Disclaimer: Vocaloid© Yamaha, Kaito, Hiyama Kiyoteru© Crypton, Gackpoid/Gakupo K.© Internet Co.

=x=

Warning! Boyxboy, shonen-ai, GakuKai, School Fic, gajeness

Pairing: GakupoXKaito, (slight) KiyoteruXKaito

=x=

Summary: Siapa sih yang gak kenal Kiyoteru? Udah ganteng, keren, tajir, otak encer, ramah pula! Orang populer kayak gini sih pasti banyak fansnya, termasuk si biru manis, Kaito. Tapi apa yang terjadi jika jimat yang diberikan adiknya malah membuat hatinya bergerak ke arah yang berlawanan, yaitu ke arah rival sekaligus teman masa kecilnya, Kamui Gakupo?!

=x=

Opposite Love Amulet

=xxx=

Sesosok pemuda berambut eboni melangkah dengan elegan di sepanjang koridor sekolah berlantaikan keramik berpola catur. Sesekali tangannya membenarkan kacamata yang bertengger di batang hidungnya yang sempurna dan melontarkan senyuman kepada beberapa gadis yang menjerit-jerit norak di sepanjang loker.

'Araa… susah sekali jadi orang populer…' ujar pemuda itu. Narsis memang.

Tangan kirinya menjinjing sebuah kantong plastik yang berisi benda-oh-kau-tahu-apa yang bersampul warna pink. Pemuda itu menghela napas, sebegitu fanatiknya-kah fans-fansnya sampai mengirimkannya cokelat tiap hari?

Dia sudah cukup tahu kalau dirinya itu manis kok.

Dihampirinya loker biru bernomor 1012, diputarnya kunci itu dan… BRUK!

"Ya Tuhan…" hanya itu yang dapat ia katakan.

Ia menatap beberapa barang pemberian fansnya yang kini berserakan di lantai. Cokelat, syal, puisi… bahkan fanfiksi tentang penulisnya dan dia yang menurutnya menjijikan. Ingin mengambil, tapi malas… tapi kalau tidak diambil, nanti image-nya hancur sebagai pangeran-berkuda-putih-yang-murah-senyum-dan-baik- hati.

"A-ano…"

Pemuda beriris hazel yang terpantul oleh lensa bening itu menunduk untuk melihat sosok yang berucap tadi, seorang pemuda dengan iris biru besar layaknya sapphire menatapnya, seberkas rona merah terpatri di pipi putihnya.

Bocah berambut biru yang mengenakan kemeja putih dilapisi sweater biru pucat menjulurkan tangannya dan mulai memunguti benda-benda bersampul warna yang dapat membuat sakit mata itu. Setelah terkumpul, ia menegakkan dirinya dan menatap pemuda berambut tanah itu.

"I-ini punyamu kan…?"

blank… seorang Hiyama Kiyoteru terpaku menatap pemuda di hadapannya. Pemuda yang notabene berfigur lebih kecil darinya. Pemuda bersyal yang menurut desas-desus jauh lebih manis dari perempuan…

"Ah, terima kasih…" Kiyoteru tersenyum pada pemuda ber-sweater biru itu. Pemuda itu hanya balas tersenyum dan mengangguk. Noda merah samar di pipinya terlihat semakin jelas.

Oh Hiyama Kiyoteru… tahukah kau kalau pemuda itu adalah salah satu fansmu?

Ups, lebih tepatnya fans beratmu…

=xxx=

"Huaaaa-…! Tadi tangannya tidak sengaja nyentuh tanganku-!"

Ah… itu dia anak yang tadi membantu si pangeran populer memunguti barang-barangnya. Lihatlah dia sekarang, seperti gadis sedang kasmaran. Lihat pipinya yang merona bagaikan mawar itu, manis kan?

Kedua tangannya ia bawa untuk memegangi kedua pipinya yang memerah, bibirnya tidak henti-hentinya membentuk huruf u yang lebar.

"Hiyama-san…"

"Apa sih, kayak orang bodoh saja!"

Pemuda yang tengah berbahagia itu langsung memelototi si pemilik suara. Ia menggeram layaknya anjing kecil yang diambil tulangnya, "bukan urusanmu, Gakupo Kamui!"

Yang dihardik hanya mengangkat sebelah alisnya, "si Hiyama itu sudah terlalu mainstream. Terlalu banyak orang yang suka, kamu yang seperti ini sih bukan tandingannya. Jangan harap deh!" ujar si pemilik surai ungu panjang dingin, tapi fakta. Masih sebuah pertanyaan besar kenapa ia tidak dipecat jadi murid padahal dia salah satu biang onar, suatu kebalikan dari si murid teladan, Hiyama.

"Apa sih! Cerewet tahu! Pergi sana, aku tidak butuh kau!" amuk pemuda biru itu. Iris birunya menyorot pemuda di hadapannya dengan tajam. Siapa yang nggak jengkel sih?

Si pemilik iris jade hanya bisa menatap pemuda yang baru saja mengamuk itu dengan bosan, "berhentilah bersikap tsundere…"

Dan dia pun meninggalkan ruang kelas pemuda ber-name tag Kaito Shion itu.

BLAM!

"SIAPA YANG TSUNDERE, HAH?!"

=xxx=

"Kaiko-chaaaann…"

Rengekan khas seorang Kaito Shion menggema di lorong rumah mungil itu. Dengan lunglai, pemuda bersurai langit dan air itu menuju ke kamar adiknya.

Krieett…

Pintu terbuka.

"Ada apa nii-chan…?"

Freeze… syok…

Sang adik tengah duduk di tengah-tengah lingkaran dengan lambang bintang di dalamnya. Sekelilingnya terdapat beberapa lilin, dan merupakan satu-satunya penerangan di kamar berukuran sedang itu. Gadis yang identik dengan kakaknya itu mengenakan baju putih panjang dan kain segitiga putih diikatkan di kepalanya. Tangannya memegang kertas mantera dan lilin…

Dia ini mau ngutuk orang?

"Kaiko… sudah kubilang berapa kali untuk tidak melakukan hobi aneh mu dirumah, huh?"

Si gadis hanya tersenyum tanpa dosa. Ia segera mematikan lilin-lilin itu dan merapikan kertas mantera beserta kartu tarot yang tersebar di lantai kayunya.

"Ada apa nii-chan?" ulangnya, kali ini dengan nada yang lebih manis. Ia sudah berganti baju dengan baju gothic Lolita-nya.

Sang kakak hanya dapat mendesah pelan, adik yang aneh…

"Begini Kaiko-…" ia masuk ke dalam kamar bernuansa gothic –hitam dan ungu- itu. Kemudian duduk di sisi adiknya. Tangannya bermain di seprai licin berwarna ungu tua.

"Nii-chan butuh salah satu dress-ku? Untuk menarik perhatian siapa? Mau yang bagian punggungnya terbuka, potongan yang rendah, atau rok pendek yang mengembang?" tanya gadis beriris identik dengan kakaknya. Ia mendadak antusias.

"Kaiko… dengar-"

"Oh! Atau nii-chan mau pinjam baju maid-ku? Perlu nekomimi plus ekornya tidak?" kali ini iris sapphire adiknya bergelimang cahaya harapan. Ia menatap sosok kembarnya yang notabene kakaknya dan seorang laki-laki…

"Kaiko…"

"Untuk Gakupo-nii ya? Kakak mau mengejutkan Gaku-nii dengan kostum itu kan? Lalu! Lalu! Nii-chan akan bilang seperti ini 'Do as you like, Master…' KYAAAA~! Lalu Gaku-nii akan-… mpphh!"

Tangan si kakak langsung menyumpal mulut fujoshi adiknya. Sudah cukup ia mendengar sampai situ. Bisa-bisa ia tidak bisa tidur semalaman gara-gara fantasi fujoshi adiknya.

"Kaiko! Bukan itu! Jangan bawa-bawa si terong itu!" gerutu Kaito. Ia sudah cukup jengkel dengan kelakuan si terong di sekolah yang merupakan rivalnya…

Sekaligus sahabat sejak kecilnya…

Kaiko menyingkirkan tangan kakaknya, "berhentilah bersikap tsundere, nii-chan. Gaku-nii lama-lama pasti capek juga menghadapi sifat nii-chan yang seperti ini…" gadis mungil itu mengeluh. Jemari lentiknya memainkan renda-renda di dress gothic Lolita-nya.

Ingin rasanya ia menjitak ubun-ubun adiknya karena jengkel. Salah apa dia sehingga punya adik fujoshi kelas kakap dan juga anggota occult club?

"Kaiko… apakah otakmu tergeser akibat terlalu banyak bergaul dengan para miko gadungan itu?" oke… sarkartis.

"Nii-chan mau jimat agar lancar berhubungan, tidak?"

Kaito mendelik. Oh, tawaran yang cukup menggiurkan… segala kejengkelannya kepada para miko itu sirna sudah.

"Jimat itu aslinya buatanku, belum disempurnakan dengan para miko di sekolah sih. Tapi aku dapat menjamin~"

Hmm… kenapa tidak dicoba saja?

"Baiklah…" akhirnya sosok bersweater itu mengangguk. Adiknya tersenyum manis, kemudian beranjak dan berjalan menuju laci kayu bercat hitam. Tangannya yang terbungkus sarung tangan sepanjang siku berwarna hitam meraih sebuah kantung kain berwarna hitam dengan bunga Sakura ungu di tengahnya.

"Ini," diserahkannya kantung berbau harum itu ke tangan kakaknya, "tatap dia, genggam jimat ini dengan kedua tanganmu, lalu berbisik dalam hati 'kamii-sama, bantulah aku mendapatkan cintanya.' Lakukan tiga kali dalam hari itu. Jika tidak berhasil, lakukan hari besoknya. Jika berhasil, langsung nyatakan perasaan nii-chan hari itu juga~"

Dengan polos, sang kakak hanya dapat mengangguk-angguk.

"Ah… jika tidak berhasil, segera beritahukan aku ya."

Kaito memiringkan kepalanya sedikit, "kenapa?"

Gadis manis itu menggaruk pipinya, "tidak apa-apa… sudah sana nii-chan keluar. Aku harus menyelesaikan ritualku dulu!"

Sosok serba biru itu segera didorong paksa dari ruangan gothic itu oleh kekuatan luar biasa adiknya. Pintu tertutup bersamaan dengan tersungkurnya pemuda manis itu di lantai kayu.

"Hei Kaiko-… ah, dasar adik kurang ajar…"

=xxx=

Keesokan harinya, dimana matahari bersinar dengan terik dan membakar semangat si manis Shion…

'Kamii-sama, bantulah aku mendapatkan cintanya!' ia menatap pemuda bersurai eboni yang tengah tersenyum itu dengan tatapan penuh cinta. Yup, Kaito Shion sangat menyukai sosok itu. Ia sudah lama mengagumi pemuda populer itu –well, ia tahu kok Gakupo itu sama populernya dengan Kiyoteru-.

"Hiyama…" bibirnya melantunkan nama itu. Tidak bosan-bosannya ia melantunkan nama pemuda yang amat disukainya itu.

"Dasar aneh!"

Pemuda manis itu melonjak terkejut begitu merasakan seseorang menghembuskan nafas di telinganya. Ia langsung berbalik badan dan menemukan seorang pemuda yang lebih tinggi darinya tengah menatapnya jengkel.

"Makin lama kau ini makin aneh ya, BaKaito…" rivalnya menghela napas. Kemudian menjulurkan kepalanya yang kemudian ditarik oleh pemuda bermarga Shion itu.

"SSSSTTT! Jangan berisik! Nanti Hiyama-san tahu!" Kaito menjerit tertahan.

Gakupo mengerjapkan matanya malas, "jadi kau suka dengan si tukang tebar pesona itu?"

silence

"Kuanggap itu sebagai 'ya'. Dan maaf, bisa lepaskan tanganmu dari wajahku?" gerutu pemuda beriris jade. Yang baru sadar hanya dapat melepaskan tangannya dari wajah rivalnya akibat tadi menarik kepala itu ketika melongokkan dari balik tembok.

"… Baka…"

"Ya… ya… ya… selamat berjuang deh. Kau pakai mantera apapun juga tidak akan berguna. Sudah terima saja nasibmu sebagai pemuda yang tidak laku-laku!" ujarnya sambil melenggang pergi. Kedua tangannya ia masukkan ke dalam kantong celana hijau kotak-kotaknya.

"BAKAMUI JAHAT!"

=xxx=

Mantera pertama, cek.

Mantera kedua, cek.

Mantera ketiga, cek.

"Yosh! Sekarang aku akan menyatakan perasaanku!" dengan riang, pemuda manis itu berjalan ke arah taman belakang sekolah. Langkahnya ringan bagaikan ada sayap di punggungnya. Senyum ceria nan malu-malu terlukiskan di bibirnya.

Ia berhasil melantunkan ketiga mantera itu dalam satu hari. Dan kini adalah saat yang dinanti-nanti; saat dimana ia akan menyatakan cintanya pada sosok yang dikaguminya selama ini.

"Ah, Hiyama-san!" ia berlari ke arah pemuda tegap berkacamata yang tengah bersandar di bawah pohon Sakura dengan buku di tangannya. Mendengar namanya dipanggil, sosok itu mengangkat kepalanya.

"Eh? Jadi, kau yang mengirim surat itu?" tanyanya bingung. Kaito mengangguk riang, "hmmm… kau mau bicara apa?" tanyanya sambil mengusap surai biru pemuda itu.

Tak ayal lagi, wajah lelaki yang dibelai rambutnya itu kini seperti lobster matang. Ia menarik napas dalam-dalam kemudian menutup matanya, "da-daisuki desu!"

… hening. Krik… krik…

"Eh?" si pangeran populer terkejut. Iris hazelnut-nya membulat karena terkejut sekaligus bingung.

Kaito tetap diam di tempat dengan kepala yang tertunduk dan mata yang terpejam. Kedua tangannya mengepal kuat di samping tubuhnya.

"Maaf, tapi aku tidak kenal kau…"

Syok… itulah yang pertama kali dirasakannya. Ia langsung mengangkat wajahnya dengan cepat. Iris birunya membulat sempurna, "h-… hah…?"

Sang Casanova menghela napas, ia memijat pelipisnya, "aku bahkan tidak tahu namamu…"

Sakit… hatinya seperti disayat ribuan pisau secara perlahan, "e-eh…? Ta-tapi k-kita ini sekelas… d-dan l-lokerku ada disamping lokermu…"

Kini giliran Kiyoteru yang terkejut, "benarkah?! Aku tidak pernah melihatmu!"

JLEB. Sebuah panah raksasa menusuk hati pemuda itu.

Tanpa pikir panjang, Kaito segera berbalik arah dan berlari sekencang-kencangnya. Ia mau pulang! Ia ingin menangis sepuas-puasnya!

=xxx=

Tak jauh dari tempat kejadian itu, sepasang iris hijau layaknya hutan memperhatikan kejadian itu dengan seksama.

"Kan sudah kubilang kalau dia itu berengsek…" dengusnya.

=xxx=

Seorang gadis mungil bersurai langit mengetuk-ngetukkan jarinya di meja. Tangannya yang bebas menahan dagunya. Gadis dengan dress gothic selutut itu menunjukkan wajah tidak mengerti.

"Nii-chan kenapa ya? Sedari tadi sepulang sekolah, dia langsung mengunci diri di kamar. Kayak cewek patah hati…" gumam gadis penggemar mantera itu. Ia mengistirahatkan iris sapphire-nya dibalik kelopak matanya.

"Bukannya itu adalah reaksi cewek-cewek kalau cintanya ditolak…?" ujarnya. Ia mengingat adegan ini di sebuah shoujo manga. Scene dimana si protagonist menyatakan cintanya kepada orang yang disukainya tapi ditolak. Si protagonist langsung mengunci diri di kamar dan keesokannya ditemukan dalam keadaan tak bernyawa. Kemudian rohnya menjadi arwah penasaran yang menghantui-…

Ups, salah genre…

"Berarti cinta nii-chan ditolak? Berarti…" gadis kelas satu sekolah menengah atas itu langsung membelalakkan matanya begitu menyadari hal yang terjadi. Dengan tergesa-gesa, ia berlari menuju kamar kakak satu-satunya. Gaun hitamnya melambai-lambai karena kecepatan derap langkahnya.

BRAK!

Pintu kamar bernuansa biru-putih dibuka dengan paksa sehingga menjeblak terbuka. Tentu saja yang punya kamar sangat terkejut.

Sang adik masuk ke kamar dengan langkah rapat tetapi cepat, matanya menganalisis keadaan di sekitar sana. Ia mengecek perkakas sekolah yang ada di meja kakaknya. Gunting, cutter, silet,… semua masih ada pada tempatnya. Dilayangkannya pandangannya ke lantai, tidak ada obat-obat mencurigakan dan botol-botol bir.

"Ka-… hiks… Kaiko…?"

"Nii-chan tidak bunuh diri?"

Jeda sejenak… pemuda yang air matanya sudah berhenti itu mendadak kembali berderai air mata. Tangannya memeluk gumpalan bantal erat-erat.

"BAHKAN ADIKKU SENDIRI INGIN AKU MATI!" jeritnya histeris. Kaiko sadar, ia salah bicara…

"E-etto… nii-chan ditolak?" tanyanya hati-hati. Takut membuat pemuda sensitif ini kembali menjerit.

Sebuah anggukan menjadi jawabannya. Gadis ber-headband hitam dengan renda dan lonceng itu menepuk dahinya. Ia duduk di sisi kakaknya dan mengusap surai biru kakaknya yang mulai basah karena air mata dan keringat.

"Sabar ya, nii-chan…" baru saja bibirnya membuka, ia memutuskan untuk kembali diam. Ia harus memberitahukan efek samping mantera itu jika gagal. Tapi jika kakaknya tahu sekarang, yang ada dia malah makin histeris.

=xxx=

Sosok pemuda feminim itu keluar dari kamarnya. Wujudnya sudah tidak acak-acakan seperti sebelumnya, ia sudah jauh lebih bersih dan rapi sekarang.

Sebuah baju berwarna cream yang agak longgar dan memperlihatkan sebagian bahu mulusnya dikenakannya berpasangan dengan sebuah celana biru lembut dengan panjang tepat di atas lututnya sehingga memperlihatkan kaki putih jenjangnya yang mulus. Rambut birunya terlihat jauh lebih acak-acakan daripada sebelumnya. Tapi jika orang biasa melihatnya, orang-orang bisa salah kaprah dan mengangapnya baru saja melakukan sesuatu yang kau-tahu-apa.

Ia berjalan perlahan menuju meja makan dan duduk di salah satu kursi kayu itu dengan malas. Sementara adiknya hanya dapat menggeleng-gelengkan kepala.

"Nii-chan kenapa hobi berdandan seperti itu sih?" gerutunya. Ia menatap kakaknya jengkel. Kakaknya ini selalu berpenampilan layaknya uke yang baru di-rape. Kan jadinya dia gemas karena tidak bisa melihat sosok seme yang me-rape kakaknya!

Kaito memiringkan kepalanya, adorable,"…karena nyaman?"

Adiknya kembali menepuk dahinya keras-keras. Susah sekali berbicara dengan kakaknya yang kelewat innocent! Ia akhirnya menjatuhkan topik pembicaraan mereka dan mulai makan dalam diam. Kakaknya mengikutinya dengan perlahan, mulai menyumpit nasi dan ikan sedikit-sedikit.

"Nii-chan, aku mau jujur…" mulutnya memanggil kakaknya, tapi iris gadis bermarga Shion itu tidak menatap sang kembaran yang lebih tua darinya. Jemari bercat kuku hitam itu memainkan butiran putih di mangkuknya dengan batang kayu panjangnya.

"Apa?"

"Nii-chan akan mati dalam waktu tiga hari…"

PRANG!

Mangkuk biru muda tergelincir dari genggaman sang kakak bersamaan dengan jatuhnya sumpit kayu dari tangan kanannya. Iris sapphire-nya membulat layaknya bulan sempurna. Mulutnya menganga kaget.

"A-apa-…?"

"Mantera itu gagal, jadinya nii-chan harus menanggung resikonya…" ujar gadis fujoshi itu. Orb biru lautnya bergulir kebawah, mendadak ia lebih memilih memperhatikan kakinya yang terbalut flat shoes hitam berpita daripada melihat ekspresi shock kakaknya.

Dari ujung matanya, gadis itu dapat melihat kalau tubuh kakaknya bergetar sedikit. Butiran-butiran bening juga mulai berkumpul di matanya.

"Jangan putus asa dulu. Aku dapat menolong nii-chan!" sergah gadis bersurai sapphire pendek itu. Irisnya memancarkan tekad yang kuat untuk menolong kakak satu-satunya.

Pemuda yang nyaris menangis itu langsung menatap adiknya. Walaupun ia masih sakit hati terhadap penolakan Hiyama, tapi dia masih mau hidup! Selabil-labilnya dia, pemuda manis nan uke itu tidak akan bunuh diri karena putus cinta! Mari kita acungkan jempol untuk tekad kuat pemuda ini!

… okay OOT. Back to topic…

"Kutukan itu akan hancur jika nii-chan dapat mencium orang yang sangat membuat nii-chan kesal dalam waktu tiga hari…" Kaiko menghela napasnya setelah selesai mengatakan hal itu.

"E-Eh…? Orang yang dapat membuatku kesal…?" otak minim pemuda yang baru saja menyatakan cintanya itu berusaha memproses kata-kata adiknya. Orang yang dapat membuatnya jengkel sampai ke ubun-ubun kan cuma…

Gakupo Kamui?

=To be Continue=

1/3 Part Finished.

A/N: AHAHAHAHA—SILAHKAN BUNUH HIKA GARA-GARA BIKIN MINI MULTICHAP BARU 8"DDD #disambit #stress. Wohooo~ UKK udah selesai~ #lemparbuku #robekkartulegitimasi, kini saatnya Hika kembali berkutat dengan fict-fict Hika~

Tapi tenang aja, fict ini paling cuma 2 atau 3 chapter~

By the way… ini fanfict apaan sih =)))) #disambit. Maafin ya kalau aneh banget, ide ini Hika dapet dari summary komik shoujo di gramed*a. Hika ngakak aja tuh baca summary-nya, pas liat ratingnya… eh ternyata D alias buat Dewasa =))) Hika nyasar ke bagian komik dewasa rupanya~ *ketawa setan* #dikeplak.

Dan… Hika merasa diksi Hika berubah sangat… #pluk.

TLBKS 14 sekitaran hari senin atau selasa ya~ soalnya senin itu masih ada ulangan, Fisika pula… *gelindingan*

Dan entah kenapa Hika merasa kalau fandom GakuKai udah growing banget :') *terharu*. Usaha Hika selama sekian bulan kayak terbayarkan gitu :'D sepertinya sudah saatnya pindah fandom :') mungkin habis dari sini, Hika pindah ke Tantei Inaba atau Bleach pairingan GrimmUlqui :') kedua fandom itu butuh banyak cinta :'D

Terima kasih teman-teman authors dan readers sekalian. Terima kasih telah mendukung karya Hika selama ini. Make sure to leave your traces guys~

With smile, tears, and music, Hikari Shourai out!

Sign,

HiShou~