Tittle : GONE

Casts: Suho/ Kim Joonmyeon

Kris/ Wu Yi Fan

Luhan/ Wu Luhan

Baekhyun/ Wu Baekhyun

Tao/ Wu Zitao

etc

Genre : Drama, family, Hurt/Comfort, GenderSwitch (GS) for Suho

Rate : T

Disclaimer : Mereka semua punya Tuhan, dan cerita ini punya saya.

Happy Reading...

Chapter 1

Wanita dengan surai kecoklatan itu memandang kertas yang ia pegang tak percaya. Tangannya bergetar seketika setelah membaca isi surat tersebut, tubuhnya menegang, kakinya melemas seolah tak sanggup lagi menopang beban tubuhnya.

"Kris, katakan semua ini bohong." Bibir wanita itu-Suho- bergetar.

"Tidak Suho, itu semua benar." Lelaki tinggi yang dipanggil Kris itu menatap ke dalam mata Suho.

"Kenapa Kris?" Suho menggigit bibir bawahnya, air mata-nya lolos melewati sudut matanya.

"Aku sudah lelah Suho, dan aku rasa ini jalan yang paling baik untuk kita." Kris menundukkan kepalanya.

"Apakah tidak ada jalan lain?" Air mata Suho makin deras mengalir.

"Maaf" Kris menggeleng pelan, "kau hanya perlu menandatangani-nya, besok lusa aku akan mengambilnya kembali." Kris menarik nafasnya pelan "Aku harus pergi."

Suho tidak tahu harus berbuat apa, tubuhnya jatuh bebas ke lantai yang dingin. Dengan susah payah ia menahan isakannya. Suho mencengkeram dadanya dengan kuat, air matanya tak berhenti menetes.

Setelah empat hari menghilang tanpa kabar, akhirnya tadi pagi-pagi sekali Kris pulang ke rumah mereka. Suho seharusnya senang, tapi kenyataan menamparnya dengan keras. Kris memasukkan seluruh pakaiannya ke dalam koper. Saat Suho bertanya 'ada apa?' Kris hanya menyerahkan selembar kertas yang meluluhlantahkan dunia Suho seketika, dunia indah yang sudah dibangunnya selama hampir tujuh belas tahun.

Suho dapat membacanya, Suho tidak buta huruf. Itu surat perceraian dirinya dan Kris. Tanda tangan Kris tercetak jelas disana. Suho mengharapkan ia buta, agar tak bisa membaca surat perceraian itu, agar ia tak bisa melihat bagaimana punggung Kris menghilang di balik pintu rumah mereka.

"Sakit Kris... hiks hiks..." Suho bergumam sambil terus memukuli dadanya sendiri.

"Kau jahat Kris." Suho meremas pelan surat perceraiannya.

"Eomma? Ada apa?" pemuda bermata rusa duduk di hadapan Suho, meletakkan kedua tangannya di pundak eommanya "Apa yang terjadi?"

"Tidak ada apa apa Luhan, eomma hanya lelah." Suho menghapus kasar air matanya, ia berusaha tersenyum pada putra sulungnya itu "kau bangunkan Baekhyun dan Tao ne, eomma akan menyiapkan sarapan." Suho mengacak pelan rambut Luhan.

Suho berdiri lalu berjalan menuju kamarnya. Setidaknya Suho perlu mencuci wajahnya.

Luhan memandang sendu eomma-nya yang berjalan dengan lesu.

"Eomma..." Luhan menghela nafasnya.

Luhan yakin eomma-nya bukan kelelahan seperti yang ia katakan. Luhan mendengar bagaimana wanita cantik itu terisak di sela tangisannya, seumur hidup-nya Luhan tidak pernah melihat ibu-nya menangis seperti tadi.

Dan Luhan yakin seratus persen, dua ratus persen malah, kalau ibunya sedang menghadapi masalah yang serius. Tapi masalah apa yang mungkin dihadapi ibunya? Luhan berpikir apa sebaiknya ia mengatakan perihal ibunya pada ayahnya.


"EOMMA!" Putra bungsu Suho dan Kris –Tao- berteriak senang saat memasuki dapur, ia langsung memeluk Suho saat ibunya itu tengah mengeluarkan roti dari toaster.

"Ada apa sayang?" Suho mengecup pelan puncak kepala Tao.

"Aku merindukan eomma." Tao tersenyum lebar menampakkan gigi depannya yang baru tumbuh.

Suho hanya tersenyum melihat kelakuan putra bungsunya itu, Tao memang sangat manja, tidak hanya pada ibunya, ia juga sangat manja kepada ayahnya bahkan kedua hyung-nya. Tak peduli kenyataan kalau dia sudah menginjak kelas dua sekolah dasar, Tao selalu saja merengek pada Suho untuk dinyanyikan sebuah lagu pengantar tidur setiap malam.

"Duduklah sayang, kita sarapan." Suho menggiring Tao untuk duduk di salah satu kursi.

"Dimana kakakmu Baekhyunie?" Suho bertanya pada Baekhyun sambil meletakkan sepotong roti bakar di piring Tao.

"Mungkin masih di kamarnya eomma." Baekhyun menjawab tanpa mengalihkan pandangannya dari layar ponselnya.

"Baekhyun berhentilah bermain game dan makan sarapanmu." Suho melirik Baekhyun yang tengah berkutat dengan ponselnya.

"Ne eomma." Baekhyun meletakkan ponselnya di samping piring berisi sepotong roti bakar.

"Eoh Luhanie, duduklah." Suho melihat Luhan yang berjalan memasuki dapur, lalu tersenyum lembut.

Luhan hanya mengangguk pelan dan duduk di salah satu kursi di samping Tao. Setelah itu hening, ibu dan ketiga anak lelakinya itu telah tenggelam dalam hangatnya roti bakar dan segelas susu di pagi hari ini.

"Eomma, appa kemana?" Suara Tao memecah keheningan.

Suho menegang, bayangan kejadian tadi pagi berbaur dalam pikirannya. Bayangan tentang Kris - suaminya, ayah dari anak anaknya- yang menyerahkan surat perceraian mereka. Suho seolah tak bisa berbicara, otaknya beku, ia tak bisa memikirkan jawaban apa yang harus ia berikan untuk putra bungsunya itu.

"Appa bekerja Tao." Itu suara Luhan yang memberikan jawaban atas pertanyaan Tao.

"Oh begitu, aku harap appa cepat pulang, aku merindukannya." Tao menjatuhkan bahunya lemas, lalu melanjutkan mengunyah rotinya dengan tidak bersemangat. Ia memang benar benar merindukan ayahnya, sudah lima hari ia tak bertemu ayahnya.

Setelah menyelesaikan sarapan mereka. Suho mengantar kepergian ketiga putranya di depan pintu. Luhan, Baekhyun, dan Tao sudah bersiap dengan tas sekolah di punggung mereka, mereka akan berangkat sekolah tentu saja.

"Belajarlah dengan baik, dan jangan nakal." Suho mengecup pelan kedua pipi gembul Tao.

"Ne eomma." Sahut Tao sambil mengecup pipi Suho.

"Kalian juga." Suho mengusak pelan rambut Luhan dan Baekhyun, memperbaiki letak dasi Baekhyun yang miring.

"Ne.." Luhan dan Baekhyun menjawab serempak.

Luhan dan Baekhyun memang tidak semanja Tao. Mereka bahkan menolak saat Suho mencium pipi mereka sebelum berangkat sekolah. Bukannya tak sayang ibu, hanya saja bukankah menggelikan melihat remaja di usia mereka masih mendapat kecupan sebelum berangkat sekolah. Luhan dan Baekhyun menganggap mereka sudah cukup besar untuk menerima perlakuan seperti itu. Luhan malah pernah mengatakan seharusnya ia sudah mendapat kecupan manis dari seorang kekasih di usia-nya yang sekarang ini. Oh Luhan, apa yang ada di pikiranmu nak.

"Bye eomma." Ketiga anak lelaki itu melambai dari pagar rumah mereka sebelum akhirnya berbelok ke kanan.

Suho membalas lambaian ketiga putranya sambil tersenyum manis. Setelah mereka tak terlihat lagi senyum manis Suho berubah menjadi senyuman miris, kini hanya tinggal dirinya sendiri. Tak ada anak anaknya yang akan sejenak melepas bayangan perceraian, kini Suho sendirian. Kesendirian yang akan membawanya pada kenyataan pahit tentang rumah tangganya yang diambang perpisahan.

Dua butir air lolos dari manik hitamnya disusul butiran butiran selanjutnya, Suho jatuh terduduk. Isakannya jelas terdengar, dengan telapak tangan kanannya ia menahan isakannya agar tak lagi lolos. Tapi percuma, rasa sesak di dadanya tak bisa ia tahan lagi. Suho menyerah, ia meraung keras.

"Aaaagh... Kris... Hiks hiks.." Suho memukul mukul dadanya, berharap sesak yang ia rasakan akan berkurang. Tapi apa daya semakin ia mencoba melupakan sesaknya semakin sesak itu merajai hati dan pikirannya.


"Hyung lima hari lagi ulang tahun eomma, kira kira kejutan apa yang harus kita siapkan?" Tanya Baekhyun disela perjalanan mereka menuju sekolah.

"Huh benarkah?" Luhan melirik jam tangan digitalnya.

"Apakah kau benar anak eomma?" Baekhyun memutar matanya jengah.

"Eiii... tentu saja, hyung hanya lupa Baekhyunie." Luhan meninju pelan lengan Baekhyun.

Baekhyun yang mendapat perlakuan seperti itu lagi lagi memutar bola matanya. "Jadi bagaimana?"

"Hyung akan memikirkannya, kita akan buat eomma terkesan." Luhan tersenyum membayangkan kejutan apa yang mungkin akan mereka berikan untuk sang eomma.

"Tao? Ada apa denganmu? Biasanya kau yang paling bersemangat menyambut ulang tahun eomma." Baekhyun mencondongkan badannya untuk melihat wajah Tao.

"Tao kau sakit?" Kini Luhan ikut ikutan melihat wajah Tao.

"Tidak hyung, aku hanya merindukan appa, biasanya appa akan membantu kita memberi kejutan untuk eomma." Tao menendang kerikil kecil di depannya.

"Appa sedang bekerja Tao." Baekhyun mengelus kepala belakang Tao.

"Tapi kenapa lama sekali?" Tao berkata dengan nada sedikit merengek.

"Baiklah, nanti saat istirahat siang hyung akan menelepon appa, hyung akan meminta appa segera pulang karena putra kesayangannya ini sangat merindukannya." Luhan tersenyum mencubit pelan hidung adik bungsunya.

Tao tersenyum senang mendengar perkataan Luhan barusan. Hyung-nya akan meminta appa mereka untuk pulang, dan kemungkinan besar appa mereka akan segera pulang mengingat bagaimana Kris –appa mereka- sangat menyayangi ketiga putranya. Hampir semua keinginan mereka dipenuhi oleh sang appa.

"Sudah sampai, masuklah Tao, nanti tunggulah Baekhyun hyung datang menjemput, jangan mencoba pulang sendirian." Luhan sedikit menundukkan tubuhnya agar dapat memegang bahu Tao.

Tao mengangguk "ne hyung."

"Jangan menjahili teman temanmu Tao." Baekhyun tertawa renyah.

"Seharusnya aku yang berkata begitu Baekhyun hyung." Tao memajukan bibirnya, dia tak pernah menjahili temannya di sekolah. Walaupun di rumah ia termasuk jahil, tapi itu semua karena ajakan Baekhyun.

Tao berlari memasuki pekarangan sekolahnya, Luhan dan Baekhyun hanya tertawa kecil melihat bagaimana tas Bumblebee milik Tao bergoyang goyang saat Tao berlari.

"HYUNG! Jangan lupa suruh appa membawa oleh oleh!" Tao berteriak dari jarak kira kira lima belas meter.

Luhan hanya mengacungkan jempolnya sebagai jawaban. Lalu dua anak lelaki yang lebih tua itu melanjutkan perjalanan ke sekolah masing masing.


Sepasang anak manusia tampak sedang menikmati keheningan yang mereka ciptakan sejak sepuluh menit yang lalu. Kris dan Suho, tak ada satupun dari keduanya yang buka suara sejak Kris menginjakkan kakinya di rumah mereka –yang mungkin sebentar lagi hanya akan menjadi milik Suho dan ketiga putranya- yang berada di kawasan Gangnam.

"Apakah kau sudah menandatanganinya?" Kris melihat ke arah Suho yang duduk dengan gelisah di hadapannya.

"Kris... haruskah kita berpisah?" Suho menatap Kris, matanya mulai berkaca kaca.

"Maaf Joonmyeon, kita harus" Kris balas menatap Suho sendu.

Mata Suho terbelalak. Joonmyeon? Kris tak pernah lagi memanggilnya dengan nama pemberian orang tuanya itu sejak mereka memutuskan untuk memberikan nama panggilan untuk masing masing. Suho, Kris yang memberikannya dia bilang artinya adalah malaikat pelindung. Sedangkan Kris, Suho yang memberikannya, menurutnya nama itu sangat keren, hanya itu.

"Tidak bisakah kau tetap memanggilku dengan nama Suho?" Suho bertanya penuh harap.

"Tidak Joonmyeon, sebentar lagi kita akan berpisah. Kau juga... seharusnya tidak lagi memanggilku dengan nama itu, kau harus membiasakan diri dengan nama asliku, Wu Yi Fan." Kris tidak mengalihkan pandangannya dari Suho.

"Tidak Kris, aku akan tetap memanggilmu dengan nama ini." Suho menggeleng pelan air matanya mulai jatuh. Kris tidak memberikan tanggapan, itu hak Suho untuk memanggilnya dengan nama apa.

"Kris kenapa kita harus berpisah? Apa kau membenciku?" Suho menggigit bibir bawahnya menahan air mata.

"Tidak Joonmyeon, aku tidak membencimu, aku hanya... lelah."

"Kau tahu pernikahan kita tidak didasari oleh cinta, kita hanya dijodohkan Joonmyeon, dan aku tidak pernah bisa membuat mata dan hati ini melihat ke arahmu." Kris melanjutkan.

"Tapi aku mencintaimu Kris, dan aku pikir kau juga mencintaiku." Suho menundukkan kepalanya, air matanya benar benar lolos sekarang.

Well, pernikahan Kris dan Suho memang tidak diawali dengan romansa indah penuh cinta. Mereka menikah karena dijodohkan, walaupun keduanya tidak menolak tapi bukan berarti mereka suka. Kris sudah lelah dikhianati dan akhirnya memutuskan untuk menerima tawaran orangtua-nya. Sedangkan Suho yang merupakan anak penurut hanya mengikuti kehendak orangtua-nya, dan lagi tak ada hal yang dapat menjadi alasan baginya untuk menolak perjodohan.

Di awal pernikahan memang tidak terlalu baik, mereka tidak bertegur sapa kecuali di meja makan dan di... eum ranjang. Tidak ada kata kata cinta manis yang terlontar dari bibir masing masing dan tak ada sentuhan lembut yang memabukkan, kecuali di ranjang tentu saja.

Namun semua berubah saat malaikat kecil lahir di antara mereka. Kelahiran Luhan memang memberi dampak baik bagi keduanya, mereka mengurus Luhan bersama dan mereka saling bertegur sapa. Sejak itu Suho mulai merasakan getaran aneh saat melihat kelembutan dan perhatian Kris terhadap Luhan, dan Suho dapat memastikan bahwa itu adalah cinta.

"Aku sudah berusaha untuk mencintaimu Joonmyeon tapi aku tak pernah bisa... maaf." Kris memandang Suho sendu.

"Tapi kenapa baru sekarang Kris? Kenapa disaat aku telah mencintaimu, kenapa tidak dari awal Kris?" Suho menatap ke dalam mata Kris dengan mata-nya yang terus terusan meneteskan cairan bening.

"Awalnya kukira cinta bisa tumbuh seiring berjalannya waktu, tapi tak semudah itu Joonmyeon... aku sudah berusaha tapi aku tetap tak bisa mencintaimu seutuhnya." Kris menghindari tatapan menyedihkan Suho.

"Bagaimana dengan anak anak, tidak bisakah kau menjadikan mereka sebagai alasan untuk tetap tinggal?" Suho berkata penuh harap.

"Maaf, aku tak bisa... dan tentang anak anak mereka akan tetap bersamamu, kita tidak bisa memisahkan mereka, dan hanya dirimu yang bisa memberikan kehangatan seorang ibu pada mereka." Kris menunduk.

"Lalu apa yang harus aku katakan pada mereka? Jawaban apa yang harus aku berikan saat mereka bertanya dimana ayah mereka Kris?" Suho berkata frustasi.

"Katakan yang sebenarnya pada mereka, kurasa Luhan dan Baekhyun sudah mengerti akan hal ini, dan untuk Tao berikan dia pengertian... kita tidak bisa terus menutupinya Joonmyeon." Kris menatap Suho.

Suho tidak berkata lagi, dia tidak tahu lagi bagaimana membuat Kris tetap tinggal. Air matanya terus berlomba tak bisa lagi ditahan, dan sesekali bibirnya mengeluarkan isakan.

"Baiklah Kris jika ini yang kau inginkan." Suho benar benar menyerah mempertahankan semuanya, dia tak lagi bisa membuat Kris terus berada di sisinya. Dengan tangan bergetar Suho menandatangani surat cerai-nya.

"Aku tahu ini berat Joonmyeon, tapi kurasa ini yang terbaik untuk kita... jangan terus terpuruk dan lanjutkanlah hidupmu."

'Bagaimana aku bisa melanjutkan hidup tanpamu Kris...' batin Suho berteriak pilu, tangisannya semakin keras.

Kris beranjak dari duduknya, berjalan mendekati Suho. Dengan kedua ibu jarinya Kris menghapus air mata yang menetes di pipi wanita cantik itu. Kris menatap ke dalam mata Suho yang memerah, perlahan ia semakin mendekatkan wajahnya pada Suho dan setelahnya bibir tebal miliknya menempel sempurna di bibir wanita yang telah ia ceraikan itu.

Kris memejamkan matanya merasakan manisnya bibir Suho. Tidak ada lumatan, tidak ada pertukaran saliva, yang ada hanyalah rasa manis bibir keduanya dan rasa pahit perpisahan.

Suho lagi lagi meneteskan air matanya, ini adalah ciuman paling menyedihkan yang pernah ia lakukan. Jika dulu ciuman Kris akan melambungkannya hingga langit ketujuh, sekarang ciuman Kris seolah menjatuhkannya dengan kejam hingga ke dasar bumi, ciuman Kris yang seperti ini semakin mengingatkannya pada kenyataan bahwa ia tak punya hubungan apapun lagi dengan Kris selain mantan suami dan ayah dari anak anaknya.

Kris menjauhkan bibirnya dari bibir mantan istrinya itu. Lagi ia menghapus air mata yang mengalir di pipi Suho.

"Terima kasih Joonmyeon, terima kasih karena telah mencintaiku, terima kasih karena sudah mendampingiku selama ini, terima kasih karena telah menghadirkan tiga malaikat ke dalam kehidupanku, dan terima kasih karena mau menghargai keputusanku." Kris memeluk tubuh kurus Joonmyeon, menghirup aroma tubuh wanita itu.

Suho memejamkan matanya mencoba menyimpan aroma Kris dan hangatnya pelukan Kris dalam ingatannya.

"Mungkin kita tidak bertemu lagi, karena setelah ini aku akan pindah ke Cina." Kris melepas pelukannya.

"Sesekali kau harus berkunjung, anak anak pasti akan merindukanmu Kris." Suho menatap Kris, menumpukan harapannya pada lelaki tinggi itu.

"Akan aku usahakan..." Kris berkata tak yakin. Suho hanya mendesah kecewa mendengar jawaban Kris.

"Aku harus pergi Joonmyeon, selamat tinggal..." Kris melangkahkan kakinya keluar rumah, meninggalkan Suho yang kembali larut dalam air mata.

Suho tidak tahu seberapa banyak air mata yang telah ia jatuhkan untuk kris, yang ia tahu Kris telah pergi meninggalkannya. Suho tak tahu kapan ia akan bertemu Kris lagi, ia tak tahu kemana ia akan melepas rindu jika ia merindukan lelaki bermarga Wu itu.

Tak peduli air matanya yang mungkin akan kering, tangisan Suho semakin menjadi saat membayangkan bagaimana reaksi anak-anaknya nanti, dan bayangan bagaimana Tao menangis saat ia merindukan ayahnya.


Dua anak laki laki tampak memasuki pekarangan rumah mereka. Lelaki yang lebih muda berlari mendahului sang kakak saat melihat mobil ayah yang amat dirindukannya terparkir di halaman. Tao - anak yang lebih muda – langsung menubrukkan diri ke tubuh ayahnya saat melihat ayahnya itu muncul dari dalam rumah.

"Appa bogoshippeoyo..." Tao berkata manja sambil memeluk pinggang ayahnya.

"Aku juga merindukan appa..." Kini Baekhyun ikut ikutan memeluk ayahnya, Baekhyun sungguh kekanakan mengingat dia yang sudah berada di tingkat dua Junior High, tapi siapa yang mau peduli karena ia benar benar merindukan ayahnya.

"Appa juga merindukan kalian." Kris membungkuk untuk mencium kedua pipi gembul Tao, kemudian mengusak rambut Baekhyun.

"Appa ayo kita masuk." Tao menarik tangan ayahnya, namun tubuh ayahnya tak bergerak dari tempatnya, ayahnya masih berdiri disana.

"Ada apa appa? Appa tidak mau masuk?" kini Baekhyun mengeryit heran.

"Maaf sayang appa harus pergi... maaf appa tidak bisa tinggal bersama kalian lagi, maafkan appa sayang." Kris berkata sedih sambill mengelus rambut Tao dan Baekhyun.

"Ap... appa..." mata Tao mulai berkaca kaca, pegangan tangannya dengan ayahnya lepas.

"Apa maksudnya appa?" mata Baekhyun membola mendengar pernyataan ayahnya barusan, Baekhyun berharap dia salah dengar.

"Maafkan appa Baekhyun... Tao... maaf appa harus pergi, jadilah anak yang baik dan jaga eomma kalian." Kris lalu melangkahkan kaki panjangnya menuju mobil audi hitamnya yang terparkir di halaman.

Dengan cepat ia masuk ke dalam mobilnya dan memutar keluar dari pekarangan. Meninggalkan Tao yang mengejar di belakang.

"APPA! APPA! JANGAN TINGGALKAN TAO APPA!" Tao memukul kap belakang mobil Kris.

"APPA! TAO JANJI TIDAK AKAN MEMINTA ROBOT BUMBLEBEE LAGI!" Tao mengejar mobil ayahnya yang sudah berjalan menjauh.

"TAO! TAO! BERHENTILAH!" Baekhyun meneriaki Tao yang berlari di depannya, tubuhnya yang sedikit berisi sungguh menyulitkannya untuk berlari.

"APPA!... TAO TAK AKAN MENGIKUTI BAEKHYUN HYUNG MENJAHILI LUHAN HYUN DAN EOMMA LAGI.. TAO JANJI APPA!" Tao terus berlari melihat mobil ayahnya yang semakin menjauh.

"APPA!" Tao terus beralari, tak peduli berapa jauh ia dari rumah sekarang, tak peduli bahaya apa yang akan mengincarnya, yang ia pedulikan hanya ayahnya kembali.

BRUK!

"TAOOO!"

.

.

.

.

T.B.C

Hai hai hai...

Saya datang bawa FF baru *berani beraninya saya publish FF baru sedangkan LOVE belum kelar* #dirajam

Hah FF ini muncul karena galau mikiran UAS ditambah kangen sama Kerisseu huhuhu...

Galaxy oppa bogoshippoyo...

Maaf ya kalo ceritanya agak lebay, aneh, bikin sakit perut, serangan jantung, komplikasi dan gangguan pernapasan, saya cuma manusia biasa yang mencoba menuangkan ide ke dalam tulisan *bahasanya

Udah segitu dulu, yang baca jangan lupa review ya karena review kalian sangat penting untuk keberlangsungan hidup FF ini

Bye~

Annyeong~

EXO SARANGHAJA!