Hello, Dissa is here again! Ini adalah story less humor saya yang kedua. KST accepted kapan saja, terutama untuk pengetikannya! Hohoho... Well, happy reading minna. (Dan soal FF Dissa yang lain, nanti tunggu aja. Saya berusaha ko!)
Can I Change?
Summary : Katsuie adalah seorang pengawal dari Dai Rokudan Maou, sekaligus istri dari Oda O-Ichi. Dan hari ini akan kedatangan tamu, tapi siapa? / Di sinilah awal dari semuanya...
Genre(s) : Drama, Romance, Friendship (it'll comes from Chap. 2), Hurt/Comfort (a little)
Rate : T.
Warning(s) : Typo, Hentai, Kurang bermakna, dll.
-Don't blame much on me! Pardon me if there are many wrongs, but at least I've tried as hard as possible.-
Keterangan penulisan FFn :
Italic untuk Other Language and Sfx
Bold untuk penekanan masalah
Bold and italic combined untuk perpindahan P. O. V.
Chap 1 : Go Away!
Seorang pria berbaju baja hijau dengan rambut yang panjangnya lurus sebahu, baru saja membuka matanya. Sambil sedikit merapikan poni yang hampir menutupi matanya, ia melihat terik fajar melalui jendela yang terbuka cukup lebar. Jam di dekatnya menunjukkan jarum panjang angka 6, dan jarum pendek antara 9 dan 10. Pria itu kemudian duduk di atas ranjang untuk menenangkan diri.
"Ternyata sudah pagi lagi..," katanya pelan.
Kemudian, terdengar teriakan seorang wanita, "Katsuie! Sarapanmu cepat dimakan! Nanti dingin kamu yang bingung sendirii!"
"Baik... Beri aku waktu 5 menit!" teriak Katsuie. Sekarang, pria yang bernama Katsuie ini mengambil head armor di dalam lemarinya, kemudian menyisir rambutnya dan segera mengenakan head armor itu. Dengan hati-hati, Katsuie berjalan ke ruang makan.
"Doumou, Katsuie! Kami sudah agak lama menunggumu!" sahut seorang pria berkumis tebal, begitu pula janggutnya. Pria itu mengenakan baju besi abu-abu, dengan armor besi yang mengelilingi mukanya.
Di samping pria itu, ada seorang wanita berambut panjang tanpa poni sepunggung. Ia mengenakan baju merah muda mencolok, dan tampak sangat elegan dengan dress violet di luarnya. Juga seorang wanita lagi yang lebih tinggi dengan rambut disanggul. Sanggulannya dijepit dengan sirkom blue butterfly. Ia terlihat sangat elegan dengan kimono black-red nya.
"Jangan bilang kau bimbang lagi semalaman... Hingga kau tidak bisa tidur, kan?" kata wanita yang mengenakan kimono dengan nada separuh menekan. Sementara wanita di sebelahnya hanya tertawa kecil.
Katsuie langsung duduk di meja makan, tanpa menghiraukan keadaan. Sambil mengambil tempuranya, ia berkata, "Mana mungkin ada kejadian yang terus berulang setiap malam? Dan kalau aku tidak tidur, berarti aku dibilang orang hilang akal,"
"Benar juga.. Tapi, bukannya setiap malam kau menatap langit-langit atap? Pasti itu sambil membayangkan masa-masa lalumu?" tegas wanita kimono kemudian.
"Sudah, diam, Nouhime-sama, konsentrasi makanku hampir terganggu karenamu..." perintah Katsuie.
"Eergh? Tidak bertanya akan sesat di jalan!" ingat Nouhime. Wanita di sampingnya tidak diam begitu saja.
Ia menatap Nouhime dengan polosnya, dan berkata, "Jangan diganggu, Nouhime-sama... Ichi tidak mau melihat Katsuie-sama lebih jengkel..."
Dengan terpaksa, Nouhime menuruti O-Ichi, meski dirinya masih penasaran. Pria berbaju besi abu-abu tadi tiba-tiba berdiri. Ia berteriak, "MINNA! Kita akan kedatangan tamu!"
"Tamu? Tumben sekali, Nobunaga-niisan..." kata O-Ichi agak bingung. Bagaimana tidak? Tempatnya mereka berempat ini, Owari, adalah salah satu tempat yang warriors nya sangat kuat. Hal ini dikarenakan sebenarnya Oda Nobunaga adalah Dai Rokudan Maou, yang artinya Raja Surga Keenam.
"Dia adalah mantan rivalku. Sudah lama kami tidak berjumpa. Makanya kuundang dia kemari... Hohohoho..." jelas Nobunaga disertai tawa khas.
"Mantan rival? Menarik sekali! Akan segera kusiapkan ocha untuknyaa~" kata Nouhime sambil bergegas ke dapur.
Di luar jendela, terlihat seseorang yang berambut panjang. Ia mengangguk pelan dan secara misterius, ia bergegas meninggalkan daerah Owari.
Katsuie's P. O. V.
Aku berada di kamarku untuk yang kesekian kalinya. Memang salah satu kepribadianku adalah menyendiri di waktu luang. Klan Oda menurutku bukanlah apa-apa. Nobunaga-sama tidak memberi tugas sama sekali, O-Ichi sama katanya masih sibuk membereskan rumah, entah kapan O-Ichi sama selesai, sementara Nouhime-sama sibuk membuat hidangan untuk tamu kelak.
Tok! Tok!
Ada seseorang yang mengetuk pintu! "Siapa itu?" tanyaku dengan nada agak malas. Belum 2 detik, orang yang mengetuk pintu itu langsung membuka pintu kamarku. Lancang... Hmph.
"Ichi kesepian nih... Katsuie-sama... Mau tidak, Katsuie-sama... menemani Ichi ke halaman depan?" tanyanya sedikit ragu. Rupanya O-Ichi sama, aku kira hantu tadi. O-Ichi sama ini gadis yang sangat sopan. Di mana pun tempatnya, O-Ichi sama tidak akan pernah berkata kasar. O-Ichi sama juga selalu mengerjakan tugas dengan baik.
"Tentu saja, O-Ichi sama... Kebetulan aku tidak sedang ngapa-ngapain," jawabku. Tanpa berpikir lagi, aku bersama O-Ichi sama pergi ke halaman depan rumah.
Sesampai di halaman depan, kami duduk di ayunan bersama. Tidak hanya duduk, kami juga memandang panorama siang yang begitu indah. Para burung tampak menari dan bersiul dengan leluasa, sementara itu juga terdengar gemericik air sungai yang begitu menyejukkan. Kami-sama, sungguh, alam ciptaanmu ini begitu luar biasa.
"Katsuie-sama.." panggil O-Ichi sama secara tiba-tiba. Aku hanya menoleh kepadanya.
"Ichi.. Boleh bersandar di bahu Katsuie-sama.. Tidak?" tanyanya sedikit memaksa. Aah, O-Ichi sama terkadang merepotkan juga.. Tapi apa boleh buat, harus kuanjurkan, "Tentu, O-Ichi sama. Aku tidak keberatan,"
Pipi O-Ichi sama mendadak menjadi merah. Ia bersandar secara perlahan... Menuju pundakku...
.
.
.
.
.
.
.
Tlep..
.
.
.
Hah? Perasaan apa ini? O-Ichi sama... Begitu hangat... Tapi aku tak mengerti apa maksudnya.. Apa yang harus kulakukan?
Hiieeee!
Seekor kuda putih berhenti tepat di samping ayunan yang diduduki kami. Kuda putih itu dikendarai seorang pria yang model bajunya hampir sama sepertiku, hanya saja berwarna putih dan merah. Tunggu, mungkinkah orang itu lah yang dimaksud Nobunaga-sama?
"Konnichiwa desu. Ini kediaman klan Oda kan?" kata orang itu dengan suara yang cukup keren. Aku dan O-Ichi sama sedikit terkejut melihat pria ini. Sungguh.
O-Ichi menjawab dengan pelan dan sedikit kaku, "Ini... Kediaman Oda... Betul... Pasti kau... Mantan... Rival Nobunaga... -sama?!"
Pria itu menjawab tegas, "Benar. Aku adalah rivalnya dulu! Tapi karena beberapa alasan, aku, Azai Bizen Kami no Nagamasa, dan dia terpisah. Untungnya alasan itu sudah pecah, hingga aku akan menjadi rivalnya lagi..."
O-Ichi yang mendengarnya terlihat kagum sekali. Bukan. Sepertinya... Akan shock? Yah, apa boleh buat, mungkin aku akan memanggil Nobunaga-sama dulu.
"Oi, O-Ichi sama kutitipkan padamu. Aku akan panggilkan Nobunaga-sama,"
"O-Ichi, sama? Maksudmu Ichi? Di mana? Apa yang itu?" tanyanya. Tangannya yang tegas itu menunjuk ayunan. Aku mengangguk dan segera bergegas.
Di dalam, aku berteriak cukup keras, "NOBUNAGA-SAMAA! Azai Bizen Ka-Ka... Kaa... Aduh, Ka siapa tadi? Kepanjangan sih,"
Yah, ternyata aku lupa nama belakangnya. Nobunaga-sama menghadap ke arahku. "Kami no Nagamasa kan? Bawa dia masuk!" ingatnya sambil menuntut perintah padaku.
"O-Ichi, cepat siuman ya..." kata Nouhime sambil menegukkan segelas ocha ke O-Ichi sama.
"Nagamasa, gimana ceritanya ini? Kenapa adikku pingsan?" tanya Nobunaga-sama.
"Tadi pria berbaju hijau itu menugaskanku menjaga Ichi. Saat itu, aku bergegas mendatanginya. Tapi dia malah pingsan di hadapanku!" cerita Nagamasa.
Nouhime-sama memberi tatap sadis ke arahku. Ia berkata sinis, "Kenapa bukan kamu yang bawa O-Ichi ke sini, hah? Dia kan istrimu..." Di samping itu, Nobunaga-sama ngangguk-ngangguk tampak tidak terima.
Nagamasa terkejut, "Jadi, dia istri Ichi? Cepat banget yaa... Ichi sudah punya!"
"Sumimasen, tapi aku kurang kuat untuk mengangkat O-Ichi sama..." jawabku datar. Nobunaga-sama yang asyik minum ocha kemudian memuncratkan sebagian isinya ke arahku.
Nobunaga-sama mengarahkan pedang besarnya ke arahku. "Katakan sekali lagi... Apa...?"
Aku geleng-geleng. Dan menunduk pelan. Rasanya tubuh ini tidak begitu nyaman.
"Beraninya..." Nobunaga-sama mengeluarkan tatap kejamnya. Tentu saja aku makin nunduk.
"Kenapa aku ngomong gitu ya?" batinku.
"Ah... Ichi... Ada di mana?"
Tentu saja... Suara itu... O-Ichi sama sudah siuman. "O-Ichi! Kau tidak apa kan?" tanya Nobunaga-sama.
"... Haii... Ichi wa daijoubu desu... Akh!" O-Ichi sama terkejut saat melihat Nagamasa. Memang apa yang spesial dari pria itu? Dia manusia juga. Postur tubuhnya juga biasa. Yang membedakan dari kami hanyalah, ia melengkungkan bibirnya ke bawah. Aneh.
"Doumou, Ichi. Adiknya Nobunaga makin cantik aja nii~" sapa Nagamasa. Cantik? Kenapa Nagamasa menyapa O-Ichi sama seperti itu?
"Dipanggil... Apa?" tanya O-Ichi sama agak ragu ke Nagamasa. "Oh, aku? Cukup panggil Nagamasa." jawabnya.
Oh tidak, kenapa ini, rasanya ingin sedikit muntah... Nobunaga tiba-tiba bertanya, "Kalian mungkin akan bosan kalau di sini terus. Bagaimana kalau Katsuie, O-Ichi, dan Nagamasa jalan-jalan keliling sekitar Owari?"
Glek! Kutelan ludahku. Yang kudengar adalah... Aku... Bersama O-Ichi sama dan Nagamasa keliling Owari! O-Ichi sama tentu saja ok, dia istriku, tapi dia! Nagamasa... Kenapa harus sama dia juga? Nanti aku tambah muntah lagi takutnya.
"Katsuie, kau tampak tidak suka, ada apa?" tanya Nouhime-sama. Wah iya, tak kusadari kalau aku berlebihan membayangkan mimpi indah, yang bakal hancur seketika, sampai mukaku terasa mengusut.
"Oh, tidak.. Baik-baik saja.." jawabku sambil berusaha menutupi ketidaksukaanku. Iya, entah kenapa, aku mulai sedikit tidak menyukai Nagamasa.
"Ya sudah, aku, Ichi, dan Katsuie pergi dulu! Jaga rumah kalian!" kata Nagamasa. Kemudian, kami bertiga jalan keluar.
"Jaa neeeee~!" teriak Nouhime-sama sambil melambaikan tangan kanannya.
Setelah agak jauh dari rumah..
"Ichi.. Aku hampir lupa. Tadi aku ada beli beberapa takoyaki di jalan. Mau tidak?"
Glek!
Apa yang mau kau lakukan sekarang, Nagamasa?
"Takoyaki desu ka?" tanya O-Ichi sama.
"Enak loh..."
Aku terdiam melihat adegan ini. Pokoknya, sekali lagi ada adegan mereka bersama-sama... Lihat saja...
.
.
.
.
.
.
Dan...
Ternyata...
.
.
.
.
Setelah Nagamasa mengeluarkan makanan itu...
.
.
.
.
.
O-Ichi sama... Dia... MENGAMBILNYA...
"Arrigatou, Nagamasa-sama..."
"Ne, doushimashita!"
Itu terlalu... Sangat terlalu! Aku mau bertindak, tapi kenapa...? Aku tak mau berinteraksi dengan Nagamasa yang kutidak sukai? Batinku merasa begitu aneh!
AAAAAAARGHH!
CUKUUUUP! Daripada begini terus! Aku tidak mau melihat adegan sok Nagamasa lagi! Memang ada O-Ichi sama di situ, tapi aku tidak tahan... Tekadku bulat! Aku tidak mau melihat orang yang ku tidak sukai, meski ada orang yang kusukai! Ya! Dengan sekuat tenaga, aku berlari, menghindari Nagamasa dan O-Ichi sama.
Jahat! Ku takkan peduli, meski kalian memanggilku!
"Loh? Katsuie-sama?!"
"Mau kemana, Katsuie? Kukira kau mau juga..."
"AKU TIDAK PEDULI LAGII! BIARKAN SAJA... KATSUIE, KAU TAU KALAU INI PILIHAN YANG BENAR..." Batinku.
Aku berlari sampai di depan rumah. Lihat saja nanti, Nagamasa.. Pasti! Aku pasti akan membunuhmu!
Narrator's P. O. V.
Sekarang Nagamasa hendak pulang. Ia benar-benar puas. Meski dibalik kepuasan itu, Katsuie masih memendam amarahnya. "Nobunaga, aku kembali dulu!" pamit Nagamasa.
"Baiklah, kalau ada waktu, berkunjunglah lagi.. Hohohooo..," kata Nobunaga. Lalu Nobunaga memberi perintah ke Katsuie :
"Hoi, Katsuie! Antarkan Nagamasa sampai ke depan. Aku, Nouhime, dan O-Ichi akan rapat antar klan,"
Katsuie terdiam sejenak. Tak lama kemudian, ia mengangguk pelan. Ia pun mengantar Nagamasa keluar rumah. Di tangan kiri Katsuie, ada senjata panjang bewarna hijau. Sepertinya itu duo-sided blade nya.
Dengan heran, Nagamasa bertanya, "Senjatanya itu buat apa?"
.
.
.
.
.
.
Dan Katsuie menjawab, "Takutnya nanti ada yang menghadang jalan pulangmu, Nagamasa.. Sungguh..."
"Oh.. Aku mengerti. Dan kenapa tadi kamu-" Pertanyaan Nagamasa berikutnya terputus.
.
.
.
"Kurasa sekarang adalah waktunya..."
Nagamasa kebingungan. "Waktu... Nya?"
Seseorang menghadang jalan Nagamasa secara tiba-tiba. Senyuman licik muncul di mulutnya. "Mungkin ini saatnya... UNTUK MEMBUNUHMU!"
Clink! Segagang senjata dihadapkan ke Nagamasa. Dan Nagamasa menyadari siapa orang itu! "Apa? Tak mungkin! Kau-"
.
.
.
.
.
.
Sayang, saat Nagamasa akan menyebut namanya, ia menyayat tubuh Nagamasa dengan lihai. Hingga Nagamasa... Benar-benar... Tewas.
"Seperti yang kurencanakan! Hahahahaaa! Aku menang... O-Ichi sama!"
"Baiklah! Rapat Oda sudah selesai!" teriak Nouhime.
"Ngomong-ngomong.. Katsuie-sama kok belum datang?" tanya O-Ichi.
"Lho iya ya? Padahal cuman disuruh ngantar!" kata Nouhime yang baru sadar.
"Kalau begitu, ayo kita lihat ke depan.." kata Nobunaga. Mereka bertiga pun ke depan rumah. Mereka melihat Katsuie berdiri memegang duo-sided blade, sambil bernafas kelelahan.
"Katsuie? Kau habis melakukan apa?" tanya Nobunaga. Kemudian, O-Ichi melihat ke depan Katsuie. Ia sangat terkejut. Karena yang di depannya adalah...
"Nagamasa... Sama? Nagamasa-samaaa!" O-Ichi berlari ke arah orang yang terancam tewas tersebut. Ia mengelus pipi Nagamasa. Sampai-sampai O-Ichi rela menitikkan air mata untuknya.
"Nagamasa-sama...! Kenapa kau meninggalkanku?! Nagamasa-samaaaa!"
Katsuie kaget melihat O-Ichi. Kenapa ia rela menangis untuk Nagamasa? Mereka hanya bertemu hari ini...
"Hah? Nagamasa?" teriak Nobunaga dan Nouhime bersamaan. Lalu mereka berdua ikut melihat Nagamasa yang tewas karena terbunuh. Nobunaga dan Nouhime tidak percaya akan kejadian ini. Apa benar Katsuie.. Membunuh Nagamasa?
.
.
.
.
.
.
.
"... Hiks... Cukup sudah! Katsuie!"
Sambil menahan tangis, O-Ichi menampar Katsuie sesadis mungkin. Nouhime dan Nobunaga kaget mendengar suara tamparan itu. Lalu memerhatikan O-Ichi dan Katsuie secara seksama.
"O-Ichi... Sama... Kenapa-"
"Jangan tanya kenapa! Kau tidak tau, apa yang sebenarnya ada di batin Ichi! Sebenarnya... Ichi, tidak suka akan kepribadian Katsuie!" teriak O-Ichi sambil menahan tangis. Mata Katsuie mulai terbelalak tak percaya.
"Apa maksud O-Ichi sama?"
"Hah? Kau pun tak menyadarinya? Katsuie tak pernah memperhatikan perasaan Ichi! Katsuie tak pernah memberi Ichi hadiah! KATSUIE BAHKAN TAK PERNAH TERSENYUM UNTUK ICHI!"
Glek! Katsuie tak hanya terbelalak sekarang, ia merasa batinnya disakiti lebih oleh istrinya sendiri. Meski begitu, sepertinya dia tak mengerti. Kenapa dia harus melakukan semua itu? Dan kenapa saat diteriaki, batinnya mulai terasa sakit? O-Ichi kemudian melanjutkan kata-katanya,
"Kalau Katsuie peduli Ichi, mungkin itu terpaksa! Aku sudah mengetahuinya! Bukti yang pertama, saat Ichi akan pingsan, Katsuie malah menyerahkan Ichi ke Nagamasa-sama! Kedua, saat Ichi bangun, kau malah bengong! Ketiga... Katsuie tidak mencegah Ichi dekat-dekat Nagamasa-sama! Katsuie kan, suami Ichi! Kenapa malah lari akan hal yang seperti itu? Apakah itu semua yang dinamakan kasih sayang Katsuie ke Ichi?"
Katsuie bergumam pelan, "Kasih... Sayang... Sore wa nanda?"
"Katsuie... Sangat berbeda dengan Nagamasa-sama! Meski Nagamasa-sama hanya kenalan kakak Ichi, Nagamasa-sama menggandeng tangan Ichi! Kemanapun Nagamasa-sama dan Ichi pergi, gandengan itu bagai sesuatu yang tak bisa dilepas... Nagamasa-sama juga sering menanyakan perasaan Ichi... Kalau Ichi menjawab sedih, Nagamasa-sama memeluk Ichi erat... Pelukan itu sangat hangat... Baru kali ini... Ichi merasakannya..." lanjut O-Ichi. Air matanya tak dapat ditahan lagi.
Sambil menangis, O-Ichi menampar Katsuie sekali lagi, "Nagamasa-sama melakukan semua itu... Dan Ichi merasa, kalau Ichi dianggap seperti istrinya sendiri... Kau tau? Ichi ingin merasakan semua itu sampai mati... Tapi kau... DENGAN TEGA MEMBUNUHNYAA!"
Nobunaga dan Nouhime yang mendengar semua kata-kata O-Ichi juga mengerti.
"Jadi selama ini... Katsuie tidak bersungguh-sungguh dalam menyayangi O-Ichi?" tanya Nobunaga pelan.
"KATSUIE-SAMA... SAMA SAJA DENGAN ROBOT! KATSUIE TIDAK MENGERTI PERASAAN ORANG SAMA SEKALI! HANYA PEDULI AKAN PERASAAN KATSUIE-SAMA SENDIRI! LIHAT SAJA! MULAI HARI INI... TIDAK ADA LAGI HUBUNGAN DI ANTARA KITA!"
O-Ichi berusaha membawa Nagamasa yang tewas itu. Tapi, apa dayanya tidak cukup.
"Nouhime, bantu O-Ichi mengangkat Nagamasa! Aku akan mengurus Katsuie di sini!" perintah Nobunaga. Katsuie hanya bisa terdiam dan menundukkan kepalanya.
Sementara Nouhime membantu O-Ichi, Nobunaga menghadap Katsuie yang masih merasa sakit akan batinnya.
"TEGA SEKALI KAU PADA O-ICHI!" bentaknya.
Katsuie masih terdiam. Sambil memegang batinnya, ia bingung apa yang telah dan harus dilakukan olehnya. "Aku memberi kepercayaan padamu... TAPI LIHAT SEKARANG! O-ICHI HANYA BISA MENDAPATKAN DUKA!"
Nobunaga menyiapkan pistol yang berada di tangan kanannya. Pistol itu diarahkan ke kening Katsuie.
"MATILAH!" seru Nobunaga, hingga muncul awan-awan gelap di langit. Nobunaga tersenyum evil. Ia berteriak, "JADILAH MAYAT DI SINI!"
Glegaar! Petir menyambar kencang. Katsuie makin merinding. Tiada pilihan lagi yang tersisa. Ia hanya bisa lari dari majikannya.
"HEI! JANGAN LARI, KATSUIE!"
Katsuie berusaha untuk menghindari Nobunaga, meski sedikit ketakutan. Hingga akhirnya Katsuie berlari menuju daerah yang banyak pohonnya. Langsung saja Katsuie bersembunyi di dalam salah satu pohon yang ada.
Syuut!
"DI MANA KAU, BRENGSEK?" tanya Nobunaga keras. Nobunaga mencari di sekeliling pohon, tapi hasilnya nihil. Tidak ada satupun ciri khas Katsuie yang terlihat. Dengan terpaksa, Nobunaga memasukkan pistolnya.
Ia berseru, "BAIKLAH! HARI INI KAU BISA KABUR! TAPI LIHATLAH BESOK... AKU AKAN MENJADIKANMU DAGING LANGKA!"
Nobunaga langsung saja jalan kembali ke Owari.
.
.
"Tentu saja pohon di sini banyak, kau takkan mungkin memanjat pohon-pohon ini satu-persatu..." kata Katsuie, sambil menuruni pohon yang dipakai untuk persembunyiannya tadi. Sambil berjalan ke depan, ia berpikir, "Tapi kalau aku tidak boleh ke Owari, aku harus menentukan tujuanku sendiri... Sekarang sudah gelap. Enaknya bagaimana, ya?"
Continued to Chapter 2 : Tomo?
Baik, chapter 1 selesai juga... Lega dah... (batuk karena sakit) Oichi sengaja Dissa tulis O-Ichi, karena biasanya dia dipanggil Ichi, tapi kagak tau lagi sih... (Dissa langsung ditantang Oichi untuk melakukan Ice Bucket Challange) Soal Katsuie, sengaja Dissa buat seperti itu. Dia adalah chara yang hanya memerdulikan perasaannya sendiri. Tapi tenang, tenang! Pada chap-chap berikutnya... *smirks* (dihajar Katsuie)
Entah kenapa Dissa kepikiran sama cerita ginian! Seneng ngetiknya, gituu! Meski (mungkin) pada akhirnya Dissa akan mendapat kritik. Hmph. Dan (mungkin) ini story updatenya agak lama, takut dimarahin FF saya yang lain... Ya sudah, daripada banyak bacot, sayonara desu! Regard Author and Wish You All The Best!
.
.
.
"Damn U Assigment's!" - Dissa Chavalliana
