Judul: Ilusi Palsu

Kata: 1353

Pasangan: Shinichi K./Ran M.

Summary: Ilu-si 1 n sesuatu yg hanya di angan-angan; khayalan; 2 n pengamatan yg tidak sesuai dng pengindraan; 3 a tidak dapat dipercaya; palsu (Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi ke 3)

A/N: …

Aricia bener bener dalam SEMI hiatus. Bener. Jadi semua cerita Aricia dalam hiatus. Dan Aricia bakal jarang nulis…

Tapi ini malah nongol…

Ya udah deh… selama masa semi hiatus ini… cuma One Moment in Time yang bakal diupdate… yang lain semi-hiatus…

Yang ada dalam One Moment in Time adalah cerita cerita yang nongol selama kelas sembilan. Semoga nggak panjang panjang ceritanya…

Anyway… RnR…


Ilusi Palsu

By: Aricia Betelguese


Ran tidak pernah mengira segalanya akan jadi seperti ini.

Jangan…

Jangan biarkan aku kehilangan dia!

Seharusnya ini tidak terjadi…

Dia… Shinichi… dia adalah Conan.

"Ran, tolong, mengertilah. Aku—"

"Apa? Kau mempermainkan aku. Kenapa aku harus mendengarkanmu?"

"Dengar, Ran. Aku bukan bermaksud mempermainkanmu…"

Ran menatapnya dingin. "Aku tidak ingin melihatmu lagi. Pergi!"

Dia tidak mengucapkan apapun. Tapi setelah beberapa detik, ia melangkah pergi.

Dan pagi ini, Ran berdiri, menatap tiga kata yang tertulis di atas selembar kertas putih.

Gomen, Ran… sayonara.

Hanya tiga kata, tapi itu sudah lebih dari cukup untuk menghancurkan hati Ran.

Tapi kenapa? Kenapa rasanya begitu sakit? Bukankah Ran membencinya? Dia telah berbohong, menghancurkan kepercayaan Ran, mempermainkan perasaannya—tapi kenapa Ran merasa ingin menangis?

Aku benci kamu, pikir Ran, tapi ia dapat merasakan kalau pikiran itu hanya kebohongan belaka.


Waktu berlalu.

Ran melanjutkan hidupnya. Lulus SMA. Masuk kuliah, dan terus melakukan rutinitas sehari harinya.

Itulah yang terjadi. Dunia tidak berhenti berputar, waktu tidak berhenti berjalan karena Kudou Shinichi telah hilang dari hidupnya. Mereka tidak akan diam dan menunggu saat Ran memunguti sisa hatinya yang hancur karena seorang detektif idiot yang mengira bahwa keberadaannya hanya membuat Ran sakit hati. Jadi yang bisa ia lakukan hanyalah ikut berjalan bersama waktu.

Dan Ran tersenyum. Ran tertawa. Ran belajar. Ran bekerja. Ran makan. Ran minum. Ran melihat. Ran mendengarkan. Ran tertidur…

Ran menangis.

Ia tahu ia tidak akan pernah bisa melupakan Shinichi, Ran tahu itu, tapi Ran berharap memori tentang Shinichi akan berhenti menghantui dirinya.

Dan suatu hari, Ran Mouri menemukan dirinya sendiri sebagai seorang saksi dalam sebuah kasus pembunuhan.

Seorang detektif kebetulan ada di tempat itu. Bukan, tentu saja dia bukan Shinichi. Awalnya Ran mengira dia adalah Shinichi karena metode analisanya sama persis, tapi…

'Bukan, miss,' katanya sambil tersenyum, 'Nama saya Saguru Hakuba; dari Inggris.'

"Tadi hebat sekali, Hakuba-san." Puji Ran saat Hakuba-san selesai menyajikan analisisnya mengenai kasus pembunuhan itu.

Ia membungkuk. "Terima kasih." Katanya sopan.

"Apakan anda menyukai Sherlock Holmes, Hakuba-san?" kata Ran. Metode analisanya yang persis Shinichi, yang juga merupakan seorang fan Sherlock Holmes…

"Ya. Sebenarnya—" ia tersenyum hangat, "Metode analisa saya saya ambil langsung dari Sherlock Holmes."

Persis saat itu handphone Hakuba-san berdering. Segera Hakuba-san membuka handphonenya dan mengerutkan dahinya saat melihat isi sms yang kelihatannya baru saja dikirimkan padanya.

"Ada yang salah, Hakuba-san?"

"Ah, tidak." Kata Hakuba. "Saya mohon maaf, saya harus segera pergi… teman saya menunggu, tidak jauh dari sini." Ia menjelaskan. "Sampai jumpa, Mouri-san. Senang berkenalan dengan anda."

Saguru Hakuba melangkah pergi. Ran terus menatap punggung Saguru Hakuba yang menjauh dari pandangan.

Lalu, tiba tiba saja, ia berhenti. Seseorang muncul dari sebuah bangunan di sisi jalan, dan tenggorokan Ran tercekat saat ia menyadari siapa itu.

Shinichi…

Mereka berdua terus berjalan menuju perempatan di ujung jalan, berbicara, dan Ran mendengar suara tenor Shinichi yang familiar melayang di udara musim gugur yang dingin. Ran terpaku di tempat ia berdiri...

Ran berkedip, dan kedua laki-laki itu menghilang.


Kali berikutnya hal seperti itu terjadi, Ran sedang berada di bar. Dia sendirian, duduk di atas salah satu bangku tinggi di bar, menghadap ke arah bartender. Di belakangnya pasangan-pasangan berdansa dan musik berteriak dari speaker di seluruh ruangan, tapi seluruh perhatian Ran ada di gelas martininya.

Ia mengaduk cairan bening dalam gelas cocktailnya, merasa bosan. Memutuskan untuk pergi, Ran menghabiskan sisa minumannya dan berdiri, lalu melangkah ke pintu keluar. Tapi matanya menangkap figur seorang laki-laki yang sangat ia kenal, duduk di pojok sendirian.

Shinichi, nama itu terdengar di kepalanya. Shinichi.

Ran melangkah ke arah Shinichi. Pada saat itu juga Shinichi berdiri… dan menghilang ke tengah tengah keramaian.

Ran berusaha mencari Shinichi di antara kerumunan, akan tetapi dia tidak ada.


Ran lelah. Sangat lelah.

Malam ini ia kerja lembur. Ada beberapa idiot yang mengerjai komputernya sehingga data datanya hilang; Ran menggerutu dalam hati sambil melangkah ke dalam MRT yang sepi.

Hari sudah mulai larut; MRT nyaris kosong. Ran duduk dengan tenang dan menutup matanya, mencoba beristirahat.

Tapi ia membuka matanya ketika sebuah suara terdengar di kereta. "Jujur Kuroba, aku tidak tahu kenapa kita harus melakukan semua ini kalau kita akan keluar, apalagi jam jam malam seperti ini."

"Namaku Tsunagi, dan Kenji, berhenti mengeluh. Meski sudah malam masih ada kemungkinan mereka melihat kita—"

Ran menoleh dan melihat dua orang laki-laki sedang melangkah sambil berbicara. Suara mereka memelan, lalu mereka mulai berbisik bisik sambil berjalan ke arah Ran.

Mereka duduk di samping Ran—orang yang bernama Kenji persis di sampingnya.

"Hei, Kenji…" Tsunagi berbisik. "Coba tunjukkan padaku trik di mana Holmes berjabat tangan dengan seseorang tak dikenal dan langsung tahu tentang orang itu."

"Dan kenapa kau ingin tahu?" kata Kenji curiga.

"Memang kenapa? Aku ingin lihat…"

"Baiklah… dengan siapa?"

"Dengan orang yang duduk di sampingmu itu…"

Kenji menoleh, dan sejenak Ran yakin ada ekspresi terkejut di wajah Kenji. Tapi ekspresi itu menghilang, sehingga Ran tidak yakin apakah ekspresi itu benar benar ada...

"Permisi miss…" katanya sopan. "Teman saya ingin saya menunjukkan sesuatu… boleh kita berjabat tangan?"

Ran tersenyum kecil, menjabat tangan Kenji, dan Kenji langsung berkata, "Anda jago karate."

Ran tertawa kecil. "Ya, tanganku memang punya tanda tanda sering digunakan untuk karate, kan?"

Kenji mengangguk kecil. "Iya. Dan anda bekerja untuk sebuah agen pengacara yang cukup terkenal… agen pengacara Kisaki, melihat seragam dan cara berpakaian anda."

"Anda hebat, detektif…" kata Ran, mengingat Shinichi… saat ia melakukan triknya dulu…

Ia tampak begitu senang saat ia…

"Kereta ini akan segera tiba di stasiun Beika Utara—"

Ran terlompat berdiri. Ia harus turun sekarang.

"Maaf." Katanya pelan. "Ini stasiun saya."

Kedua laki-laki itu mengangguk kecil dan tersenyum. Ketika Ran turun, Ran mengira ia mendengar suara yang ia kenal…

"Apa yang kau pikirkan, Kuroba?"

MRT itu melesat pergi. Dan detik itu juga, Ran tersadar bahwa warna mata Kenji adalah biru laut… biru yang persis sama dengan warna mata Shinichi.


Ran menguap.

Saat itu Ran sedang duduk di dalam perpustakaan Beika, membaca sebuah buku membosankan yang mengklaim sebagai sebuah bestseller. Dia menutup buku itu dengan kesal dan berdiri untuk mengembalikannya ke rak.

Ran melangkah di antara rak tinggi buku buku, matanya menyapu judul judul, mencari sesuatu yang mungkin menarik perhatiannya. Di sini adalah bagian ensiklopedia…

Ia terus berjalan, mencari cari. Bagian novel… bagian koran…

Ada satu koran baru menggantung di bagian 'Koran Hari Ini'. Headlinenya adalah 'Mencabut Akar Organisasi Hitam'.

Rasa penasaran Ran timbul, dan Ran meraih koran itu, membaca artikel itu dengan cepat.

…sebuah organisasi dengan akar akar dalam pemerintahan Jepang…

…pusat diserang tanggal 28 Juni…

…berkat usaha detektif Kudou Shinichi, Hattori Heiji, Saguru Hakuba, Kuroba Kaito, FBI, dan CIA…

…organisasi yang sangat, sangat berbahaya…

…"Mereka akan membunuh siapa saja yang mereka kira mengetahui rahasia mereka," kata detektif Kudou Shinichi…

…"Orang ini berbahaya. Mereka bisa membunuh orang orang tak bersalah tanpa berpikir kembali."…

…Tapi, kini semuanya sudah selesai. Organisasi hitam telah tumbang, dan Jepang kembali aman.

Artikel itu berakhir di situ.

Ran menarik nafas dalam dalam.

Ia sudah tahu sejak dulu. Bahwa Shinichi tidak mungkin berbohong tanpa alasan yang sangat, sangat bagus. Tapi saat itu Ran marah; ia menolak untuk melihat apa yang ingin Shinichi tunjukkan, apa yang ia ingin jelaskan.

Saat itu… ia tidak marah. Ran tidak betul betul menginginkan Shinichi pergi. Hanya saja Shinichi tidak tahu itu. Dia langsung menghilang begitu saja, meninggalkan Ran yang menyesal. Dan apa yang bisa ia lakukan, keculai melupakan?

Ran telah kehilangan kesempatannya saat ia menyuruh Shinichi untuk pergi malam itu. Shinichi saat ini mungkin telah bersama gadis lain…

Ia meletakkan koran itu di tempatnya, dan dua tetes air mata mengalir di pipnya.

Lalu Ran meninggalkan tempat itu.

Di balik rak di dekat bagian koran, seorang laki-laki muda dengan mata biru laut berdiri seorang diri, diam.


Akhirnya ke sinilah ia pergi. Ke bar di mana dulu ia melihat Shinichi; di mana ia menghilang di tengah kerumunan orang. Ran menuju ke kursi bar yang kosong, dan memesan segelas Rose.

Ia meminum Rose itu, merasakan alkohol yang pahit mengalir turun ke tenggorokannya. Ia mengaduk minuman itu tanpa selera; matanya kosong.

Lalu seseorang duduk di sampingnya.

"Permisi." Katanya; suara laki-laki. "Boleh berkenalan?"

Ran mendongak dan melihat biru laut. Dan ternganga.

"Shinichi." Bisiknya.

"Nama saya Kudou Shinichi," kata Shinichi pelan, nyaris malu malu. Air mata mulai berkumpul di mata Ran, dan mengalir pelan ke pipinya. "Saya seorang detektif."

Shinichi melingkarkan tangannya di bahu Ran dan mendekapnya.

"Aku tahu," Ran terisak. "Aku sudah tahu."


A/N: *belajar dengan (sok) rajin* udah kelas sembilan… ga boleh nulis fanfic terus… bwah…

Review please...