The Genius's Problem
by: Krystaleire
.
Chapter 1:
Human Error
.
Disclaimer:
Bleach
by Tite Kubo
.
warning: AU, agak OOC, gajeness.
Cerita ini hanya fiksi semata XD
.
.
Seorang pemuda berwajah serius, dengan lekukan wajah yang menyangga kacamata yang cukup tebal itu berjalan tegap menuju gerbang sekolah di hadapannya. Gerbang sekolah dengan papan nama bertuliskan 'SMA Senritsu'.
"Selamat datang, para murid baru Sen-high!" sambut seorang senior kepada pemuda berkacamata itu.
Pemuda yang dimaksud hanya menatap seniornya sesaat, dan meneruskan langkah kakinya. Ia membetulkan letak kacamatanya dengan jari tengah tangan kirinya saat membaca pengumuman daftar pembagian kelas yang tertempel di papan pengumuman di hadapannya.
"Kelas 1-5 ya..." gumamnya, lalu tanpa basa-basi, melanjutkan langkah tegasnya menuju kelas barunya.
.
.
Namanya Uryuu Ishida. Pemuda yang merupakan alumni sekolah swasta ternama di kotanya dengan peringkat ujian tertinggi se-Karakura itu sedang dalam mood yang tidak baik dalam menjalani hari-hari barunya di SMA. Kenapa? Baiklah, aku akan menceritakan kisahnya yang cukup... miris.
.
Uryuu Ishida memang lulus dengan nilai ujian akhir tertinggi di kotanya. IQ-nya 145, golongan very superior. Berbagai fasilitas kehidupan yang lebih dari cukup, ia dapatkan atas status 'anak dari seorang pemilik perusahaan sepatu olahraga. Rumah mewah, maid dan butler yang setia, beragam teknologi canggih...Uryuu memiliki semua itu.
Di sekolahnya yang dulu, Uryuu dikenal sebagai sosok yang dingin—pendiam dan tertutup—namun tegas dan rajin, juga ahli dalam keterampilan tangan. Peringkat akademisnya pun tidak pernah bergeser dari posisi paling atas dalam daftar. Belum lagi penampilannya yang cool dengan mata biru dan rambut hitam kebiruan membuatnya populer. Nah, apa yang membuat hidupnya miris?
Ini semua gara-gara ayahnya. Ya, Ryuuken Ishida. Dia telah melakukan kesalahan sepele yang fatal bagi kehidupan Uryuu.
.
.:Genius's Problem:.
.
"Ryuuken, bisakah kau mendaftarkan nilai ujianku untuk masuk ke Seireitei High School? Hari ini adalah hari terakhir pendaftaran dan aku harus menghadiri pelantikan siswa teladan dari walikota," ujar Uryuu di suatu pagi yang dingin.
"Hemm..." Orang yang diajak bicara hanya menggumam tanpa memalingkan wajahnya dari surat kabar yang sedang dibacanya.
"Tolong... Otoo-san," Uryuu memberi penekanan pada kata terakhirnya itu. "Apa kau mau anakmu ini tidak bersekolah selama sekian bulan ke depan hanya karena ia tidak sempat mendaftarkan dirinya di sekolah manapun?"
Mendengar perkataan anak lelaki satu-satunya, Ryuuken menatap pemuda kidal itu dengan tatapan tajam. "Kenapa kau tidak mendaftarkan dirimu sendiri?"
"Situs itu hanya lancar diakses melalui komputer atau laptop, dan pendaftaran baru dibuka jam 8 sampai jam 4 sore. Ini baru pukul 7, Ryuuken. Lagipula, setelah pelantikan, aku masih harus mengurusi dokumentasi kelulusan," terang pemuda berambut hitam kebiruan itu.
"Baiklah, aku hanya harus mengakses situs pendaftaran itu dan memasukkan data-data yang diberikan sekolahmu bukan?"
"Ya," Uryuu menyeruput kopinya. "Dan kode sekolah untuk input mendaftar bisa kau lihat di situs yang sama. Aku ingin bersekolah di Seireitei. Itu sekolah yang bagus untuk membantuku meraih kesuksesan."
"Yaah, aku tidak melarangmu untuk masuk sekolah mana pun yang kau mau. Aku hanya ingin kau melaksanakan tugasmu sebagai pelajar dengan sebaik-baiknya. Juga... kau sebenarnya bisa sukses hanya dengan melanjutkan usaha sepatuku ini, Uryuu."
"Tidak. Aku tidak ingin bergantung kepadamu. Aku ingin meraih semuanya dengan kemampuanku sendiri," balas Uryuu cepat.
"Tch, sifat keras kepalamu itu memang mirip ibumu. Baiklah, Seireitei ya. Akan kudaftarkan."
"Ini bukan keras kepala, Otoo-san, ini..."
"Sudah, cepat pergi. Jangan pernah telat dalam menghadiri acara pelantikan dari wali kota," tukas ayahnya yang kembali sibuk dengan bacaan paginya.
"Baiklah, aku pergi dulu," pamit Uryuu.
Hubungan Uryuu dan ayahnya memang tidak begitu baik. Keduanya sama-sama 'dingin'. Bagaimana pun, Ryuuken adalah ayahnya, dan Uryuu harus tetap sopan padanya. Hanya saja, Uryuu sulit menggunakan istilah 'Otoo-san' untuk Ryuuken.
.
Petang itu, setibanya di rumah kembali, Uryuu bergegas membuka situs pendaftaran sekolah di kotanya. Ia mengecek statusnya, dan seketika, matanya terpaku menatap layar komputernya. Inilah yang ia lihat di layar komputernya hari itu:
Nama : Uryuu Ishida
Nilai Ujian Akhir :
- Sastra 10.00
- Matematika 9.75
- Ilmu Alam 9.25
- Mata Ujian Pilihan:
Seni dan Keterampilan 10.00
Total : 39.00
Telah mendaftarkan dirinya pada:
Senin, 25 Maret 2013 pukul 08.33.
Pilihan Sekolah : SMA Senritsu (kode sekolah: 171) [keterangan soal sekolah pilihan, klik di sini]
Status dalam Sekolah Pilihan : Aman/Diterima
Hasil status dalam sekolah pilihan dapat berubah sewaktu-waktu. Hasil akhir dapat Anda lihat pada 27 Maret 2013.
"SENRITSU?!" Uryuu tak bisa menahan rasa terkejutnya. Ia meng-klik beberapa link di situs itu—untuk meyakinkan dirinya, sebelum akhirnya berteriak, "OYAJIIII!"
Uryuu bergegas menuju ruang kerja ayahnya. Saat ia membuka pintu, ia menemukan Ryuuken sedang menggambar desain untuk produk barunya.
"Apa?" Ryuuken menanggapi teriakan anaknya dengan santai sambil memutar kursi kerjanya, menghadap anak lelakinya itu.
"Kau!" Uryuu mendatangi ayahnya, menudingkan telunjuk kirinya ke wajah ayahnya. "Kau telah menghancurkan masa depanku!"
"Maksudmu?" Ryuuken bertanya balik dengan tatapan 'aku-benar-benar-tidak- mengerti-apa-yang-kau-maksud-dan-mengapa-kau-tiba-tiba-membentakku'.
"Kenapa kau mendaftarkanku ke SMA Senritsu?!" Uryuu masih tidak bisa menahan luapan emosinya. "Kubilang, aku ingin bersekolah di Seireitei. SEI-REI-TEI!"
"Jadi... aku salah mendaftarkanmu? Bukankah Seireitei itu memiliki kode 171?"
"177! 7, bukan 1! Sepertinya kacamata bodohmu itu tetap tidak membantu pengelihatanmu ya, Ryuuken."
"Memangnya kenapa dengan Senritsu?!" Ryuuken bangkit dari kursi berodanya, membalas perkataan anaknya yang kelewat kurang ajar itu. Ia sadar, ia memang salah, ia tidak teliti. Tapi, bagaimana pun juga, ia adalah orangtua Uryuu.
"'Memangnya kenapa?' kau bilang? Sudah, cukup!" Uryuu berbalik dan keluar dari ruang kerja ayahnya dengan membanting pintu di belakangnya. Ia kembali ke layar komputernya dan melihat keterangan mengenai 'SMA'nya itu.
SMA Senritsu
Nilai ujian tertinggi tahun lalu: -.-
Nilai ujian terendah tahu lalu: -.-
Lokasi: 25 km ke arah barat dari Stasiun Minami.
Prestasi: ...
Uryuu membaca detail mengenai SMA Senritsu dengan teliti. Ya ampun, ia masuk sekolah golongan 'bawah' di kotanya. SMA Senritsu memang memiliki prestasi di bidang seni—terutama seni suara, tapi sekolah ini juga terkenal dengan murid-muridnya yang berandalan, murid-murid 'buangan'.
Bahkan, rendahnya nilai ujian yang dibutuhkan untuk masuk ke SMA Senritsu membuat Uryuu tidak berani melihatnya! Ia tidak bisa membayangkan kehidupan SMA di sekolah pilihan ayahnya.
Uryuu menarik nafas panjang. Rasanya ia ingin menangis saja. Ya, Ryuuken telah melakukan kesalahan sepele yang fatal bagi kehidupan Uryuu. Salah memilih sekolah. Fatalnya, sekolah itu, sekolah tempat anak-anak buangan.
"Bagaimana mungkin aku yang memiliki IQ 145 ini bersekolah di sekolah rendahan seperti ini... Untuk apa usahaku selama ini, menadapatkan nilai tinggi dalam ujian, hanya untuk bersekolah di tempat seperti Senritsu," ucapnya perlahan. Pemuda bermata biru itu melepaskan kacamatanya dan bersandar pada kursi tempatnya duduk dan menengadahkan kepalanya ke langit-langit kamar. "Aku pasti akan keluar dari sekolah itu, dan meraih Seireitei. Pasti."
.
.
Dan di sinilah tokoh utama kita—Uryuu Ishida—menghabiskan saat-saat berharga sebelum bel masuknya, terdiam di meja terdepan di barisan tengah kelasnya yang baru 1-5.
"Sejauh ini, semuanya baik-baik saja. Lingkungan sekolahnya juga tidak terlalu buruk. Tapi, ini bukan sekolah impianku."
.
To be continued
~Thanks for read this fict~
Author's Note:
Halo, kali ini saya milih Ishida buat jadi tokoh utamanya hueheue X3 iyaiyaa, saya tau fict saya yg HitsuHina itu belum kelar. Tapi, saya lagi pengen bikin cerita ini. Jadii... keep or delete?._.
Ngomong-ngomong, saya sebenernya nggak tau bener sifat Uryuu dan hubungannya dengan Ryuuken. Saya cuma tau kalo hubungan dia sama ayahnya ga terlalu baik=))) tapi apakah dialog Uryuu ke Ryuuken itu terlalu 'nggak sopan' atau emg karakter Uryuu kayak gitu?._. Terus mendingan judulnya ini apa 'Masalah si Jenius'? huehehe :p Mohon bantuan masukkannya minna~
BTW, selamat liburaaan~ ;D
