ini dia sering bermimpi buruk tentang Rukia, dan sekonyong-konyongnya dia takut kalau mimpinya itu menjadi kenyataan. Dia semakin khawatir tentang Rukia, apalagi berapa hari lagi dia akan pergi ke dunia nyata untuk misi. Itu hanya mimpi, tenanglah, itu hanya mimpi, Byakuya berusaha meyakinkan dirinya. Tapi, entah kenapa, terasa begitu nyata….

Byakuya memandang sekelilingnya dengan linglung. Burung –burung berkicau dengan riang, menyambut pagi hari. Hari sudah menjelang pagi. Byakuya langsung bangkit dari futonnya. "Aku harus bergegas kalau tak ingin terlambat." Dengan segera dia mencuci mukanya, memasangkan kenseikan di rambutnya dengan hati-hati, lalu dia bersiap-siap dengan terburu-buru.

XXXXX

Merupakan keajaiban dunia ke-8 jika melihat Renji keluyuran di barak Divisi 6 pagi-pagi, dan itulah yang terjadi sekarang. Renji terkena insomnia yang parah sehingga dia terbangun jam 4 pagi, dan tak bisa tidur lagi. Daripada bengong ga jelas di rumah, Renji memutuskan ke barak untuk menyelesaikan tugas yang kemarin ditunggaknya, sekaligus menyicil tugas untuk hari ini. Setelah 3 jam, akhirnya Renji memutuskan untuk istirahat sejenak di taman. "Wah, ternyata pemandangan disini pagi-pagi keren juga nya..," gumamnya terkagum-kagum. Renji tak pernah melihat pemandangan disini pagi-pagi karena dia biasanya datang telat.

Renji melihat Byakuya berjalan menuju ke barak dari kejauhan. Pemandangan yang tak biasa, karena Byakuya datang telat. Bukan datang telat menurut jadwal biasa, tapi menurut kebiasaannya. Byakuya selalu datang jam 7 kurang, tapi hari ini dia datang telat. Tentu saja Renji penasaran dengan kaptennya yang dingin dan disiplin itu datang telat. Tiba-tiba, dia melihat Byakuya sudah berada di depannya. Buset dah, jalannya ni orang cepet amat, pikir Renji.

"Selamat pagi, Kapten Kuchiki!" sapa Renji.

"Selamat pagi, Abarai," jawabnya tanpa menoleh ke Renji.

Seketika, Renji merasa ada yang aneh dengan kaptennya. Dari suaranya, dia terdengar murung. Renji semakin bingung dengan Byakuya. Kaptennya, Byakuya Kuchiki, shinigami yang terkenal karena sifatnya yang sangat dingin, sekarang sedang murung. Keadaan yang sangat tidak biasa. Dia tahu, pasti ada sesuatu yang terjadi kepada kaptennya.

Hari sudah sore, langit semakin gelap. Renji meregangkan tubuhnya dan jari-jarinya. Tugasnya yang menumpuk sukses besar membuat tangan dan seluruh jarinya kram. Renji ingin berjalan-jalan sebentar untuk melemaskan tubuhnya. "Kapten, boleh saya pergi sebentar?" Renji meminta ijin sebelum ia membuka pintu. Byakuya hanya menjawabnya dengan gumaman tanpa menoleh kepadanya. Renji diam saja melihat reaksi kaptennya, lalu berjalan keluar dari ruangan itu.

Setelah berjalan-jalan untuk beberapa saat, ia kembali ke kantor kapten untuk membereskan barangnya. Ia melihat kantor kapten menjadi hening sekali. Kelihatannya Byakuya belum pulang. Aneh sekali, Kapten Byakuya biasanya sudah pulang. Ada apa ya? Dengan rasa penasaran yang amat sangat, Renji berjalan ke kantor kapten, lalu mengetuk pintunya dengan hati-hati.

"Kapten Kuchiki, anda masih di dalam?"

Hening, tak ada jawaban

Renji mengetuk pintunya lagi. "Kapten, anda masih di dalam?"

Tak ada jawaban lagi. Terdorong oleh rasa kesal dan penasarannya, Renji membuka pintunya pelan-pelan. Di dalamnya terlihat ruang yang bersih rapi dengan buku-buku berjejeran rapi di rak, dan bertumpuk kertas tugas di meja kerjanya. Pemandangan lain di meja kerja itulah yang membuat Renji terdiam tanpa kata. Dia melihat Byakuya tertidur di meja kerjanya. Terlihat kertas berserakan di sekitar wajahnya. Renji diam mematung memandangi kaptennya tertidur. Wajah putih bersihnya terkulai di meja kerjanya, desahan lembut terdengar setiap kali ia menghembuskan napas. Wjah Renji bersemu merah seiring dia melihat wajah kaptennya terlelap. Wajah Kapten Byakuya ketika tertidur, ternyata...

...

"HWAAAA!" Renji berteriak sambil meninju pipi kanannya dengan keras. "Renji, sadarlah! Sadarlah kamu itu seorang cowok! Cowok baek-baek dan normal! GYAAAAA!"

Kehebohan Renji berhasil membangunkan Byakuya dari tidurnya. Dia menggosok matanya pelan dan membereskan kertas yang berserakan di mejanya. Renji jadi salah tingkah karena tidak sengaja membangunkan Byakuya. "Ah, saya minta maaf karena mengganggu tidur kapten," katanya lirih.

"Tidak apa-apa, Abarai."

"Ini sudah hampir malam. Mau saya tunggui di luar?" tawar Renji.

"Tidak perlu. Aku masih punya banyak pekerjaan disini. Kau pulang saja duluan," jawabnya dingin.

Renji sudah yakin kalau ada yang tidak beres dengan kaptennya. Dia harus tahu apa yang terjadi dengan Byakuya. Renji memutuskan untuk menanyai Rukia mengenai sikap aneh kaptennya besok.

XXXXX

"Hah? Perilaku aneh?" tanya Rukia. Dia dan Renji sedang duduk di sudut taman Divisi 13 sambil ngobrol tentang perilaku aneh Byakuya. "Hmm, kalo aneh sih, aku ga tau. Tapi, yang pasti aku jarang melihat Nii-sama akhir-akhir ini. Nii-sama kelihatannya ingin menyendiri dulu, sepertinya sedang tidak ingin diganggu," sambungnya.

"Yaahh, aneh aja kalo Kapten Byakuya murung. Lalu, kamu tau ga apa yang aku liat di kantor kemaren?"

"Hah, mana tahu! Masuk ke kantornya aja belum pernah!"

"Waktu itu, aku lihat Kapten Byakuya, ketiduran di mejanya! Pemandangan yang luar biasa kan, dari seorang Kapten Byakuya Kuchiki, orang super dingin dan disiplin itu!"

"APAAA? NII-SAMA KETIDURAN! AKU GA SALAH DENGER KAN? WAHAHAHAHAHAHAHAHA!" Tawa Rukia yang keras dan heboh itu membuat seluruh mata tertuju padamu,eh salah, pada mereka*emang Miss Indonesia?*. "Sumpah, harusnya kamu ajak aku juga waktu itu! GYAHAHAHAHA!"

"Woi, pelanan dikit napa ketawanya? Orang lain pada ngeliatin kita tau!" seru Renji sambil membekap mulut Rukia. "Aku ini serius, sebetulnya ada apa sih dengannya?"

"Nah, kalo menurutku sebaiknya Nii-sama dibiarkan dibiarkan begitu saja dulu," jawabnya sambil memegang perutnya yang sakit karena kebanyakan tertawa." Kamu tahu kan, kalu Nii-sama itu orang yang sulit ditebak. Paling-paling, satu-dua hari bakal balik normal."

"Ehehehe, bener juga ya. Paling-paling aku saja yang terlalu khawatir..."

"Hmm? Kamu khawatir sama Nii-sama? Sebetulnya ada apa Renji, hayoo..." Rukia udah masuk otak mesum mode on.

"Hoi, pikiranmu tu dijaga ya! Aku khawatir karna dia itu kaptenku tau! Udah ah, mau siang, aku balik ke barak dulu ya!" Renji berlalu menuju barak Divisi 6. Samar-samar pipi Renji bersemu merah. Rukia hanya bisa cengar-cengir melihatnya.

Tapi, kata-kata Renji membuatnya kepikiran, Memang, Byakuya terlihat sedikit murung belakangan ini. Memang da sesuatu yang tak beres dengan kakaknya. "Tapi, Nii-sama memang bisanya aneh begitu kan? Beberapa hari lagi, dia pasti balik normal lagi." Lalu Rukia beranjak dari tempatnya dan kembali ke baraknya.

Waktu terus berjalan, tak terasa hari sudah sore . Rukia memutuskan untuk pulang ke Kuchiki mansion. Sebetulnya, dia lebih senang di asrama tentara daripada rumahnya, tapi perkataan Renji membuatnya ingin pulang dan mengamati keadaan Byakuya. "Semoga tak terjadi hal yang serius," desahnya.

Rukia sudah sampai di Kuchiki mansion. Kediaman salah satu dari 4 Keluarga Bangsawan itu indah sebenarnya. Di dalamnya terdapat taman-taman megah dengan bunga sakura yang indah. Namun, selalu ada kesan dingin di dalamnya. Rukia berjalan menuju kamarnya di bawah sinar bulan purnama yang indah, namun terasa dingin. Sesampainya di kamar, dia meletakkan Sode no Shirayuki-nya, mengganti shihakusounya dengan yukata yang sederhana. Dia memutuskan untuk berjalan-jalan sebentar sambil mencari kakaknya itu.

XXXXX

Byakuya sedang berdiri di depan altar para mendiang keluarganya. Dia berjalan menuju altar, mengambil sebuah foto yang familiar dengannya. Foto mendiang istrinya. "Hisana...," desahnya, "maafkan aku jika aku mengecewakanmu karena tak mampu menjaga Rukia dengan baik." Setelah menyampaikan keluh kesahnya, dia meletakkan foto istrinya kembali ke altar. Entah kenapa, dia merasa aneh sekali malam ini. Gelisah, sedih, marah, bercampur jadi satu perasaan yang tak karuan, bagai api yang membakar jiwa. Byakuya merasa perlu menenangkan dirinya sejenak, berjalan- jalan di bawah sinar keperakan rembulan. Walaupun begitu, perasaannya tetap tak karuan. Ia serasa ingin menghancurkan, membakar dan merobek segalanya yang berada di sekitarnya. Aku tak bisa begini terus, batinnya. Aku harus menemui Rukia...

Byakuya menemukan Rukia di depan kamarnya. Pada saat itu juga, dia merasakan perasaan membara dalam dirinya. Nafsu dalam dirinya sudah mengamuk, sudah hampir melewati batas yang dapat ditahannya. Penglihatannya mulai mengabur, pikirannya sudah tak jernih lagi. Dia berjalan mendekati Rukia dengan langkah sedikit sempoyongan. "Rukia...," panggilnya lemah.

Melihat Byakuya dengan keadaan seperti itu, Rukia jelas kaget setengah mati. Dia datang menghampiri kakaknya. "Nii-sama! Nii-sama tidak apa-apa?" tanyanya cemas. Kemudian Rukia memapah badan kakaknya yang mulai roboh, membawanya ke kamar tidurnya.

Sesampainya di kamar Byakuya, Rukia langsung merebahkan kakaknya ke futon dan menyelimutinya. Rukia tidak habis pikir dengan apa yang terjadi dengan Byakuya. Dia tak mungkin ketiduran di kantornya, atau roboh tepat di hadapannya. "Nii-sama, sebetulnya apa yang sedang terjadi?" dia bertanya dengan suara pelan. Yang dia dapat hanyalah hembusan napas terengah-engah Byakuya yang terbaring lemah. Rukia hanya bisa menghela napas panjang dan duduk menunggu di sebelah kakaknya.

Setelah beberapa saat, Byakuya akhirnya membuka matanya, mendapati Rukia berada di sisinya. "Nii-sama baik-baik saja?" tanya Rukia dengan perasaan lega karena dia sudah sadar. Byakuya tak menjawab. Ia hanya menatapnya untuk sesaat. Tapi, bukan Rukia yang ada di matanya. "Hisana...," gumamnya tak jelas. Pada saat itu juga, emosi dan nafsunya tiba-tiba meledak, tak dapat ditahannya lagi. Dia bangkit dari futonnya, mendorong Rukia dengan keras.

"Nii...-sama! A...ada apa sebenarnya?" dia bertanya dengan bingung dan panik.

Byakuya tak menjawab. Dia hanya menatap Rukia dengan pandangan penuh nafsu. Napasnya memburu. Keringatnya nercucuran dari tubuhnya yang bergetar dengan hebat. Dia menindih tubuh Rukia, menekan bahunya ke lantai. "Aku...sudah...tak tahan...lagi..."

Rukia tak bisa melawan. Yang dia bisa lakukan sekarang adalah memejamkan matanya, menunggu dengan pasrah apa yang akan terjadi dengan dirinya.

Satu detik sudah terlewati

Dua detik.

Tidak terjadi apa-apa. Dia membuka sebelah matanya dengan takut-takut. Yang dia lihat adalah Byakuya terdiam. Dia dapat merasakan keringat kakaknya jatuh mengenai tubuhnya. Tangan Byakuya gemetar seiring dia memegang bahu Rukia. "Aku...tak bisa melakukannya..." Byakuya berdiri dan berjalan keluar dari kamarnya seketika.

Rukia langsung bereaksi mengikuti kakaknya. Tapi, ketika sudah berada di luar kamar, dia tidak melihat Byakuya dimanapun. "Sial...Nii-sama pasti pergi menggunakan shunpo," gerutunya. Kalau Byakuya sudah menggunakan shunpo, Rukia pasti kesulitan mengikuti kakaknya. Setelah beberapa lama, akhirnya dia menemukan Byakuya. Ternyata dia sedang duduk di salah satu taman. Rukia tak pernah melihatnya termenung seperti itu. Dia memutuskan untuk mengamati kakaknya dari jauh.

Byakuya duduk terdiam. Pikirannya melayang ke masa lalu. Masa-masa dimana ia masih bersama Hisana. Taman dimana ia berada sekarang, sebenarnya adalah tempat favorit istrinya. Dulu, mereka senang sekali memandangi indahnya bulan purnama disini. Namun, sejak kematian Hisana, Byakuya tak pernah ke taman itu lagi. Baginya, itu hanya membangkitkan kenangan menyakitkan di hatinya. Ia hanya menatap bulan sambil mendesah."Hisana..."

Rukia menahan napasnya ketika melihat apa yang terjadi kemudian. Dia bahkan hampir tak bisa mempercayai kedua matanya sendiri. Ini adalah pertama kali dalam hidupnya ia melihat Byakuya,...menangis...

"Hisana…ada apa denganku? Mengapa aku tiba-tiba merasa tak sanggup melindungi Rukia?" ratapnya dalam isak tangisnya. Dia sudah tak bisa membendung kesedihannya yang sudah berlarut-larut. Egonya sudah tak kuat menahan hatinya yang memberontak. Kelopak-kelopak sakura berguguran tertiup angin, sinar keperakan bulan purnama menjadikan malam itu semakin indah. Namun, bagi Byakuya, itu adalah pemandangan yang menyesakkan dada dan menyayat hati. Dia tetap menangis di tengah angin malam yang menusuk tulang. "Hisana….apakah aku…sanggup bertahan tanpamu?" raungnya dalam tangis. Sekarang, yang ingin dia lakukan adalah menangis meraung-raung di bawah rembulan yang dingin….

Rukia tak ingin mengganggunya. Ia tahu sekarang Byakuya sangat sedih. Tidak, ia tahu kalau kakaknya selalu menahan kesedihannya dari dulu. Yang dia bisa lakukan sekarang hanyalah terpaku di tempatnya.

XXXXX

Nah, gimana fanficnya, readers yang terhormat? Ga ada unsure romantis sama sekali ya? Gomen, ini pertama kalinya DarkTigrex buat fanfic romance, jadi maklum lah kalo yang ini rada ancur. Kalo kata-katanya juga ga puitis, itu juga gara-gara kosakata DarkTigrex yang sedikit yang dan payah!

Kalo menurut DarkTigrex, Byakuyanya disini kok jadi rada cengeng ma OOC sih? Aduh, bingung banget biar Byakuya ga keliatan OOC disini. Sebetulnya fanfic ini rencananya mau DarkTigrex buat jadi oneshot, tapi naujubilah, kata-katanya ternyata lebih dari 3000! Makanya DarkTigrex buat jadi twoshots, sekalian ngeliat review readers. Ngomong-ngomong soal Review, tolong kritik dan sarannya ya*malah dianjurkan lho!*! Still, NO FLAME ALLOWED!*mata siap-siap nangis Bombay kalo ada flame*