—TUUT. TUUT. TUUT.
BIIIP.
Layar ponsel ungu yang dipandanginya menggelap seketika, dan ia hanya menghela nafas kesal.
Sesekali ia mencuri-curi pandangannya ke arah jendela kamarnya-kembang api masih riuh menyala dari taman kota. Sesekali angin ringan musim panas menyibak rambut violetnya. Terpana sih, merasa nyaman sih. Tapi dalam hati ia justru memikirkan hal lain.
"Ada gitu ya senpai yang nggak aware sama kelakuan kouhainya sendiri..."
(Mana ia tahu kalau itu bukan pesta biasa.)
Gaiken to Naimen: The Unseen
.
[ kumpulan halaman yang hilang dari buku cerita penuh warna miliknya ]
.
Inazuma Eleven GO/CS/Galaxy (c) Level-5
Warning: OOC. Gaje. Typo seliweran karena gaya bahasa nyampur. Indikasi membingungkan. Genre ganti-ganti mendadak. Disarankan baca Gaiken to Naimen dulu biar nggak bingung, tapi gapapa juga sih.
I only own the story tho. Idea resemblances are just coincidence.
[ i. he might or might not understand ]
Kalau diingat baik-baik, semuanya bermula sejak ia pulang dari minimarket di dekat apartemennya. Hari sudah beranjak gelap, tentu saja—banyak sekali yang harus ia beli untuk keperluannya selama paling tidak sebulan.
Sekolahnya sudah libur sejak lama—oooh yay, sempat-sempatnya ia selebrasi lagi dalam hati—dan tidak banyak tugas yang ia dapatkan sebelum liburan, jadi semuanya bisa diselesaikan bahkan sebelum hari ke-3 liburan. Sebagai kapten tim sepak bola dari sebuah sekolah yang reputasinya cukup populer, sudah tentu ini contoh yang sangat baik.
(Apa sih yang kurang dari seorang Kishibe Taiga, kata orang-orang.)
Padahal ia sering berpikir kalau ia tidak se-spesial yang dikatakan orang-orang di sekitarnya. Nilai bagus cuman gara-gara rajin belajar, muka ganteng karena pemberian Tuhan, banyak temannya karena memang dasarnya ia baik hati, atau lebih tepatnya "kalo yang dari sekolah lain sih cuman sekedar kenal."
Dan tepat saat pikirannya berkecamuk, kakinya baru saja melewati taman kota saat ia mendengar kompilasi 2 suara sekaligus—genjrengan gitar dan riuh rendah suara anak-anak.
Benar saja saat ia intip ke dalam gerbang taman, sekelompok besar anak-anak sedang tertawa-tawa melompat-lompat di tengah taman.
Ada yang nggak beres, pikirnya—dan memutuskan untuk tetap berada disana, mengintip dari gerbang taman kota. Supaya tidak ketahuan, tentu saja.
Riuh rendah suara anak-anak itu merendah sesaat, kemudian terdengar kecil suara orang mengobrol, dan riuh itu meninggi lagi, disusul kembang api berbagai macam warna dan bentuk. Kerumunan orang itu mulai menyebar ke berbagai macam tempat, dan salah satunya dapat ia lihat dengan jelas—
—sebentar. Itu yang coklat-coklat ngebling—itu Matsukaze, ya?
Berarti itu semua teman-teman seangkatannya di Raimon gitu? Ngapain mereka semua pesta-pestaan, sudah jam segini pula?
Niatnya sih sekarang sudah berubah, dari yang maunya hanya memperhatikan mereka dari kejauhan sekarang jadi ingin menerobos dan ceramahin itu anak-anak semua.
"Kalian tuh, malam-malam gini kok malah pesta! Kalian masih kecil, jiwa kalian masih pyua, sadarlaaah! Jangan biarin diri kalian terseret dalam dunia orang dewasa yang kelam!" Bahkan membayangkan dirinya berbicara seperti itu kepada mereka sudah membuat Kishibe merasa seperti senpai yang bertanggung jawab.
Sadarlah, Kishibe. Kalian tuh beda sekolah. Bisa dikira senpai yang seenaknya ikut campur urusan kouhainya karena datang tiba-tiba loh.
(Tapi dia memang tamu nggak diundang kan, dengan mengintip seperti ini?)
Tunggu. Gimana kalau seandainya mereka nggak seekstrim yang ia kira? Bisa jadi ini hanya perayaan ulang tahun salah seorang di antara mereka kan?
Saat itulah Kishibe merasa ia perlu membebankan tanggung jawab ini kepada senpai mereka yang asli.
Menjejakkan kakinya dalam apartemen lumayan mewah berlantai 25 itu, tangannya masih belum dapat lepas dari ponsel ungunya. Paling hanya berganti tangan karena kepegalan membawa tas belanja yang seberat alaihim.
Kakinya sudah hafal jalan yang biasa ia tempuh, tentu saja—kalau tidak ia sudah akan tersasar ke tempat lain karena terlampau fokus ke ponselnya.
Pijakkan menuju lantai abu-abu, tekan tombol 15, dan pintu lift pun tertutup. Semua sudah di luar kepalanya.
Sementara ia merasa tubuhnya seperti diangkat ke atas dengan kotak itu, ia melayangkan pandangannya sesekali pada sekelilingnya, ponselnya menengger di telinganya.
Tombol nomor 7 menyala tiba-tiba.
Dan Kishibe sepenuhnya mengabaikan hal itu.
Ia hanya memfokuskan pendengarannya pada suara tuut-tuut yang muncul dari ponselnya—ah, kenapa teman sesama kaptennya itu belum juga menjawab?
Bahkan saat lift berbunyi TUNG dan layarnya menunjukkan angka 7, sampai pintu liftnya terbuka dan tidak menampakkan siapa pun, Kishibe justru berdecak kesal—bah, teleponnya nggak diangkat-angkat mulu sih.
Untuk sesaat ia harus menyerah terlebih dahulu saat lift berbunyi TUNG sekali lagi dan layarnya menunjukkan angka 15.
Keesokan paginya, seorang anak berambut abu-abu tertentu terbangun dari tidurnya untuk menemukan smartphone miliknya berkedip-kedip hijau.
Kalo gitu sih biasanya missed call, pikirnya, wajar aja sih—tadi malem lupa matiin hape AAAAAAH.
Dan wajahnya sempurna terpaku saat ia membuka kunci ponselnya dan menemukan sebanyak 30 missed call bertanggal kemarin malam, semua dari satu kontak yang sama.
Kishibe Taiga, kapten tim sepak bola SMP Kidokawa Seishuu, rivalnya saat Holy Road waktu itu—kenapa tiba-tiba meneleponnya?
Jujur, hari ini Shindou Takuto sedang mujur kebanjiran pulsa dari kemarin, maka akhirnya ia memutuskan untuk menelepon mantan rivalnya.
TUUT, TUUT, TUUT—
"…ya, Kishibe disini."
Yastaga, baru bangun tidur ceritanya? Alis Shindou berkedut. "Gue nggak ngerti ngapain lo nelpon gue dari tadi malem plis. Sampe 30 miskol pula. Tadi malem gue tidurnya kecepetan, maap—"
"—YASTAGA SHINDOUUUUU GUE TELPON-TELPON DARI KEMAREN LO KEMANA AJAA. INI SOAL KOUHAI LO TADI MALEM, LO HARUS TAU—"
"Kalem, bro." Shindou memasang wajah you-don't-say. "Gue nggak ngerti, lo ada masalah apa sama kouhai-kouhai gue? Kok tiba-tiba."
"….gue liat mereka kemaren pesta-pesta di taman itu, uhuk—haaa—mereka ngapain?"
Shindou masih terdiam dengan awesome-nya.
"….oh. Itu doang?"
"Ebuset, hampir aja gue samperin mereka saking paniknya mereka bakal macem-macem…"
Shindou terdiam beberapa saat lagi, sebelum akhirnya tertawa kecil.
"….Shindou lo kenapa."
"Untung nggak lo samperin mereka kemaren malem."
"Loh kenapa?"
"Kouhai-kouhai gue waktu itu kedatengan anak baru, cuman mereka baru selebrasi tadi malem," Shindou menghela nafasnya, dari suaranya terdengar jelas kalau ia sedang tersenyum. "Mungkin karena katanya yang gue denger sih anak baru itu pendek banget jadi mereka nggak terlalu sadar sama keberadaannya."
"…jadi gitu? Gitu doang?"
"Iyeh. Sekarang udah jelas kan semuanya?"
"Sipsip iya maaf ngganggu ya, makasih—"
"—iyeh." BIP, panggilan pun berakhir.
Setelah menaruh teleponnya di atas meja samping tempat tidurnya, Shindou bangkit perlahan dari tempat tidurnya, melangkah pelan menuju jendela di dekat pianonya. Ada satu hal yang melintasi pikirannya saat ia membuka tirai dan melihat langit pagi—
"—Kishibe yang sewot pagi-pagi itu wow banget ya."
Di ujung lain, sementara itu, Kishibe memandangi ponselnya dengan muka bengong pangkat tiga.
"Salah denger gue kali ya—masak iya dia nggak dinotis karena pendek? Nishizono yang cuman segitu aja masih bisa gue notis."
[ —tsuzuku. ]
author's note.
Fiuh, fiuh banget. Sip, halaman pertama sudah selesaaai! /o/
Dan aku emang seriusan pas bilang mau banyak kontribusi ke FIEI pake GtN!AU… iyasih waktu itu bilangnya cuman niat, tapi kayaknya aku mulai pengen beneran deh. /ngek
(Ide di lift-nya nyolong dari salah satu cerita di Saya In Underworld loh~ /terus)
Kenapa harus Kishibe of all people, betewe? Jujur sihya, dia kan orangnya perhatian gitu sama orang lain di sekitarnya, ya nggak sih? Jarang nongol sih, tapi aku punya image kalo dia itu senpai yang perhatian banget sama semua orang yang ia tahu dan yang deket sama dia, gitu~ /bilangajangebias
Oke, sekian dulu dariku, dan makasih udah baca! ;u;)/
Salam loncat,
Ayumu N.
P.S.: [ plot twist—gimana kalo seandainya yang barengan sama Kishibe dan mencet tombol no.7 di lift itu…. antara Kido atau Kuroko? Salah anime sih, tapi kan pas tuh, aura keberadaannya sama-sama tipis dan insial nama belakangnya sama-sama K NGEHEHEHE ;u; ]
